Tepat ketika Shi Guang selesai menyiapkan rencana pembelajaran untuk Lu Yanchen, Zhang Shulin selesai menyiapkan jadwal latihannya.
Di pinggir kolam, tempat perlengkapan renang bertumpuk-tumpuk setinggi gunung—Zhang Shulin menyuruhnya berlatih di darat dengan semua perlengkapan itu, sebelum akhirnya masuk ke air tiga hari kemudian dan memeriksa hasil latihannya.
Hari pertama, Shi Guang merasa tidak familiar dengan semua itu, dan sekujur tubuhnya terasa sangat tidak nyaman. Karena itu, ia berpikir bagaimana caranya agar bisa menyentuh air sebentar saja, karena sore itu ia ada kelas dengan Lu Yanchen.
Ketika berjalan menuju gelanggang, ia melihat seorang gadis yang sangat cantik di sebelah petak bunga di pintu masuk. Perempuan itu memunggunginya, dan rambutnya panjang dan mengkilap. Ia mengenakan terusan bermotif bunga, dengan ikat pinggang kecil di pinggangnya, membuatnya terlihat langsing dan tinggi.
Shi Guang tidak terlalu memperhatikannya dan langsung berjalan menuju gelanggang.
Tak lama kemudian, pintu gelanggang renang terbuka. Shi Guang yang sedang duduk pun menoleh. Ia pikir itu Lu Yanchen; tapi ketika ia mengangkat kepala, ia justru melihat wanita dengan tubuh menggoda sedang berjalan dengan anggun.
Karena ia duduk menghadap sinar matahari, ia tidak bisa melihat jelas rupa dari wanita itu. Meski begitu, dari penampilannya, Shi Guang menerka bahwa wanita ini adalah yang tadi berdiri di luar.
Ketika wanita itu mendekat, Shi Guang akhirnya melihat wajahnya. Sebersit kekagetan melintasi mata Shi Guang dan ia langsung memalingkan wajahnya dan menatap lurus ke depan—wajahnya berubah sangat pucat.
Di belakangnya, suara wanita itu terdengar dengan lembut, "Halo!"
Bulu matanya yang panjang bergetar sekilas ketika Shi Guang bangkit berdiri. Ketika menghadapi wanita itu lagi, ekspresinya berubah normal; ia bahkan tersenyum sopan, "Halo! Ada yang bisa saya bantu?"
Wanita itu tertawa lirih, "Nama saya Yang Sitong. Saya mencari Lu Yanchen. Ia di sini?"
"Dia belum sampai. Kau bisa meneleponnya terlebih dahulu," selesai mengatakannya, Shi Guang duduk kembali.
Yang Sitong terkejut. Apakah pelatih wanita ini sama sekali tidak penasaran melihat seorang wanita datang untuk mencari Lu Yanchen?
Apakah karena sudah banyak wanita yang datang mencari Lu Yanchen? Atau karena dia sama sekali tidak tertarik?
Ia lalu bertanya lagi, "Apakah Anda pelatih Lu Yanchen?"
"Benar."
"Saya tunangan Lu Yanchen."
Begitu Yang Sitong mengucapkannya, ia menantikan wajah iri dari pelatih wanita itu. Tapi pelatih itu hanya menjawab dengan "Oh" tak acuh.
'Apakah ia benar-benar tidak tertarik dengan Lu Yanchen?'
'Tidak mungkin!"
"Anda pelajar, 'kan?"
"Ya, benar."
"Anda tinggal di daerah sini?"
"Tidak, saya dari provinsi sebelah."
"Area pinggiran?" Yang Sitong mengedikkan dagunya dan melirik ponsel milik Shi Guang sebelum berujar dengan nada serius, "Saya sama sekali tidak menyangka! Anda bahkan menggunakan ponsel Apple!"
Shi Guang merengut, "Dan warga pinggiran tidak boleh punya ponsel Apple?"
Menyadari kalau ia telah mengatakan sesuatu yang salah, Yang Sitong tertawa dan meminta maaf, "Bukan, bukan! Saya tidak bermaksud meremehkan warga pinggiran."
Shi Guang tak lagi memperhatikan wanita itu, dan melangkah pergi untuk menyiapkan perlengkapan renang. Yang Sitong ingin langsung menanyakan Shi Guang lagi, ketika pintu gelanggang renang kembali terbuka.
Suara langkah kaki yang elegan bergema di ruangan itu, sebelum kemudian berhenti. Shi Guang tidak perlu menoleh untuk tahu milik siapa langkah kaki itu.
"Yanchen, kau sudah datang!" Yang Sitong berseru dengan semangat sebelum berjingkrak ke arah Lu Yanchen.
Tatapan Lu Yanchen mulai suram, dan wajahnya begitu dingin sampai terlihat menyeramkan. Ia berkata dengan nada yang dingin dan penuh kekesalan, "Kau sedang apa di sini?"
Galaknya!
Shi Guang dengan refleks menoleh.
Seluruh tubuh Lu Yanchen kini menguarkan aura dingin yang mengusir orang dalam jarak berkilo-kilometer darinya. Aura itu bahkan lebih menusuk daripada kata-kata marah atau ditonjok secara fisik.