Setelah aku pergi, apakah dia mandi, lalu beristirahat di kamar tidur?
He Jichen beringsut-ingsut ke pintu kamar tidur.
Kuatir akan membangunkan Ji Yi dari tidurnya, ia membuka pintu dengan pelan.
Lampu kamar tidur padam dan kamar gelap gulita. Dengan bantuan cahaya yang menyoroti dari ruang tamu, He Jichen dapat melihat bahwa ruang tidur itu tak tersentuh sama sekali, seakan tidak pernah ada orang yang masuk.
He Jichen mengerutkan kening dan otomatis memencet tombol lampu di dinding.
Lampu kamar pun menyala, dan ranjang yang kosong langsung tampak olehnya. Sprei sangat rapi dan tidak ada seorangpun di sana...
Jantung He Jichen terlonjak kaget. Ia lalu melangkah mendekati ranjang dan menarik selimut hingga jatuh ke lantai. Setelah yakin bahwa tidak ada orang di sana, dia segera kembali ke ruang tamu.
He Jichen memeriksa ke sekeliling ruangan untuk memastikan bahwa Ji Yi tidak sedang bersembunyi, lalu ia memeriksa kamar mandi, bak mandi, dan sauna. Ia tidak dapat menemukan sedikit pun jejak Ji Yi...
Baru kemudian He Jichen menyadari bahwa pakaian Ji Yi yang ia koyak juga sudah tidak ada lagi.
Dia tidak mungkin pergi memakai pakaian robek itu, kan?
He Jichen bergegas mengangkat telepon dan menghubungi bagian resepsionis. Setelah disambungkan dengan sang manajer, ia segera melontarkan pertanyaan, "1001. Kemana perginya orang yang kubawa kemari?"
"Tuan He, mohon tunggu sebentar..." Dari seberang telepon, He Jichen mendengar sang manajer bertanya kepada resepsionis wanita di meja depan. Setelah menunggu sekitar satu menit, sang manajer berkata, "Tuan He, wanita yang anda bawa meminta kami membawakan satu stel pakaian untuknya tiga jam yang lalu, membayar pakaian itu, lalu pergi."
Pergi tiga jam yang lalu... He Jichen menutup telepon dan segera menarik ponsel dari sakunya untuk melihat waktu.
Berarti... Ji Yi pergi sekitar setengah jam setelah dia meninggalkan gadis itu…. Saat itu belum jam sembilan dan pada jam sebelas Tang Huahua memberitahunya lewat pesan bahwa Ji Yi belum kembali ke kampus, dan dia juga tidak pulang ke rumah... Ada selisih dua jam, jadi ke mana dia pergi?
He Jichen mulai merasa kalut sembari terus memikirkan semua pertanyaan itu di benaknya. Ia segera membuka WeChat dan mengirimkan pesan kepada Tang Huahua: "Apakah Ji Yi sudah kembali ke kampus?"
Tang Huahua pasti sudah tertidur, karena ia tidak menjawab.
He Jichen berjalan bolak-balik dengan gelisah mengelilingi ruang tamu sebelum menyadari bahwa dia mungkin mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Ji Yi belum kembali ke kampus jam sebelas, dan ini sudah jam satu dini hari. Mungkin dia sudah kembali pada jam sebelas lebih tiga puluh menit, atau jam dua belas?
Ji Yi sudah dewasa dan keamanan publik di Beijing cukup bagus. Sebelum pergi, dia bahkan meminta pakaian baru pada pihak hotel, jadi seharusnya dia baik-baik saja...
He Jichen memaksakan dirinya agar tenang, lalu berdiri di depan jendela yang menjulang dari lantai ke langit-langit ruangan dan menatap langit malam untuk waktu yang lama. Kemudian ia kembali ke ruang tidur dan merebahkan diri untuk tidur di ranjang.
He Jichen tidak tahu berapa lama ia tertidur ketika mendengar ponselnya berbunyi "ding dong!", yang sontak membangunkannya.
Tirai jendela terbuka. Di luar, langit sudah terang, dan cahaya matahari pagi mengisi ruangan dengan bias kemerahan.
He Jichen duduk, meraih ponselnya, dan membuka WeChat. Pesan pertama yang dilihatnya adalah balasan dari Tang Huahua. "Xiao Yi tidak pulang semalam. Aku baru menelponnya, tapi tidak ada yang menjawab."
Tidak pulang semalam? Tidak ada yang mengangkat telepon?
He Jichen segera memencet nomor telepon Ji Yi dan menghubunginya. Seperti yang dikatakan oleh Tang Huahua, panggilannya tersambung sampai ia mendengar pesan: "Maaf! Orang yang anda hubungi sedang tidak ada di tempat. Silahkan mencoba beberapa saat lagi." Ji Yi tidak menerima panggilannya.