Ji Yi menunggu sampai mobil He Jichen menghilang dari pandangan sebelum berjalan ke arah lift dan menekan tombol naik.
Apartemen He Jichen berada di arena hunian berkelas. Setiap apartemen memiliki lift sendiri, jadi pintu lift terbuka dengan cepat.
Ji Yi sudah mengunjungi rumah He Jichen dua kali ini, tapi belum pernah memiliki kesempatan untuk melihat-lihat isi rumah.
Kali ini, hanya ada Ji Yi sendirian di sana. Ia menemukan sepasang sandal rumah di pintu masuk, mengenakannya, lalu masuk dan memeriksa sekelilingnya.
Apartemen itu didekorasi dengan mewah dan mengesankan. Seperti pemiliknya, tempat itu memberikan kesan megah dan elegan.
Tidak ada kamar tidur di lantai satu. Ji Yi pertama-tama pergi ke ruang makan, menuang segelas air, lalu menaiki tangga.
Ada dua kamar tidur di lantai dua dan sebuah ruang kerja. Ji Yi pernah tinggal di kamar utama He Jichen sebelumnya, maka ia tidak membuang waktu dan langsung menuju kamar itu.
Ji Yi lalu mandi dan melipat jubah mandi di dalam kamar tidur yang terhubung dengan kamar mandi, lalu naik ke ranjang.
Ada terlalu banyak kejadian tidak menyenangkan dalam satu hari itu. Ji Yi terjaga untuk waktu yang lama sebelum akhirnya tertidur pulas.
-
Di luar jendela kamarnya, He Jichen bersandar pada tiang lampu dan menyalakan sebatang rokok.
Selain satpam yang sesekali berpatroli membawa senter, area perumahan itu sangat sepi dan tidak ada orang lain di sana.
He Jichen tidak tahu sudah berapa lama dia berdiri di sana. Ia hanya menunduk ketika merasakan sedikit sengatan yang membakar jari-jarinya. Lalu ia melihat rokok yang dinyalakannya sudah terbakar hingga ke pangkalnya.
He Jichen mematikan rokok di asbak yang terletak pada bagian atas tong sampah, lalu mendongakkan kepalanya, melihat ke lantai dua.
Baru saja lampunya masih menyala, tetapi kini sudah padam.
Dia mungkin sudah tidur...
He Jichen tidak terburu-buru untuk pergi, dan ia pun menyalakan sebatang rokok lagi.
Rokok itu terbakar separuh sebelum pandangannya beralih dari kamar tempat Ji Yi tidur.
Tanpa ada aku di sana, dia akan bisa tidur dengan nyenyak, bukan?
Sebersit kesedihan membayangi mata He Jichen. Ia berkedip, lalu mematikan rokok yang ada di sela jarinya, dan membuang puntungnya ke tong sampah. Ia lalu melangkah ke arah mobilnya yang diparkir cukup dekat.
He Jichen duduk di dalam mobil sambil mengetik sebuah pesan kepada Zhang Sao agar datang lebih awal keesokan harinya untuk membuat sarapan. Setelah mengirim pesan, ia teringat akan pakaian Ji Yi yang terkoyak dan menyuruh Zhang Sao untuk pergi ke mall dan membeli baju juga. Lalu ia menyimpan ponselnya, menginjak pedal gas, dan meninggalkan tempat itu.
-
Kali ini, Ji Yi tertidur begitu pulas hingga baru terbangun pada jam sembilan pagi keesokan harinya.
Ia langsung meraih ponselnya, berencana menelepon toko pakaian favoritnya agar mengirimkan pakaian untuknya. Tetapi ia lalu melihat tumpukan pakaian yang terlipat rapi di atas meja samping ranjang.
Di atas tumpukan itu ada pesan: Nona, Tuan ingin saya mempersiapkan semua pakaian ini untuk Anda.
Ji Yi langsung tahu bahwa Zhang Sao yang menulis pesan tersebut. Sebutan "Tuan" yang ditulisnya pasti mengacu pada He Jichen... Bagaimana dia bisa begitu teliti sampai menyuruh Zhang Sao menyiapkan beberapa pakaian untukku?
Ji Yi memandangi pakaian itu, setelah tenggelam dalam pikirannya sejenak, ia lalu menyibakkan selimut dan pergi ke kamar mandi membawa pakaian baru itu.
Setelah menyegarkan diri dan berganti pakaian, Ji Yi meninggalkan kamar dan turun ke lantai bawah.
Ketika ia hampir sampai di ruang tamu pada lantai satu, Ji Yi mendengar samar-samar ada kegiatan dari arah balkon. Ji Yi mengira itu adalah Zhang Sao, maka ia pun menghampirinya, berencana untuk menyapa. Sebelum mengambil dua langkah maju, ia mendengar suara He Jichen dari arah balkon.