Di dalam lift, Chu Mubei menatap Shi Guang, yang wajahnya benar-benar kaku. "Katakan, 'Dik Shi Guang, bagaimana bisa wajahmu sejelek itu di depan seorang segagah aku? Bukannya kau harusnya tersenyum?"
Shi Guang meliriknya. "Tuan Muda Chu, tolong jangan sok ramah kepadaku. Kita tidak sedekat itu."
"Ahh!!" Chu Mubei terlihat kesakitan dan bahkan pura-pura mencengkeram kerahnya sendiri. "'Dik Shi Guang dingin sekali! Jahat!"
Wajah Shi Guang begitu masam; tiga garis kerutan muncul di dahinya. "...Kau berlebihan, Tuan Muda Chu."
Chu Mubei menyeringai senang. Tatapannya melirik ke arah kantong plastik yang dibawa Shi Guang, lalu ke arah tombol lift—Shi Guang tidak menekan lantai sebelas.
Sebersit pikiran melintas di kepalanya dan membuat matanya berkilat. Ia lalu berkata mengejek, "'Dik Shi Guang, benar-benar, ya. Kau mau ke lantai dua belas dan memasak untuk Lu Yanchen?"
Shi Guang membeku seperti tersambar petir. Ia awalnya berpikir, memasak untuk Lu Yanchen tidak membuktikan apa-apa; karena itu, ia biasa saja menyikapinya. Tapi ia tidak menyangka ketika hal itu diucapkan oleh seorang Chu Mubei, kedengarannya begitu romantis!
Mengerucutkan bibirnya, ia menoleh ke arah Chu Mubei. "Tidak seperti yang kau pikirkan."
"Oh, tidak seperti yang kupikirkan? Aku bahkan belum bilang apa-apa, dan kau sudah menebaknya?" nada suara Chu Mubei seakan menuduh.
Tertohok, Shi Guang buru-buru menjawab, "Aku memasak untuknya karena terjadi sesuatu, dan aku harus membalas budi."
"Ah! Jadi begitu?"
"Terserah kau mau percaya atau tidak."
"Shi Guang Kecil, jangan marah! Aku percaya! Suuungguh percaya!"
Walaupun Chu Mubei mengatakan hal itu, Shi Guang tidak mendengar nada percaya di suaranya. Yang ia dengar hanya nada mencemooh dan kesan bahwa Chu Mubei akan bergosip tentangnya.
"Begini, Temanku Lu orangnya benar-benar dingin seperti bongkahan es. Tidak hanya itu, dia juga pemarah. Tapi itu yang orang-orang tahu. Ada hal-hal yang tidak diketahui orang lain. Kau mau tahu kelemahannya?" Chu Mubei menurunkan volume suaranya, dan bertanya dengan nada menggoda.
"Apa?"
"Yah, tidak apa-apa kalau kau minta diberi tahu…," Setelah memancing Shi Guang, Chu Mubei mulai bicara berputar-putar. "Tapi sebelum kuberi tahu, kau harus memberitahuku… kau suka pada Lu?"
Tanpa pikir panjang, Shi Guang menjawab, "Tidak."
Chu Mubei jelas terlihat tidak percaya. "Kalau kau tidak suka padanya, kenapa kau mau tahu soal kelemahannya?"
"Mengenal musuh adalah kunci kemenangan."
"Kalimat itu harusnya kau gunakan untuk menerangkan soal musuhmu."
Bibir Shi Guang melengkung membentuk senyuman.
Bukankah Lu Yanchen musuhnya?
"Kau pikir Lu Yanchen tidak memiliki seorang wanita untuk melatihnya, 'kan?" Chu Mubei mengelus dagunya dan berpikir sejenak sebelum berujar, "Kau tahu, cara untuk menyentuh hatinya bukan dengan memamerkan kelebihanmu padanya, tapi dengan mengulurkan pancingmu, jadi kau bisa menariknya dengan lebih mudah."
Shi Guang tertegun. 'Apa hubungannya? Benar, 'deh, tidak bisa mengobrol dengan seorang Casanova seperti dia.'
Untungnya, mereka telah tiba di lantai dua belas.
…
Chu Mubei melangkah keluar dari lift dan menekan bel.
Tak lama kemudian, Lu Yanchen datang membukakan pintu. Melihat Chu Mubei berdiri di sana, ia langsung mencoba menutup kembali pintunya.
Langsung saja Chu Mubei menghentikan pintunya menggunakan tangan, dan mengeluh, "Sialan! Kenapa kau mencoba mengunciku di luar rumahmu lagi? Memangnya kau menyembunyikan perempuan di dalam sana, dan aku mengganggu kalian?"
Lu Yanchen memelototinya dengan tatapan dingin. "Kau 'kan, bosan. Kenapa tidak pergi saja mengejar perempuan-perempuan itu, dan malah pergi ke rumahku? Kau sendiri yang minta!"
Chu Mubei cemberut. "Yah, tentu saja karena Shi Guang mengundangku untuk makan!" Menolehkan wajahnya, ia menambahkan, "Benar, 'kan, 'Dik Shi Guang?"