Tepat ketika Ji Yi berjalan ke arah pintu, bahkan sebelum ia sempat mengulurkan tangan untuk membuka pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka dengan sebuah tendangan keras dari luar.
Ji Yi sangat ketakutan, ia langsung mundur dua langkah agar terhindar dari daun pintu kayu yang hampir menghantam wajahnya.
Ji Yi menghembuskan napas dingin dalam kepanikannya, lalu mendongak, sedikit marah. Ji Yi hendak bertanya kepada orang yang menendang pintu, "Apa yang kau lakukan?", tetapi kata-kata itu tidak keluar dari mulutnya. Sebagai gantinya, Ji Yi menatap sosok yang berpakaian serba hitam di ambang pintu itu untuk waktu yang lama.
Ekspresi wajah pria itu sombong dan dingin seperti biasanya. Setiap detail wajahnya yang sempurna terlihat sangat mempesona, dia terlihat begitu tampan di bawah sinar lampu koridor.
He Jichen menatap tajam ke dalam mata Ji Yi dengan kharismanya yang sulit ditolak, tetapi Ji Yi hanya dapat melihat pancaran kebengisan yang memberinya rasa takut luar biasa.
Ji Yi merasakan atmosfir berbahaya merayap ke dalam hatinya, sontak ia menunduk untuk menghindari tatapan He Jichen. Dari sudut matanya, Ji Yi melihat sekilas benang merah yang melingkari pergelangan tangan pria itu, dan saat itulah Ji Yi tersadar.
He Jichen. Kenapa ... dia ada di sini?
Belum sempat pertanyaan itu berdiam di benak Ji Yi, ia merasakan He Jichen yang berdiri di pintu akhirnya bergerak.
Ji Yi otomatis menunduk dan dapat merasakan tatapan He Jichen yang terpaku padanya ketika pemuda itu mulai mendekat, selangkah demi selangkah.
Semakin dia mendekat, Ji Yi dengan jelas dapat merasakan hawa dingin yang mengancam memancar dari tubuh pemuda itu.
Jari-jemari Ji Yi gemetaran dan ia hendak mundur dua langkah untuk menjaga jarak antara dirinya dan He Jichen, ketika pemuda itu tiba-tiba mengulurkan lengannya dan menunjuk Lin Zhengyi yang berada di belakang Ji Yi.
Gerakan He Jichen sederhana, namun penuh dengan ancaman.
Ji Yi mengira dia akan segera memaki, namun ia terkejut karena He Jichen tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia hanya menunjuk pada Lin Zhengyi dari atas ke bawah. Detik berikutnya, tangannya berpindah ke sisi Ji Yi. Tanpa memberi Ji Yi waktu untuk bertindak, dia menggenggam pergelangan tangan gadis itu dan menyeretnya keluar.
He Jichen berjalan melewati seseorang yang mengenalnya di Yue Yuan dan menyapanya dengan sopan.
Dengan ekspresi dingin di wajahnya, He Jichen mengabaikan semua orang di sekitarnya dan secara membabi buta menyeret Ji Yi melewati koridor yang panjang dan berliku, lalu keluar dari pintu depan.
Langkahnya begitu panjang dan cepat, jadi Ji Yi, yang berlari kecil mengikuti dengan sepatu hak tinggi di belakangnya, hampir tersandung beberapa kali.
He Jichen mencengkeram pergelangan tangan gadis itu dengan begitu erat sehingga ia begitu kesakitan seolah tulang di bagian pergelangan tangannya telah remuk. Gigi gadis itu bergemeretakan menahan sakit.
Melihat He Jichen keluar, penjaga di depan pintu masuk Yue Yuan segera menyerahkan kunci mobilnya. "Tuan He, mobil anda..."
Sebelum penjaga itu selesai bicara, He Jichen menyambar kuncinya dan langsung menuju tempat parkir yang cukup dekat sambil terus berjalan dengan langkah lebar dan menyeret Ji Yi bersamanya.
Ketika sampai di mobilnya, He Jichen membuka pintu mobil dan dengan paksa mendorong Ji Yi masuk. Ia membanting pintu hingga menutup.
He Jichen membanting pintu dengan sedemikian kerasnya sehingga terdengar suara hantaman yang memekakkan telinga. Ji Yi masih belum pulih dari rasa terkejutnya ketika mendengar suara pintu mobil di bagian pengemudi terbuka.
Ji Yi mendongak dan melihat He Jichen duduk di kursi pengemudi.
Bahkan sebelum sempat melihat He Jichen menyalakan mesin mobil, mobil itu telah melaju dengan sangat kencang.
Tanpa sabuk pengaman, tubuh Ji Yi terhempas ke depan.