Percaya...
Jadi seperti inilah kehangatan yang kau rasakan ketika seseorang mengatakan bahwa ia mempercayaimu setelah orang lain salah menilaimu.
Dua malam sebelumnya, He Jichen membuatnya merasa sangat terluka dan Ji Yi berusaha sebaik mungkin untuk menahan semua perasaan itu sendirian. Ia tidak pernah berpikir untuk berbagi semua kesulitan yang dihadapinya kepada orang lain, tetapi saat ini, kata "percaya" yang diucapkan oleh "He Yuguang", dengan mudahnya meruntuhkan tamengnya dan membuat hatinya luluh.
Ji Yi menatap "He Yuguang" dengan hangat dan penuh kelembutan. Ia sangat tergerak sampai-sampai air matanya mulai merebak. Kuatir tidak dapat menahan tangisnya, Ji Yi segera mengedipkan mata.
"Manman, jika kau terluka, kau bisa memberitahuku. Tidak peduli apa masalahnya, Aku akan selalu ada untukmu." He Jichen merasa ada sesuatu yang tersangkut di kerongkongannya, membuatnya sulit bernapas. Setelah berusaha keras, akhirnya ia mengetikkan kata-kata itu di ponselnya.
He Jichen mendorong ponsel ke depan Ji Yi.
Ji Yi mengangkat pandangannya untuk melihat ponsel itu.
Meskipun itu hanya sebuah kalimat sederhana, Ji Yi menatapnya untuk waktu yang lama. He Jichen tidak menyadari bahwa jari-jemari Ji Yi sedikit gemetar.
He Jichen menyadari bahwa Ji Yi sudah selesai membaca, maka ia pun meraih kembali ponselnya.
Ketika Ji Yi masih kecil, setiap kali mendapat masalah, dia selalu menceritakan semuanya kepada Kak Yuguang. Setelah sekian tahun, dia juga masih bersedia mendengarkan celoteh Ji Yi...
Mendadak jantung Ji Yi mulai berdegup kencang.
Saat itu juga, waktu serasa berputar kembali. Tanpa berpikir dua kali, Ji Yi mengeluh pada "He Yuguang", sama seperti ketika mereka masih muda dulu. "Kak Yuguang, aku bukanlah wanita seperti yang He Jichen katakan. Aku tidak pergi menemui Lin Zhengyi untuk mencari jalan keluar bagi diriku sendiri karena 'Three Thousand Lunatics' berhenti diproduksi akibat kehilangan investasi..."
Inilah yang ingin Ji Yi ceritakan kepada He Jichen malam itu di hotel Four Seasons, tetapi melihat He Jichen yang demikian, membuat Ji Yi langsung enggan untuk menjelaskan maksudnya pada pemuda itu.
Hal itu menggambarkan betapa kecewanya Ji Yi.
Jika seseorang mempercayaimu, apa kau masih perlu menjelaskan maksudmu?
Ji Yi terdiam sesaat, kemudian mengerutkan bibirnya dan berkata dengan suara pelan, "...Aku pergi menemui Lin Zhengyi karena dia adalah satu-satunya orang yang bisa kutemui. Di dalam industri ini, aku tidak mengenal terlalu banyak orang kaya. Terlebih lagi, bahkan jika aku mengenal mereka, mungkin mereka tidak akan tertarik untuk berinvestasi. Sedangkan Lin Zhengyi, aku punya cara lain untuk membujuknya."
Meskipun Ji Yi tidak menyebutkan cara apa itu, He Jichen tahu persis apa yang dimaksud oleh Ji Yi setelah diam-diam mendengarkan rekamannya semalam.
"Bagaimana semua ini terjadi, memang tidak ada kaitan langsung denganku, tapi aku merasa bahwa He Jichen mendapat masalah karena telah menolongku. Aku merasa sangat prihatin atas apa yang menimpanya sehingga aku ingin membantunya, tapi aku tidak pernah menyangka bahwa begitu dia datang, dia langsung menuduhku sebagai wanita macam itu, tanpa terlebih dulu bertanya padaku apa yang sebenarnya terjadi..."
Meskipun kejadiannya sudah dua hari yang lalu, Ji Yi masih merasa tak berdaya dan terluka ketika menyebut kejadian malam itu.
Mungkin karena terlalu terbawa perasaan saat bercerita, Ji Yi tidak menyadari bahwa wajah pria muda yang ada di depannya berubah pucat pasi.
Karena gadis itu sudah mulai menumpahkan isi hatinya, tanpa sungkan-sungkan ia melanjutkan keluhannya, "...Dia tidak tahu berapa banyak aku harus minum hanya untuk mendapat kesempatan berbicara dengan Lin Zhengyi sendirian."