Chereads / Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu / Chapter 215 - Satu-satunya Orang Yang Tak Pernah Melupakannya (5)

Chapter 215 - Satu-satunya Orang Yang Tak Pernah Melupakannya (5)

Setelah beberapa saat, Ji Yi mengedipkan mata seraya melemaskan cengkeraman jari-jemarinya pada selimut dan mengalihkan pandangannya dari "He Yuguang."

Hal pertama yang dilihat Ji Yi ketika menyibakkan selimutnya adalah pergelangan kakinya yang terkilir. Masih tampak agak bengkak, tetapi ia mencoba untuk berdiri. Seketika itu ia merasakan sakit, maka ia pun segera duduk kembali. Setelah beberapa saat, ia mencoba berdiri lagi, dan setelah yakin bahwa ia bisa menahan rasa sakitnya, gadis itu melangkah ke kamar mandi.

He Jichen yang tidak merasa nyaman dalam tidurnya di sofa pun bangun tak lama kemudian.

Setelah menyegarkan diri, hal pertama yang ia lakukan adalah memeriksa apakah pergelangan kaki Ji Yi sudah membaik.

Ji Yi diam-diam menahan rasa sakitnyaꟷdi depan "He Yuguang". Ia mengambil dua langkah kecil dan berkata, "Kak Yuguang, aku sudah baik-baik saja sekarang."

Ji Yi khawatir jika "He Yuguang" tidak mempercayainya, maka setelah berbicara, ia lalu memperlihatkan sebuah pose balet yang sempurna.

Pandangan Ji Yi tertuju pada kening "He Yuguang" yang berkerut. Ketika menunjukkan pose balet itu, ia melihat bahwa kerutan di antara kedua alisnya berkurang maka gadis itu tahu bahwa "He Yuguang" mempercayainya. Ia lalu berjalan dengan anggun ke arah telepon untuk memesan sarapan seraya menarik napas lega, dengan punggung membelakangi "He Yuguang."

Karena "He Yuguang" belum mendapatkan tidur yang cukup selama dua malam berturut-turut, wajahnya yang rupawan menunjukkan kelelahan.

Setelah selesai memesan makanan, Ji Yi menoleh ke arah sofa di mana "He Yuguang" terus-terusan memijat keningnya. Kemudian ia menundukkan pandangan dan mengatupkan bibir. Sebuah ide muncul di benaknya dan ia pun berkata, "Kak Yuguang, kakiku sudah jauh lebih baik. Sudah tidak apa-apa. Aku bisa pergi jalan-jalan mengelilingi kota tua. Karena kau sangat sibuk, jangan khawatirkan aku."

Ji Yi khawatir bahwa "He Yuguang" akan mencari alasan untuk tetap tinggal, maka ia pun menambahkan, "Aku sudah punya rencana untuk pergi ke Danau Erhai besok, jadi Kak Yuguang, uruslah pekerjaanmu."

He Jichen memang punya banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikannya saat kembali ke Beijing, maka karena Ji Yi berkata demikian, ia tidak ingin berdebat dengan gadis itu. Sambil mengangguk pelan pada Ji Yi, ia mengambil ponsel untuk mencari penerbangan, dan memesan tiket pesawat untuk siang itu.

Setelah berhasil memesan tiket, He Jichen mengirim pesan ke Ji Yi: "Aku memesan tiket jam dua belas siang nanti."

Setelah Ji Yi membaca kalimat itu, He Jichen melanjutkan mengetik: "Karena kau berada di Lijiang sendirian, kau harus menjaga diri. Jika terjadi sesuatu, kau bisa menghubungiku kapan saja."

Ji Yi tersenyum dan menjawab dengan, "Terima kasih, Kak Yuguang."

He Jichen tersenyum tipis, tetapi tidak mengatakan sesuatu.

Sarapan dengan cepat sudah diantar. Mereka berdua makan tanpa bersuara. He Jichen melihat ke arah jam dinding dan menyadari bahwa sudah jam setengah sepuluh. Sudah hampir waktunya berangkat ke bandara, maka dia pun berdiri, dan mulai mengemasi barang-barangnya.

Ji Yi menemani He Jichen sampai ke pintu masuk hotel. Taksi yang dipesan oleh resepsionis untuknya sudah datang, maka sang penjaga pintu membukakan pintu mobil bagi He Jichen. Pemuda itu tidak terburu-buru masuk ke dalam mobil, ia terus menulis pesan-pesan untuk Ji Yi sebelum akhirnya mengucapkan "Selamat tinggal" kepadanya. Lalu ia pun membungkukkan badan dan masuk ke dalam mobil.

Ji Yi berdiri di pinggir sambil terus menatap mobil yang melaju pergi itu. Setelah taksi itu tidak kelihatan, ia segera membungkuk untuk memeriksa pergelangan kakinya. Gadis itu telah berpura-pura bahwa pergelangan kakinya sudah tidak sakit lagi, dan menemani He Yuguang turun. Ketika yakin bahwa kakinya baik-baik saja, ia pun berbalik, dan dengan tertatih-tatih melangkah masuk ke dalam hotel.

Related Books

Popular novel hashtag