Shi Guang tidak sadar berapa lama ia terlelap ketika seseorang menyenggol bahunya. Terperanjat bangun, ia melihat Lu Yanchen mengambil ponsel dan dompetnya. Seraya melihat sekeliling, Shi Guang pun bertanya, "Kita sudah sampai?"
Bagaimana bisa ia tertidur? Tak hanya itu, ia tidur seperti batu! Wajah Shi Guang sudah lebih dari malu. Mengikuti Lu Yanchen, ia mengusap belakang kepalanya dan berujar canggung, "Maaf aku ketiduran dan terima kasih sudah mengantarku."
Lu Yanchen hanya diam dan mengabaikannya. Dengan cepat ia berjalan menuju gedung apartemen itu. Mengikuti di belakangnya, Shi Guang tidak mengerti kenapa ketika ia memperhatikan langkah Lu Yanchen, ia merasa pria itu sedang frustrasi.
'Apa terjadi sesuatu ketika aku tertidur?'
Di dalam lift sunyi senyap karena keduanya tidak ada yang angkat bicara, dan hanya berdiri diam di sana. Namun ketegangan di antara mereka saja cukup untuk membuat seseorang merasa canggung.
Ketika lift itu mencapai lantai sebelas, Shi Guang bersiap untuk keluar. Tapi ia bahkan baru maju selangkah ketika Lu Yanchen meraih pergelangan tangannya; sebersit rasa khawatir terpancar di matanya.
Shi Guang berbalik, namun pria itu telah menyembunyikan perasaannya.
Tanpa berkata apapun, ia melepaskan genggamannya. Shi Guang pun merengut, "Kenapa?"
"Ganti pelajarannya," jawab Lu Yanchen singkat, terlihat seperti tidak terjadi apa-apa.
"Pelajaran apa?" tanya Shi Guang bingung. Sambil menekan tombol buka pada lift, ia bertanya, "Meskipun kau tidak mau pergi melihat laut, tidak bisa begitu. Kalau kau ingin aku menurutimu saja, kau boleh ke sana sendiri kalau senggang. Cobalah menatap ke arah laut lebih lama, sambil memperpendek jarakmu dengan air. Yang paling bagus adalah kalau kau bisa menghadapi laut seharian tanpa merasa pusing."
"Ubah saja kalau kuminta," Lu Yanchen memerintahkannya, nada suaranya terdengar cemas.
"Tap…," Shi Guang tidak mengerti kenapa tiba-tiba Lu Yanchen menjadi sangat frustrasi. Ia jelas-jelas sudah berdamai dengan Shi Guang. Apa yang sebenarnya menyebabkan suasana hatinya berubah sejelek ini?
"Kau lebih baik menyadari posisimu sekarang." Lu Yanchen menyela dengan tatapannya yang dalam dan mencekam.
Shi Guang ternganga.
"...dan statusmu!" Ia menambahkan.
Shi Guang benar-benar terheran-heran. Apa maksudnya? Apa ia berpikir Shi Guang masih memiliki perasaan padanya, makanya ia bersikeras melakukan semua itu untuknya? Darah mengalir ke kepala Shi Guang ketika ia menjawab santai, "Aku tidak menyukaimu lagi. Apa yang kau pikirkan?"
Tepat saat itu, seakan ada sebilah pisau tajam yang menusuk hati Lu Yanchen, dan ia merasakan cengkeraman erat di urat-urat tangannya. Tapi ia nyaris langsung melemaskan diri dari tegangan itu.
Tatapan dinginnya menembus Shi Guang, "Lebih baik itu benar."
Sambil terkekeh, ia menatap Shi Guang dengan tatapan arogan namun yakin, "Kalau tidak, hal itu pasti menggangu pikiranku."
"Mau kau percaya atau tidak, aku hanya ingin mengajarimu berenang dengan benar, dan membantumu terbebas dari vertigomu. Kalau kau benar-benar tidak ingin pergi ke pinggir laut, akan kuganti saja rencana pembelajarannya."