Chereads / Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu / Chapter 182 - Pena Perekam Di Tangannya (2)

Chapter 182 - Pena Perekam Di Tangannya (2)

Ji Yi tidak berada di kampus, maupun di rumah. Mungkinkah dia pergi mengunjungi seorang teman?

Dalam beberapa tahun terakhir ini, dia memperhatikan setiap gerak-gerik Ji Yi. Setelah koma selama tiga tahun, sebagian besar orang kehilangan kontak dengan teman mereka. Saat ini, Ji Yi tidak memiliki banyak teman yang masih berhubungan dengannya...

Orang pertama yang terpikir oleh He Jichen adalah Li Da, tetapi ketika menelepon pemuda itu, hal pertama yang didengarnya sebelum sempat berpikir untuk menanyakan tentang Ji Yi adalah suara seorang wanita yang terdengar sopan. "Maaf Tuan, pesawat sudah hampir berangkat. Bisakah anda mematikan ponsel anda?"

Dengan sopan Li Da menjawab sang pramugari, "Sebentar lagi," lalu berkata pada He Jichen, "Kak Chen, apa kau butuh sesuatu? Aku hendak pergi ke Hangzhou dalam rangka perjalanan bisnis. Jika tidak ada hal mendesak, nanti kutelepon saat mendarat."

"Hanya kau yang pergi?" tanya He Jichen berbasa-basi.

"Tentu saja hanya aku sendirian. Aku kan tidak memiliki jabatan tinggi..."

"Tidak ada apa-apa. Kita bicara setelah kau mendarat saja." Mendengar kata-kata Li Da, He Jichen tahu bahwa Ji Yi tidak sedang bersamanya, jadi dia mengabaikan apa yang dikatakan Li Da selanjutnya. Ia berpamitan, lalu menutup telepon.

He Jichen mengambil ponselnya lagi dan menggunakan berbagai cara untuk menghubungi orang-orang yang masih berhubungan dengan Ji Yi; ada yang sedang berlibur ke luar negeri atau sibuk dengan urusan masing-masing.

Jadi Ji Yi... juga tidak menemui teman-temannya?

Awalnya, tidak ada yang bisa menghubungi Ji Yi, lalu ponselnya dinonaktifkan. Tidak mungkin terjadi sesuatu, kan?

Pikiran He Jichen langsung teringat akan sebuah artikel yang dibacanya di ponsel belum lama ini, tentang seorang mahasiswi yang dilaporkan menghilang empat puluh-delapan jam setelah naik taksi. Mereka lalu menemukan tubuhnya di tengah hutan, dalam keadaan sudah lama tewas.

He Jichen mempererat pegangannya pada ponsel, lalu dengan tidak sabar menginjak pedal gas. Ia memutar setir hanya dengan sebelah tangan, kemudian mengemudi tanpa arah yang jelas mengelilingi kota Beijing.

Beberapa jam telah berlalu, He Jichen menyadari bahwa ia hampir kehabisan bensin, maka ia pun mampir ke SPBU terdekat. Ketika itulah ia menyadari bahwa hari sudah sore.

Ia lalu mengirimkan pesan pada Tang Huahua: "Apakah Ji Yi sudah kembali ke kampus?"

Setelah selesai mengisi tangki mobil dan meninggalkan SPBU, pemuda itu menerima pesan dari Tang Huahua: "Belum, He Xuezhang. Menurutmu, apakah terjadi sesuatu pada Xiao Yi?"

He Jichen, yang sudah bingung bukan kepalang, menjadi semakin gelisah dan tidak tenang setelah membaca pesan Tang Huahua. Dia merasa begitu bingung sampai-sampai mengecek laman berita jikalau ada kabar mengenai wanita di area Beijing.

Ketika ia menyadari bahwa semua judul yang muncul adalah berita sepele di dalam industri hiburan, He Jichen merasa agak tenang, tetapi kemudian, ia merasa sedang bertingkah konyol. Jika sesuatu terjadi pada Ji Yi, mana mungkin secepat itu bisa masuk berita?

Kegelisahan itu membuat He Jichen merasa makin panik. Dia mengangkat tangan dan mengusap keningnya, lalu kembali mengemudi tanpa arah tujuan.

Ketika matahari mulai turun, He Jichen merasa lambungnya perih karena belum makan seharian. Dia berhenti di tepi jalan dan keluar dari mobil, namun tidak pergi ke restoran. Ia justru mampir ke minimarket di dekat tempat itu dan membeli sebungkus rokok.

He Jichen tidak kembali ke mobilnya, namun langsung menghampiri tong sampah dan membuka bungkus rokoknya.

Dengan menumpuknya puntung rokok, langit berubah semakin gelap.