Wajah Yang Sitong berubah sangat masam.
Ketika pertama kali mengetahui kalau ia dijodohkan dengan Lu Yanchen, ia selalu bermimpi dapat tumbuh lebih cepat, sehingga ia bisa menikahi Lu Yanchen dan hidup bahagia selamanya.
Selama ini ia telah menunggu.
Tak disangka, suatu hari di musim panas setelah Lu Yanchen baru saja lulus SMA, pria itu mendatangi rumahnya dan meminta untuk membatalkan pernikahan mereka.
Lu Yanchen saat itu berkata, "Saya tidak akan menikahi putri Anda. Lebih baik untuk Anda dan putri Anda jika pernikahan ini dibatalkan secepatnya."
Setelah meninggalkan ultimatum itu, ia lalu melangkah pergi.
Yang Sitong mengejarnya tanpa berpikir panjang, "Kenapa, Yanchen! Apa yang salah denganku? Kenapa kau membatalkan pernikahan kita?!"
Seperti pria itu saat ini, yang menatapnya dengan aura dingin dan jauh seakan melihat orang asing, Lu Yanchen saat itu menjawab, "Tak ada yang salah denganmu. Awalnya, perjodohan ini tidak ada artinya untukku. Tapi sekarang berbeda. Aku menyukai orang lain. Aku harus membatalkan pernikahan kita, atau ini akan tidak adil bagi wanita itu."
"Tapi aku menyukaimu!"
"Tapi tidak berarti aku menyukaimu juga. Perjodohan kita sudah merupakan kesalahan sejak awal."
Pada tahun itu, Lu Yanchen telah mengalami keterpurukan. Karena Yang Sitong telah terjun dan menyelamatkannya, Keluarga Lu menjodohkan mereka berdua. Yang Sitong jatuh cinta pada Lu Yanchen pada pandangan pertama. Tapi pria itu sepertinya tidak punya perasaan sama sekali padanya.
Caranya memandang Yang Sitong selalu dingin dan jauh.
Ia benar-benar tidak paham apa yang salah dengannya. Kenapa Lu Yanchen tidak mau memberinya kesempatan?
Waktu itu, setelah Lu Yanchen mendatanginya dan meminta pernikahan mereka dibatalkan, pria itu menghilang selama beberapa waktu. Tak ada yang tahu ke mana perginya dia.
Saat kembali, Lu Yanchen memberitahu ayahnya kalau ia ingin kuliah di luar negeri.
Karena telah membatalkan pernikahan dan meminta kuliah di luar negeri, ayahnya memberinya pelajaran dengan tongkat jalannya. Meski begitu, ayahnya pun tidak bisa menahannya, dan Lu Yanchen tetap pergi ke luar negeri untuk kuliah.
Yang Sitong selalu mengira Lu Yanchen berbohong padanya soal menyukai orang lain. Dalam pikirannya, Lu Yanchen hanya ingin menghindari pernikahan itu karena dipaksa oleh orang-orang tua mereka. Semua laki-laki seumurnya pasti berjiwa muda, liar, dan pemberontak; dan karena itulah ia membatalkan pernikahannya.
Selama dua tahun Lu Yanchen kuliah di luar negeri, Yang Sitong diam-diam pergi ke SMA Lu Yanchen serta bertanya pada teman-temannya.
Pria itu bersikap sangat dingin pada semua orang—terutama siswi-siswi—dan selalu menyendiri. Hal itu membuat Yang Sitong semakin yakin kalau Lu Yanchen berbohong soal menyukai orang lain.
Baru setelah Lu Yanchen dikeluarkan dari sekolah dan mengunci diri di rumah, Yang Sitong sadar semua itu benar. Pria itu bahkan telah bersama pacarnya selama beberapa waktu.
Yang Sitong begitu cemburu sampai-sampai ia bisa gila.
Tapi untungnya, Lu Yanchen dan pacarnya sudah berpisah.
Selama dua tahun terakhir, Lu Yanchen mendaftar menjadi tentara dan menyelesaikan studinya di dalam militer juga. Saat itu ia menghadapi pilihan besar dalam hidupnya—tetap berada di lingkup tentara, atau pergi ke luar negeri untuk belajar. Atau mungkin, ia ingin terjun ke politik.
Apapun yang ingin dilakukan Lu Yanchen, Yang Sitong sepertinya tidak ada dalam rencana hidupnya.
Ia sangat ingin berteriak.
'Bukannya kau sudah putus dengan mantanmu itu? Kalian bahkan sudah putus lebih dari dua tahun! Kenapa kau tidak mau mencoba menerimaku?'
Tapi ia tidak berani melakukannya. Ia takut akan semakin mencoreng wajahnya di mata Lu Yanchen. Karena itulah, sekesal apapun, secanggung apapun Yang Sitong sekarang, ia mencoba sekeras mungkin untuk menahan semuanya di depan Lu Yanchen.
Yang Sitong membujuk diri sendiri untuk tenang dan menahan diri.
Ia menghela napas panjang dan bertanya dengan gemetar, "Yanchen, kau sekarang tidak punya pacar, dan aku pun juga. Tidak bisakah kita mencoba?"
"Tidak!" Penolakan Lu Yanchen sangat yakin. "Aku sudah mendatangimu dan membatalkan pernikahannya. Mau kalian setuju atau tidak, bagiku, semua itu sudah terjadi. Kau bisa mencari pacar, atau bahkan menikah besok. Tak ada yang akan berkomentar. Aku bahkan akan mendoakanmu."