Lu Yanchen membiarkan ponselnya berdering; ia jelas tidak berniat menjawabnya. Tiba-tiba, Shi Guang bergerak di sebelahnya.
Berpikir Shi Guang akan bangun, Lu Yanchen meliriknya sekali lagi dengan tatapan dalam yang sama. Tapi gadis itu tidak terbangun, dan hanya berganti posisi tidur.
Lu Yanchen menyentuh alis indahnya dengan jemarinya yang panjang.
Setelah beberapa saat, ia keluar dari mobil.
Mendengar langkah kaki di belakangnya, wanita itu dengan refleks berbalik. Ketika melihat Lu Yanchen, matanya berbinar, dan ia lalu berseru dengan semangat, "Yanchen! Sejak kapan kau di belakangku?"
Lu Yanchen tidak menjawab dan hanya menatap wanita itu dengan tak acuh.
Melihat wanita itu melangkah maju hingga hampir menyentuhnya, Lu Yanchen langsung mundur beberapa langkah.
Sikap dingin Lu Yanchen membuat wanita itu tertegun sesaat, membeku di tempatnya berdiri.
Hendak mencairkan suasana, ia lalu berujar, "Caramu melihatku seperti melihat orang asing saja. Jangan bilang kau tidak mengenaliku, padahal kita hanya setengah tahun tidak bertemu! Kalau begitu apa aku harus memperkenalkan diri? Namaku Yang Sitong, usiaku 24 tahun ini…,"
"Kenapa kau di sini?" Lu Yanchen menyela. Ada sebersit ketidaksabaran dalam suaranya, dan ia jelas terganggu dengan candaan wanita itu.
"Aku baru kembali hari ini, dan baru saja dari ke rumahmu. Bibi mengatakan saat makan, kau pindah rumah. Makanya aku datang ke sini untuk menemuimu…," Seraya mengatakannya, wajah Yang Sitong bersemu malu, dan ia menundukkan pandangannya. "Sudah lama aku tidak melihatmu, jadi aku tak tahan untuk tidak mampir."
Wajah Lu Yanchen masih sedingin dan sekaku biasanya. "Ada lagi?"
Makna di balik dua kata itu adalah, 'Karena kau telah bertemu denganku, kau bisa pergi kalau tidak ada hal lain.'
"Kau tadi di mobil?" Yang Sitong berpura-pura tidak mengerti maksud perkataan Lu Yanchen, dan melongok ke arah mobilnya seraya bertanya. Ia lalu bertanya dengan bercanda, "Kau sendirian? Jangan-jangan kau punya wanita cantik di sana, dan sedari tadi kau mengobrol dengannya?"
Ia masih melongok ke arah mobil. Kaca mobil Lu Yanchen dilapisi dengan lapisan yang lebih gelap, jadi tidak mungkin wanita itu bisa melihat apa yang ada di dalamnya.
"Apa urusannya denganmu?" tanya Lu Yanchen. Ekspresi yang ditunjukkannya bahkan lebih dingin daripada ekspresinya terhadap orang asing.
Wajah Yang Sitong berubah sedikit pucat dan menyedihkan. Namun raut wajah itu dengan cepat menghilang dan digantikan dengan senyuman. "Aku hanya bercanda. Aku tahu kau tidak akan melakukan itu."
"Kau bisa pergi sekarang!" Walaupun mereka baru bertukar beberapa kata, kesabaran Lu Yanchen terhadap wanita itu sudah habis. Itulah kenapa ia tiba-tiba memerintah wanita itu.
Yang Sitong mencengkeram tasnya lebih erat, membuat buku-buku jarinya memutih. Ia lalu bertanya dengan nada sakit hati dan putus asa, "Yanchen, bisakah kau tidak… sedingin itu? Kita, 'kan, bertunangan."
Sudah bertahun-tahun lamanya.
Meski Yang Sitong telah lama terbiasa dengan sikap tak acuh Lu Yanchen padanya, setiap kali pria itu mengusirnya, bahkan sebelum percakapan mereka semakin dalam, masih membuatnya sakit hati.
Ia adalah seseorang yang dimanjakan oleh semua orang, serta memiliki latar belakang keluarga yang baik. Kakeknya selalu memberitahunya bahwa leluhur mereka adalah keluarga aristokrat dari petinggi negara.
Baru pada generasi ayahnya lah, kakeknya beralih menjadi pengusaha. Meski begitu, ia adalah pengusaha dengan pengaruh yang besar.
Hanya saja, keluarganya bahkan masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Lu Yanchen.
Ketika mendengar kata-kata Yang Sitong, raut wajah Lu Yanchen akhirnya berubah.
Dengan air muka yang gelap dan sepasang mata yang dingin, ia berkata, "Tolong jangan lupa kalau setelah aku lulus SMA, aku pergi ke rumahmu untuk membatalkan perjanjian pernikahan kita!"