Kilatan berbahaya melintas di mata Lu Yanchen, dan menghilang tanpa jejak.
Akan tetapi, Chu Mubei masih memasang seringainya yang menyebalkan. Benar! Kalau hanya dia yang berada di sana, ia mungkin tidak akan berani bercanda seperti itu. Tapi dengan kehadiran 'Dik Shi Guang yang lemah di luar, namun terasa sangat kuat di belakangnya, Chu Mubei tidak percaya Lu Yanchen akan tetap membanting pintu itu hingga menutup.
Dan benar saja, Lu Yanchen ragu dan berhenti.
Chu Mubei masuk dengan ceria dan memanggil Shi Guang di belakangnya, "Cepatlah masuk, 'Dik Shi Guang."
Shi Guang terdiam.
Ia berusaha keras menganggap Chu Mubei tidak ada, dan bertekad untuk pulang begitu ia selesai makan.
Mengangkat kepalanya, tatapannya bertemu dengan Lu Yanchen. Shi Guang seketika membeku sesaat—ia dapat merasakan aura tanpa emosi yang menggigit dari kedua mata Lu Yanchen yang dalam dan tegas. Saking menggigitnya, ia merasa udara di sekelilingnya membeku saat itu juga.
Nyaris tidak bisa berpikir, Shi Guang bertanya, "A-aku bertemu dengan temanmu di bawah. Haruskah aku mengajaknya?"
Senyum Chu Mubei membeku. "'Dik Shi Guang! Kau benar-benar menghancurkan rencanaku, ya!"
Walaupun wajah Lu Yanchen masih dingin, ekspresinya entah bagaimana melembut. "Tidak."
Chu Mubei melotot marah ke arahnya. "Kau benar-benar jahat!"
Lu Yanchen mengabaikannya dan berjalan ke arah ruang tamu, dengan Chu Mubei mengekor persis di belakangnya. "Padahal aku begitu baik padamu dulu, tapi kau malah sejahat itu dan menolakku makan sekali saja."
'Kekanak-kanakan,' pikir Shi Guang sebelum menaruh belanjaannya di dapur. Walaupun Lu Yanchen mengatakan ia tidak harus menyiapkan makanan untuk Chu Mubei, karena situasinya begini, jelas bahwa ia harus memasak nasi lebih banyak.
…
Melirik ke arah dapur, Chu Mubei tersenyum licik, lalu mengoceh riang di depan Lu Yanchen, "Jadi, sudah sejauh mana hubungan kalian? Kalau aku tidak datang… apakah kalian akan berganti baju tidur dan pesta piyama?"
Wajah Lu Yanchen berubah masam, lalu berkata dengan tak sabar, "Kalau kau mau mengatakan sesuatu, cepatlah. Setelah itu pergi sana!"
"Ck, ck! Menyuruhku pergi semaumu. Benar, 'deh, aku pasti banyak mendapat kesialan di kehidupan sebelumnya sampai bertemu dengan orang sepertimu," Chu Mubei bergumam, "Tapi bagaimanapun, aku hari ini harus makan."
Mata tajam Lu Yanchen menyipit seraya melihat ke arah Chu Mubei dengan tatapan dalam, membuatnya merinding. "Oke, oke! Akan kubicarakan yang serius dulu. Ayahku hari ini bertanya apakah aku akan tetap menjadi tentara atau ingin beralih profesi."
"Kenapa dia tiba-tiba bertanya begitu?"
"Akhir-akhir ini ada banyak kejadian, dan Keluarga Liu sedang naik daun. Dua hari yang lalu, mereka datang ke rumahku dengan angkuh dan mengajak ayahku minum teh. Setelah itu, mereka dengan santainya mulai membicarakan pernikahanku…." Wajah Chu Mubei berubah muram.
"Sepertinya anak perempuan Keluarga Liu sesuai dengan tipemu. Perjodohan ini juga tidak terlalu buruk," jawab Lu Yanchen dengan cuek.
"Yang benar saja! Aku tidak mau, kawan! Memangnya kenapa kalau perempuan itu cantik? Ia tidak seru! Dibandingkan dengan…."
Lu Yanchen menyipitkan matanya dengan tatapan berbahaya, seperti ada bilah pisau yang sangat tajam yang akan keluar dari matanya dan menusuk Chu Mubei. Karena itu, Chu Mubei memotong kalimatnya dan menggigit lidah.
"Oke, aku paham! Tak akan kuungkit. Bagaimana kalau kau beri tahu keputusanmu? Selama ini kau ragu-ragu. Apa karena 'Dik Shi Guang?"
Ia mengedikkan rahangnya, mengisyaratkan ke arah dapur.
Lu Yanchen menatapnya dingin. "Putuskan saja masa depanmu sendiri."
Bibir Chu Mubei melengkung tersenyum dan matanya menyipit hingga membentuk garis. "Bagaimana bisa? Aku harus mendengar saranmu dulu! Lagipula, di mata semua orang, kita adalah pasangan sejati di seluruh lingkup militer!"
"Terserah!"