Chereads / Sinarnya yang berkilauan dan menyesakkan / Chapter 64 - Harusnya Hal ini Tidak Perlu Mengorbankan Nyawa, 'kan?

Chapter 64 - Harusnya Hal ini Tidak Perlu Mengorbankan Nyawa, 'kan?

He Xinnuo terus berenang, berulang-ulang tanpa berhenti.

Pada awalnya, masih ada yang menghitung jumlah jarak yang telah ia tempuh. Tapi pada akhirnya tidak ada yang menghitung lagi. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia berenang—rasanya ia sudah menyelesaikan 1.500 meter; meski begitu, rasanya ia masih harus berenang sedikit lagi.

Ia hanya ingin berhenti, tapi suara jengkel Bos Lei terngiang di kedua telinganya setiap ia melambatkan renangnya. Ia sangat letih hingga penglihatannya mulai buram. Kelelahan yang dialaminya membuat seluruh tubuhnya terasa seperti akan terlepas ketika ia menyelam lebih dalam. Perlu segenap usaha untuk tetap terapung sambil terus berenang ke depan.

Ia tidak tahu... Kenapa, di antara segala hal, ia harus begitu menderita? Bukankah ini hanya soal satu orang Lu Yanchen? Ada banyak orang di luar sana yang memiliki status dan uang. Kenapa ia harus bersaing dengan Shi Guang demi memperebutkan Lu Yanchen?

He Xinnuo menyesal sekarang.

Kalau ia terus berenang, kemungkinan besar karir renangnya akan berakhir.

Tidak... Ia harus berhenti sekarang juga.

Akan tetapi, saat itu, bukan dia yang dapat memutuskan untuk berhenti atau tidak.

Lu Yanchen... Bagaimana bisa ia menyinggung orang seperti dia? Hanya Lu Yanchen yang bisa menghentikan renangnya sekarang.

Pada titik ini, He Xinnuo benar-benar bingung, tidak bisa memahami di mana letak kesalahannya.

Yang jelas, Lu Yanchen tidak menyukai Shi Guang; He Xinnuo tahu ia membenci Shi Guang. Tapi kenapa malah He Xinnuo yang dipermainkan oleh Lu Yanchen? Ia mencoba dengan keras untuk mengingat bagaimana semuanya bisa sampai seperti ini, tapi masih tidak mengerti hal apa yang ia lakukan yang telah menyinggung Lu Yanchen.

Bukankah kalau begitu Shi Guang yang harusnya menderita? Kenapa Lu Yanchen malah dendam padanya?

'Sialan! Apa salahku? Jangan-jangan aku... dijebak oleh Shi Guang?'

Hampir sampai, sekarang pasti sudah hampir 1.500 meter. Tapi begitu He Xinnuo hendak keluar dari kolam, suara Bos Lei kembali terdengar, menyuruhnya untuk berenang lebih dan lebih cepat lagi. Putaran demi putaran, tidak ada lagi yang tahu sudah berapa putaran sekarang. Gelanggang itu begitu sunyi karena semua orang memperhatikan ke arah kolam dengan napas tertahan.

Tenaga He Xinnuo terus berkurang dengan cepat, terus sampai tubuhnya tak lagi kuat untuk berenang. Yang lebih menakutkan adalah, He Xinnuo menyadari salah satu betisnya berdenyut sakit seperti terkena kram. Tak lama kemudian, seluruh tubuhnya ikut gemetar. Air memasuki tenggorokannya, tubuhnya tak lagi mampu tetap terapung dan ia pun tenggelam. Dengan tangan menggapai-gapai panik, ia berteriak, "TOLONG AKU! T-TOLONG…,"

Sesuatu sedang terjadi di kolam, tapi tak ada seorang pun yang berani masuk ke kolam untuk menyelamatkan He Xinnuo...

... Bahkan tidak juga Wu Xing.

Wu Xing sedang memperhatikan ekspresi Bos Lei, sedangkan Bos Lei sedang memperhatikan ekspresi Lu Yanchen.

Lu Yanchen terlihat tak acuh, seperti tidak terjadi apa-apa, dan tetap meminum tehnya.

Baru ketika He Xinnuo kehilangan tenaga bahkan untuk melawan, dan tenggelam lebih jauh ke dasar kolam, Lu Yanchen akhirnya meletakkan cangkirnya. "Dia akan tenggelam. Kenapa kalian hanya berdiri saja?"

Begitu kalimat itu terdengar, Wu Xing langsung melompat ke dalam air untuk menyelamatkan He Xinnuo. Sementara itu, Bos Lei akhirnya bisa bernapas lega—ia sudah takut harus mengorbankan nyawa He Xinnuo!

Tepat saat He Xinnuo berpikir semua ini sudah berakhir baginya, seseorang memeluknya dari belakang dan menariknya ke permukaan. Saat ia dapat kembali bernapas, ia menangis tersedu-sedu. Saat itu juga... ia melihat pria seindah dewa berdiri di pinggir kolam renang. Meski pria itu memakai pakaian santai, aura yang menyelimutinya sangat anggun.

Senyum samar di wajahnya bahkan lebih dingin dari angin musim salju.

"Kau tidak bisa berenang lagi?" tanyanya.

Gemetar, He Xinnuo dapat merasakan rasa takut yang dijejali oleh sang bangsawan. Dengan bibir yang bergetar, ia hanya mampu menjawab dengan satu kata, " T-tidak."

Lu Yanchen sedikit memicingkan matanya. "Kalau begitu, lanjutkan!"