Chereads / Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu / Chapter 247 - Pikirkan Dulu, Sebelum Kau Menjawab (7)

Chapter 247 - Pikirkan Dulu, Sebelum Kau Menjawab (7)

Cheng Weiwan merasakan He Jichen mendekat, tetapi dia tetap duduk tak terpengaruh dan terus berkonsentrasi merawat luka Ji Yi..

Justru Ji Yi-lah yang menoleh ke arah He Jichen. Ketika melihat keadaan He Jichen, dia terkesima.

Ji Yi tidak tahu sejak kapan, tetapi saat itu raut wajah He Jichen sudah berubah menjadi pucat pasi. Wajahnya benar-benar kacau dan kusut.

Matanya tajam dan galak sembari menatap jarum di tangan Cheng Weiwan seolah itu adalah seorang musuh dalam pertikaian berdarah.

Pria ini, yang selalu tenang, mampu membawa diri dan tidak pernah menunjukkan emosi pada raut wajahnya... Yang membuatnya terkejut... Dia ternyata bisa memiliki ekspresi kacau seperti itu?

Ji Yi mengira bahwa pria yang mengangkatnya hingga ke dalam istana itu sudah cukup kehilangan kendali; dia tidak pernah membayangkan bahwa He Jichen bisa menjadi sepanik saat itu.

Terlebih lagi, semua itu terjadi karena... karena dirinya.

Hati Ji Yi mendadak bergetar tanpa henti.

Jarum di tangan Cheng Weiwan kembali menusuk kulit Ji Yi, membuatnya mengerutkan kening menahan sakit. Akan tetapi, benaknya masih dipenuhi oleh He Jichen.

Melihat kening Ji Yi yang berkerut, He Jichen spontan mengulurkan tangan pada Cheng Weiwan, ingin merampas jarum dari wanita itu. Tetapi ketika jarinya berjarak tak lebih dari satu inci, dia mengepalkan tangan dan memaksakan diri menarik kembali tangannya.

Jarum itu kembali menusuk kulit Ji Yi, menyebabkan kaki Ji Yi gemetaran menahan sakitnya.

Melihat itu, tubuh He Jichen menegang selama satu detik, kedua tangannya mengepal menjadi tinju. Lalu ia berbalik dan keluar dari lokasi istana.

Baru ketika mendengar pintu istana yang berat itu ditutup, Ji Yi mengedipkan mata dan tersadar kembali.

Bola matanya menyapu seisi istana sambil berpikir, mengapa He Jichen tiba-tiba pergi?

Ji Yi memikirkan hal itu selama tak lebih dari tiga detik sebelum akhirnya teringat kembali bagaimana He Jichen bergegas menghampirinya tadi. Ekspresi kebingungan melintas di wajah Ji Yi.

Jantungnya kembali berpacu kencang. Gadis itu menarik napas beberapa kali dan mulai resah.

Apakah He Jichen sebenarnya tidak merasa sebal dan membenciku seperti yang kukira?

Apakah hal itu berarti, jauh di lubuk hatinya, dia peduli padaku biarpun sedikit?

Lagipula, kami pernah memiliki hubungan yang baik dan berteman baik...

...

Di bawah pandangan para kru produksi, He Jichen melangkah keluar dari istana dan menapaki tangga di depannya. Dia melangkah naik dan turun. Naik lagi, lalu turun lagi.

Dia mengulangi hal itu beberapa kali sebelum akhirnya berjalan ke depan pintu istana dan mengangkat tangan, hendak membuka pintu. Akan tetapi, dia juga tidak sanggup membayangkan akan melihat dan mendengar Ji Yi kesakitan, dan dia khawatir akan menarik Cheng Weiwan keluar dari sana. Memikirkan hal itu, dia menarik kembali tangannya dan kembali melangkah naik-turun tangga.

Di tengah segala kegelisahan dan kekhawatiran itu, waktu berlalu dengan sangat pelan.

Ketika He Jichen hampir kehilangan kesabarannya, pintu istana akhirnya terbuka dan Cheng Weiwan keluar. "Di mana pakaiannya?"

He Jichen segera mengerti apa yang dimaksud oleh Cheng Weiwan. Dia berbalik dan berteriak pada seorang staf di dekatnya. "Pakaian, bawa pakaiannya ke sini!"

Tak lama kemudian, seseorang menemukan pakaian Ji Yi dari tempat ia berganti kostum dan membawanya.

Cheng Weiwan menerima pakaian itu dan masuk ke dalam istana.

Dia menutup pintu, menyerahkan pakaian itu kepada Ji Yi, lalu mengambil kostum yang penuh noda darah.

Pakaian ini jelas sudah tidak bisa dipakai lagi... Cheng Weiwan menggosok pakaian itu sebentar dan mempertimbangkan untuk membuangnya ke tempat sampah saat ujung jarinya merasakan sebuah benda yang keras.