Chu Mubei menjawab tanpa malu, "Tidak, aku mau tetap di sini dan memakan masakan 'Dik Shi Guang."
Ia menoleh ke arah dapur. "Lihat dia… Betapa hebatnya dia! Tidak hanya cantik, ia juga pintar memasak. Yah, jangan terlalu kaku, lupakan saja mantanmu. Lagipula hubungan kalian sudah lama berakhir. Kuberi tahu kau, kalau kau benar-benar tidak menyukainya, aku yang akan mengejarnya."
Tapi tentu saja, Chu Mubei hanya asal bicara. Orang seperti apa sebenarnya seorang Lu Yanchen? Shi Guang bisa masuk ke rumahnya seperti ini dan memasak untuknya membuat Chu Mubei tidak percaya kalau tidak ada apa-apa di antara mereka.
Tidak tahan dengan Chu Mubei, Lu Yanchen bangkit dan melangkah pergi. Tapi ia tidak pergi jauh, hanya sampai ke meja barnya dan melihat-lihat saham di laptopnya.
Tak lama setelah itu, Chu Mubei mengikutinya. "Jadi, saham seperti apa yang kau incar? Kawan, perencanaanmu sangat tajam. Harusnya kau beralih profesi saja…."
…
Dengan kecepatan terbaiknya, Shi Guang menyiapkan empat jenis makanan dan satu sup: ikan dengan bumbu acar, iga saus asam manis, tumis terung, tumis lotus, dan sup tomat dan telur. Walaupun masakannya seperti masakan rumahan yang sederhana, semua itu terlihat sangat enak dan beraroma sedap.
Aroma menggoda dari masakan itu menyerang hidung mereka, dan Chu Mubei melompat berdiri, matanya berkilat. "'Dik Shi Guang, aku yang akan menyiapkan peralatan makan dan nasinya!"
Ekspresi di wajah Lu Yanchen serupa, namun matanya berubah sedingin es.
"Kau! Duduk!" Baru setelah Lu Yanchen memerintahkannya, ia sadar apa yang ia lakukan.
Tertegun, Chu Mubei tanpa sadar mencibir, "Ya sudah, kau saja yang membantunya!"
Ekspresi aneh terlintas di wajah dingin dan kaku Tuan Muda Lu ketika ia berbalik, bermaksud untuk menuju ke dapur. Tapi ketika ia mengangkat kepala dan melihat sosok perempuan yang memakai celemek dan membawa nasi di sana, ia tiba-tiba membeku, teringat betapa familiarnya pemandangan ini di matanya.
Ia tersadar dan hanya duduk di meja makan seperti Chu Mubei.
Kebingungan, Chu Mubei bertanya, "Kau tidak jadi membantu 'Dik Shi Guang?"
Lu Yanchen menjawab sinis sambil menatapnya dengan dingin, "Dia bukan anak haram dari ayahmu. Jangan memanggilnya semaumu hanya karena kau merasa dekat dengannya. Kalian bahkan sama sekali tidak dekat!"
Chu Mubei yang sedang minum nyaris menyemburkan airnya. Ia lalu tertawa terbahak-bahak—mereka berdua terlalu mirip, bahkan sampai ke cara mereka menolaknya!
Shi Guang melihat perbedaan keduanya saat membawa makanan; satu orang sedang tertawa seakan langit sedang jungkir balik, sedangkan yang satu lagi sedingin es. Ia meletakkan nasi untuk mereka, lalu pergi dan membawa sup.
Hanya ada dua peralatan makan di atas meja. Chu Mubei lalu menyeringai dan melihat ke arah Shi Guang, "'Dik….," Takut Lu Yanchen akan cemburu, Chu Mubei memegang kata-katanya, dan melanjutkan, "Duduklah, dan makan bersama kita."
Shi Guang menggeleng, "Tidak perlu."
"Kenapa tidak?" Chu Mubei mengerutkan dahinya. "Apa karena aku terlalu tampan, makanya kau takut akan jatuh cinta padaku setelah makan?"
Bibir Shi Guang terkatup rapat—orang ini terlalu narsis.
Ia memang lapar, dan ingin makan juga. Tapi ia berusaha untuk melupakan rasa laparnya; makan bersama Lu Yanchen pasti sangat tidak nyaman.
Shi Guang berpikir sangat ingin pergi dari sana sembari melepas celemeknya, ketika tiba-tiba Lu Yanchen berkata, "Duduk!"
Satu kata itu begitu sarat perintah, dan membuatnya menghentikan langkahnya. Ia memandang pria itu, yang ekspresinya sangat diam.
"Kalau kau pergi, siapa yang akan mencuci piringnya?"
Mata Chu Mubei menyiratkan ekspresi penasaran selama sedetik, sebelum ia mengejek Shi Guang, "Shi Guang, cepatlah ambil nasimu."
Shi Guang ragu-ragu untuk beberapa saat sebelum akhirnya kembali ke dapur. 'Oke, aku makan. Lagipula akan terlihat bodoh kalau aku tidak makan.'
Chu Mubei memelankan suaranya dan berkata pada Lu Yanchen, "Kawan, kau jelas-jelas hanya mau dia tetap tinggal untuk makan. Tapi kau berkata seakan kau butuh seseorang untuk mencuci piringnya. Kau tidak akan mendapat pacar kalau begini."