Chereads / Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu / Chapter 179 - Milyaran Bintang Tak Sebanding Dengannya (9)

Chapter 179 - Milyaran Bintang Tak Sebanding Dengannya (9)

-

He Jichen terus duduk di dalam mobil untuk beberapa saat lamanya setelah perusahaan asuransi mengirim seseorang untuk mengisi tangki bensinnya, sebelum akhirnya ia kembali menyalakan mesin mobil.

Ia menyusuri jalanan yang sepi dan lengang selama setengah jam tanpa tahu kemana dia akan pergi. Lalu ia menginjak rem dan perlahan menghentikan laju mobil.

He Jichen menoleh dan melihat ke luar jendela ketika menyadari bahwa ia telah kembali ke pintu masuk hotel Four Seasons.

Sang penjaga pintu yang mengenali mobilnya segera menghampiri, lalu menunggu ia keluar dari dalam mobil.

He Jichen menurunkan jendela dan melambaikan tangan pada lelaki itu, sebagai isyarat agar dia pergi.

Setelah sang penjaga pergi, He Jichen menaikkan jendela mobilnya kembali dan menimbang-nimbang apakah ia sebaiknya kembali ke kampus, atau pulang ke rumah.

Ia menghabiskan waktu yang lama untuk mengambil keputusan yang sederhana itu, namun ia tetap tidak dapat memutuskan. Pandangannya kembali tertuju ke lantai paling atas hotel Four Seasons itu.

Apa yang dilakukan wanita itu sekarang?

Ketika pergi, ia menendang meja kopi hingga terbalik, dan dari sudut matanya ia melihat tubuh ramping Ji Yi di sofa, gemetar ketakutan. Ji Yi menatapnya dengan mata yang merah penuh kengerian, seakan hendak menangis.

He Jichen tidak berlama-lama di kamar hotel dan meninggalkannya sendirian di sana. Apakah Ji Yi benar-benar menangis?

Dan juga... Pandangan He Jichen berpindah dari lantai atas hotel Four Seasons ke tangannya sendiri yang ada di roda kemudi.

Apakah aku menyeretnya terlalu kasar dari Yue Yuan hingga ke sini? Aku bahkan mengguyurnya dengan air dingin, dan ketika kata-katanya membuatku marah, aku telah menghempaskan tubuhnya...

Beritahu aku, mengapa aku selalu kehilangan kendali jika bersamanya dan meledak-ledak dalam kemarahan?

Dan mengapa dia mengatakan semua hal itu padaku? Aku jelas-jelas sedang marah, dan dia terus saja memancingku...

Memikirkan hal itu, kepala He Jichen mulai pening. Ia mengangkat tangan dan menekan pelipisnya, mencoba membuat dirinya berhenti berpikir, tetapi semua pikiran yang ada di benaknya semakin meluap-luap.

Malam ini begitu dingin, tetapi gadis itu justru diguyur dengan begitu banyak air dingin. Siapa yang tahu jika dia akan terkena demam seperti waktu lalu. Pergelangan tangannya juga masih terluka. Entah apakah sudah sembuh atau belum...

He Jichen lantas mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, lalu keluar dari mobil.

Ia bahkan tidak mengunci pintu mobil dan langsung berjalan menuju lobi hotel.

Manajer hotel kebetulan sedang berbicara dengan seorang karyawan di meja resepsionis. Melihatnya melangkah masuk, sang manajer segera menghampiri, lalu menyapanya, "Tuan He."

Baru ketika mendengar suara sang manajer, ia menyadari apa yang dilakukannya. Langkahnya mendadak terhenti sembari menatap lift untuk beberapa saat. Sekarang sudah larut malam, jadi wanita itu pasti sudah tidur, kan? He Jichen hendak naik ke kamar atas dan diam-diam melihatnya. Kalau Ji Yi baik-baik saja, dia akan segera pergi lagi...

Dengan pikiran itu, He Jichen kembali melangkahkan kaki menuju lift, mengabaikan sang manajer hotel.

Ketika sampai di lantai paling atas, He Jichen keluar dari lift dan segera menuju pintu kamar hotelnya.

Dengan hati-hati, pemuda itu menggesek kartu kunci dan membuka pintu.

Lampu di dalam ruangan masih menyala, dan meja kopi masih terbalik, seperti saat ia meninggalkan kamar. Kotak tisu dan remote control masih berserakan di lantai kayu.

Lampu kamar mandi juga menyala, dan melalui pintu, ia melihat ada dua handuk teronggok di lantai.

Tetapi Ji Yi tidak ada di sofa.