"Aku sama sekali tidak ingin minum, tapi aku tidak punya pilihan lain. Lin Zhengyi mengatakan bahwa dia hanya akan berbicara padaku jika aku meminum semuanya..."
Jadi rupanya karena itulah He Jichen melihat semua video yang memperlihatkan Ji Yi meminum satu demi satu gelas anggur...
Dan satu-satunya alasan Ji Yi melakukan semua itu adalah agar dia bisa berbicara empat mata dengan Lin Zhengyi. Ji Yi memiliki semua rekaman itu untuk bernegosiasi dengan Lin Zhengyi agar dia berinvestasi kembali dalam "Three Thousand Lunatics."
Lantas bagaimana dengan dirinya? Bukan saja ia telah salah menilai Ji Yi, dia bahkan memperlakukan gadis itu dengan sangat mengerikan...
Meskipun kemarin malam He Jichen telah menebak bahwa dia sudah salah paham, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Ji Yi, ia merasa begitu putus asa dan terkoyak seakan-akan mahluk buas yang bersemayam di dalam dirinya sedang mencabik-cabiknya. Rasa sakit yang begitu tajam menyerang tiap pembuluh darah dan sel-sel dalam tubuhnya.
Jadi, tanpa sepengetahuannya, Ji Yi memang peduli padanya.
Tetapi niat baik Ji Yi sudah diinjak-injak olehnya tanpa ampun.
Meskipun Ji Yi tidak pernah ingin berseteru dengannya, malam itu Ji Yi berubah dan lidahnya begitu tajam. He Jichen bahkan berpikir bahwa Ji Yi sangatlah memuakkan karena mampu berbicara seperti itu dengan percaya diri. Sepertinya Ji Yi berkata demikian saking marahnya!
Pantas saja begitu dia pergi, Ji Yi tidak menghabiskan sedetik pun lebih lama di hotel Four Seasons dan langsung pergi.
Pantas saja setelah dia menghabiskan sehari semalam mencari-cari gadis itu, ia menemukan Ji Yi dalam keadaan begitu kacau balau dan terguncang...
Semakin He Jichen memikirkan hal itu, semakin ia merasakan rasa sakit tak terperi di sekujur tubuhnya. Rasanya semakin sulit untuk bernapas dan jari-jarinya gemetaran hebat sehingga ia menjadi tidak bertenaga.
Terhanyut dalam pemikirannya sendiri, Ji Yi bahkan tidak menyadari betapa "He Yuguang" terlihat sangat aneh. Ji Yi menundukkan pandangan dan menatap meja kayu tua di hadapannya untuk beberapa saat lamanya, sebelum melanjutkan bicara, "...Aku tahu bahwa jika aku tidak mabuk, Lin Zhengyi tidak akan pernah membiarkanku pergi dari ruangan pesta itu, jadi aku sengaja berpura-pura mabuk. Aku takut dia akan menyadarinya, dan dia.. dia..."
Ji Yi ingin berkata "melecehkanku", tetapi sekuat apapun ia mencoba, satu kata itu tidak mampu terucap dari bibirnya.
He Jichen menyerap setiap patah kata terakhir itu, dan meskipun Ji Yi berhenti di tengah kalimatnya, ia tahu persis apa yang hendak dikatakan Ji Yi di akhir kalimat.
Ji Yi hanya merelakan dirinya dipermalukan oleh Lin Zhengyi demi dirinya...
Sakit hati, kejengkelan, penyesalan, menyalahkan diri sendiri... berbagai perasaan yang tidak ada habisnya menjalar ke sekujur tubuhnya. Otot-otot tangannya terasa ngilu hingga ponselnya terjatuh ke atas meja dengan suara "Dong!" yang keras.
Ji Yi spontan mendongak dan menyadari bahwa wajah "He Yuguang" telah berubah menjadi sangat pucat.
"Kak Yuguang, ada apa?" Ji Yi langsung melupakan semua yang ada di benaknya dan bergegas menghampiri "He Yuguang," kebingungan. Ia meraih tangan pemuda itu dan berkata, "Kak Yuguang, apakah kau baik-baik saja?"
Ji Yi tahu bahwa He Yuguang selalu sakit-sakitan sejak kecil. Ia kemudian berteriak dari balik pintu, " Ayi, Ayi, bantu aku menelepon amb..."
Sebelum Ji Yi sempat mengatakan "ambulans," He Jichen menggapai tangan Ji Yi untuk mencegahnya.
Ji Yi menunduk ke arah pemuda itu ketika merasakan sentuhannya.
He Jichen melihat pada Ji Yi sekilas, lalu mengambil ponselnya dan membuka aplikasi catatan. Dengan jari gemetaran, ia mulai mengetik.