Chereads / Sinarnya yang berkilauan dan menyesakkan / Chapter 98 - Siapa Pria Itu? Lu Yanchen?

Chapter 98 - Siapa Pria Itu? Lu Yanchen?

Membuka pintunya, Shi Guang lalu melepaskan sepatu dan masuk ke rumah. Ia lalu melemparkan diri ke sofa. Ia baru saja berbaring, dan hendak mandi setelah beristirahat sejenak ketika ponselnya berdering. Ia tak punya pilihan selain duduk dan meraih ponsel dari dalam tasnya.

Telepon itu dari sepupunya, Mo Jin.

"Mo Jin…,"

"Kau sudah bertemu Qiao Yuwei hari ini?" Mo Jin sedang kuliah di luar negeri, dan karenanya, ketika di tempatnya masih pagi, hari sudah malam di tempat Shi Guang. Semalam, saat ia sedang lelap tertidur, ia mendapat telepon dari Qiao Yuwei.

"Sudah," Shi Guang agak bingung. "Kau tahu dari mana?"

"Aku masih tidur ketika ia menelepon, menanyakan nomormu."

Mo Jin terheran-heran. Sepupunya itu terlahir cantik. Sejak masih muda, levelnya sudah setara dengan primadona sekolah, dan dikejar oleh banyak laki-laki. Tapi ia juga seseorang yang tidak punya ciri khas. Tak hanya itu, ia dimanjakan sejak kecil oleh orang tuanya. Meski ia terlahir dengan status sosial yang rendah, ia memiliki ambisi besar dan ia bahkan pernah menyatakan hanya akan menikahi orang dari keluarga ternama.

"Eh? Terus kau memberikannya?" tanya Shi Guang lembut, diam-diam berharap sepupunya itu tidak melakukannya. Ia tidak ingin bergaul dengan seseorang seperti Qiao Yuwei.

"Ya tidak, lah! Orang lain mungkin tidak tahu, tapi aku tumbuh bersamanya, dan aku tahu betul, lebih daripada orang lain, dia orang seperti apa. Kalau dia tiba-tiba menanyakan nomormu seperti itu, pasti ada alasan di baliknya."

"Aku bertemu dengannya di pantai hari ini."

"Kau bersama cowok tinggi dan tampan?"

"Benar!"

Merasa malu, Mo Jin menghela napas, "Dia pasti naksir dengan pria itu, 'kan?"

Shi Guang mengurut hidungnya. "Sepertinya begitu."

Kehabisan kata-kata, Mo Jin mengeluarkan tawa tertahan, "Pasti ada sesuatu dengan kepalanya. Dia bisa menyukai siapa saja. Bukannya aku tidak setuju dengannya, tapi otaknya itu seperti berisi rumput. Ia tidak punya apa-apa selain wajahnya itu. Kalau ada orang yang benar-benar akan hidup bersamanya, aku yakin tidak ada seorang pun laki-laki yang bisa tahan. Ah, tunggu…,"

Ada banyak sekali anak-anak orang kaya yang mengejar Qiao Yuwei. Tak ada alasan kenapa ia harus sangat tertarik dengan setiap anak-anak itu, 'kan?

Pria itu pasti lebih dari luar biasa, kalau begitu. Mo Jin merasa ada yang salah dan kemudian ia tersadar.

Sempat ragu-ragu, ia kemudian bertanya, "Siapa pria itu? Apa itu… Lu Yanchen?"

Shi Guang menggigit bibirnya, merasa agak jengkel—pada akhirnya ia tetap ketahuan.

Ia buru-buru menjawab, "Ya, itu Lu Yanchen. Tapi, Mo Jin, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku cuma pelatih renangnya."

"Pelatih renang? Kenapa kau mau jadi pelatih renangnya? Ada yang salah dengan kepalamu?" Mo Jin juga sangat marah sampai kini ia berdiri tegak.

"Kakakku sudah akan siuman. Dokter berkata kemungkinan operasi ini berhasil bisa mencapai delapan puluh persen! Makanya, aku…,"

"Makanya, kau mencari Lu Yanchen demi uang?"

Merasa Mo Jin sebentar lagi akan mati karena marah, Shi Guang dengan cepat menjelaskan, "Bukan, bukan! Aku sudah mendapatkan uang dari juara berenang. Ada juga uang dari sokongan untuk klub renang. Tapi meski sudah ada, uangku masih kurang—makanya aku menerima pekerjaan sebagai pelatih renang… Lu Yanchen. Ia punya vertigo terhadap air, dan karenanya bayaran untuk itu lebih tinggi. Lagipula bukan dia yang menandatangani kontraknya, ibunya yang melakukannya. Tak satu pun dari kami yang tahu pada awalnya. Alasan kenapa aku ke pantai hari ini adalah untuk menghadiri kelas itu."

Baru setelah mendengarnya, Mo Jin menghela napas lega. Tapi ia tidak sepenuhnya lega, "Tapi kau dan Lu Yanchen…,"

Shi Guang mengiyakan, "Mo Jin, aku tidak bisa memikirkan hal ini sekarang. Aku tidak menginginkan apapun kecuali agar kakakku siuman. Kalau dia bisa siuman, aku akan sangat senang walaupun aku tereliminasi dari ujian saringanku."

"Yang benar? Kau dan dia tidak akan…,"

"Tidak, tidak! Tentu saja tidak!"

"Pergilah menjenguk nenek kalau kau punya waktu. Aku dengar dari ibuku kalau tubuhnya tidak terlalu sehat akhir-akhir ini."

"Aku akan ke sana sebelum akhir liburan musim panas."