Chereads / Sinarnya yang berkilauan dan menyesakkan / Chapter 93 - Aku Tidak Suka Memanfaatkan Keadaan!

Chapter 93 - Aku Tidak Suka Memanfaatkan Keadaan!

Shi Guang ragu-ragu selama beberapa saat, sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil Lu Yanchen.

Mobil itu mulai berjalan perlahan seraya Shi Guang bersandar di kursinya dalam diam. Ia tidak terlalu ingin berbicara saat itu. Melirik Lu Yanchen yang sedang menyetir, ia sepertinya tidak ingin bicara juga. 'Bagus!'

Setelah mengalihkan pandangannya, Shi Guang melihat dua benda di dalam dua wadah botol di antara mereka—dompet dan ponsel Lu Yanchen.

Bukannya tadi ia bilang tidak membawa dompet dan ponsel? Kalau begitu ini apa?

Ia bukannya tidak membawa dompet dan ponselnya, ia hanya meninggalkannya di mobil. Kalau begitu, bukannya ia bisa kembali untuk mengambilnya?

Wajah Shi Guang membeku dengan ekspresi kebingungan.

Setelah diam-diam melirik Lu Yanchen dengan marah, ia akhirnya bertanya, "Kenapa kau melakukan ini? Sejauh itu berusaha untuk… membuatku menderita tanpa sebab?"

Lu Yanchen jelas-jelas meninggalkan dompetnya di mobil. Bukankah semuanya akan berjalan lancar kalau ia tadi kembali dan mengambilnya?

Daripada melakukannya, ia malah membuat Shi Guang harus meminta diskon, dan bersusah payah berciuman demi makan gratis.

Mata Lu Yanchen menyipit, bibirnya terkatup erat menjadi garis lurus. Ia menoleh dan menatap Shi Guang dengan datar.

Berpikir Lu Yanchen mungkin tidak memahami kata-katanya, Shi Guang bergumam pelan, "Dompetmu… kau jelas-jelas membawanya. Kau bisa saja kembali ke mobil untuk mengambilnya."

Kembali menatap ke depan, Lu Yanchen menjawab dengan dingin, "Tidak ingin saja."

"Kau bisa memintaku, kalau begitu!" Begitu Shi Guang mengingat ciuman itu, seluruh tubuhnya terasa aneh. Sekarang, setelah ia tahu orang itu meninggalkan dompetnya, ia merasa sangat menyesal sampai ususnya nyaris terbelit.

"Apa tadi aku yang setuju?"

"Tidak, bukan kau yang menyetujuinya. Tapi kau jelas-jelas bisa…,"

Sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, Lu Yanchen menyela dengan dingin, seakan sudah tahu apa yang akan Shi Guang katakan, "Aku tidak suka memanfaatkan keadaan!"

Semua keraguan dalam diri Shi Guang langsung tertelan kembali; ia tak lagi mampu berkata-kata.

'Lupakan saja! Lagipula sudah terjadi, tidak ada gunanya mendebat itu. Tak akan ada yang berubah.'

Ia memiringkan tubuh untuk menyandarkan kepala ke jendela. Walaupun ia tidak melanjutkan pembicaraan, ia masih terganggu dengan insiden itu, dan masih memikirkannya.

Masih ada waktu satu jam sebelum mereka tiba di rumah; suara musik di mobil itu sangat membuat mengantuk.

Awalnya masih tidak apa-apa. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa letih di tubuh Shi Guang mulai menggerogoti pikirannya. Setengah jalan, Shi Guang tidak tahan lagi dan jatuh tertidur.

Lu Yanchen juga tidak membangunkannya dan hanya bersandar di kursinya dan memiringkan kepala untuk memperhatikan posisi tidur Shi Guang. Tatapannya dalam dan misterius, persis seperti langit malam yang gelap—menelan setiap titik cahaya di dunia ini tanpa menyisakan setetes emosi.

Bahkan meskipun hanya ia yang terbangun sekarang, ia masih mempertahankan aura dinginnya.

Karena mereka bertemu lagi, ia harus bersikap seakan tidak peduli. Tapi justru Shi Guang yang terlihat seakan tidak peduli sama sekali. Keinginannya untuk menyembuhkan vertigo airnya pada titik ini—apakah karena rasa bersalah, atau kemurahan hati?

Setiap malam sebelum tidur, Lu Yanchen harus mengingatkan diri sendiri untuk tidak memimpikan apapun tentangnya.

Tapi semua peringatan itu tidak berhasil. Ia tetap akan memimpikan Shi Guang setiap malam. Itu saja cukup baginya untuk merasa apa yang pernah ada di antara mereka baru terjadi kemarin.

Terdengar suara mobil dari belakang mereka.

Hari ini, Lu Yanchen memarkirkan mobilnya agak lebih jauh ke dalam. Melirik kaca spion, ia melihat sosok seorang wanita berpakaian modis turun dari mobil sedan berkelas.

Melihat wanita itu, Lu Yanchen hanya bisa mengerutkan wajah. Ia melihat ke arah Shi Guang yang tertidur lelap, lalu dengan cepat menekan tombol Senyap pada ponselnya.

Mobil sedan itu berjalan pergi, dan wanita tadi mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.

Detik berikutnya, ponsel Lu Yanchen berdering.