Di luar perpustakaan, wajah Mo Jin menunjukkan ekspresi kaget saat ia menatap Shi Guang. "Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan?!"
Shi Guang menggembungkan pipinya. "Aku menyukainya!"
Wajah Mo Jin berubah kelam sambil menceramahinya, "Kau seorang siswa SMA sekarang, dan prioritasmu seharusnya adalah belajar. Ujian masuk universitas nanti sangatlah penting."
Shi Guang awalnya ingin membantah. Tetapi, ketika ia melihat ekspresi sepupunya yang begitu serius, ia hanya bisa menjawab dengan lembut, "Oh!"
Namun, ia tidak mengindahkan nasihat sepupunya. Ia berada di ibukota provinsi selama dua hari, dan pada hari kedua, ia pergi untuk menunggui Lu Yanchen tepat di luar SMA Righteous Morals. Setelah sekian lama, ia berhasil melihatnya. Begitu melihat Lu Yanchen, alisnya yang menawan tampak seolah-olah hendak terbang dari dahinya.
Sedangkan Lu Yanchen, matanya menjadi dingin saat ia melihat Shi Guang, sambil memutar badannya dan berjalan lurus. Tak terpengaruh sedikit pun, Shi Guang tetap mempertahankan sikap cerianya dan mengejarnya.
Lu Yanchen berjalan sangat cepat dengan langkah-langkah yang besar; Shi Guang bakan harus berlari sedikit sebelum ia bisa mencapainya. Lu Yanchen tiba-tiba berhenti ketika Shi Guang terlihat seperti hampir terbang.
Shi Guang menatapnya dengan mata agak berkaca-kaca. "Tak bisakah kau berjalan lebih lambat?"
"Jangan ikuti aku." Dia menatapnya dengan dingin sambil juga berkata dengan nada dingin. Setelah selesai berbicara, ia ingin pergi. Ia sedikit pun tak berharap ada seseorang menarik bajunya.
Wajah Shi Guang memerah. Jelas, dia sedang malu maksimal. Namun, dia menegangkan dahinya dan bertanya dengan tatapan memelas, "Kau... Bisakah kau memberikan nomormu? Aku tidak akan mengikutimu lagi jika kau memberikan nomormu."
"Untuk apa nomor teleponku?" Ia bertanya sambil menatapnya dengan mata yang dalam sekali lagi.
"Untuk mengejarmu." Shi Guang menjawab.
"Truth or Dare lagi!" Dia mengejek dengan dingin.
"Ini bukan Truth or Dare. Itu bukanlah yang kulakukan sebelumnya, juga untuk kali ini. Aku benar-benar menyukaimu." Shi Guang berkata dengan wajah serius.
Seluruh tempat menjadi sunyi.
Tatapan Lu Yanchen yang bingung tetap melekat padanya sesaat sebelum ia berkedip dengan dingin dan menjawab dengan acuh tak acuh, "Tapi padamu, aku bahkan tak memiliki ketertarikan sedikitpun!"
"Aku tahu. Tapi, kita bisa mencoba lebih akrab ke depannya, mengobrol sedikit tentang ini itu juga! Siapa tahu, kamu mungkin akan bisa merasa tertarik padaku setelah itu?" Shi Guang menjawab dengan berani. Ia sadar telinganya pun memerah sekarang—dia tidak pernah berharap dirinya memiliki keberanian sebesar itu.
Kali ini, Lu Yanchen tidak peduli tentangnya lagi. Sambil menarik bajunya ke belakang, ia berbalik untuk pergi. Shi Guang juga tidak mengejar. Tidak terlintas dalam benaknya bahwa ia akan bisa mendapatkan nomor Lu Yanchen dalam sekali usaha.
Setelah itu, kapan pun dia libur, ia bisa datang ke ibukota provinsi untuk mencari sepupunya. Tapi tentu saja, itu semua untuk Lu Yanchen. Lagi pula, ia sama sekali tidak peduli padanya. Seringkali, ia bahkan akan bersembunyi dengan sengaja dan tidak muncul ketika ia melihat perempuan itu sedang menunggu untuk menemuinya.
Meskipun begitu, ia masih memberikan nomornya kepada Shi Guang pada akhirnya. Shi Guang sering mengiriminya pesan teks, yang tidak akan pernah dibalasnya. Masalah itu tetap bertahan sampai Tahun Baru Cina. Setelah mengirimkan pesan Selamat Tahun Baru, Shi Guang tidak mengharapkan mendapat balasan seperti biasa.
Namun, Lu Yanchen membalas dengan empat kata.
'Selamat Tahun Baru Cina.'
Sambil memeluk ponselnya, Shi Guang melompat-lompat dengan gembira, kegembiraan itu berlangsung selama tiga hari tiga malam bagi Shi Guang. Ketika sepupunya melanjutkan sekolah, Shi Guang mengajukan diri untuk mengantarnya—ia ingin mencari Lu Yanchen.
Setiap kali ia mengiriminya pesan yang memberitahukan bahwa ia sedang berada di sini untuk mencarinya, ia akan selalu muncul. Meskipun, ia hanya akan sedingin dulu ketika ia meninggalkannya dengan satu kalimat 'Kamu sudah melihatku sekarang' setiap kali sebelum berbalik untuk kembali ke sekolah.
Shi Guang tidak bisa tidak merasakan bahwa perilakunya sangatlah lucu.
Musim semi berlalu dan musim panas tiba, cuaca semakin panas dari hari ke hari.
Hari itu, Shi Guang terus menunggu di luar SMA Righteous Morals setelah mengunjungi sepupunya untuk menunggui Lu Yanchen. Ia mengiriminya pesan seperti biasa, berniat pergi setelah melihatnya.
Namun, tidak peduli berapa lama ia menunggu, Lu Yanchen tidak muncul hari itu. Di sore hari pada pertengahan musim panas yang terik itu, Shi Guang mendapati dirinya semakin pusing selagi tubuhnya merasa seolah-olah terbakar oleh api. Butuh lebih dari dua jam sebelum Lu Yanchen akhirnya berjalan keluar dari sekolah dengan lambat.
Saat melihatnya, Shi Guang memaksakan senyum tipis sebelum tubuhnya tertatih-tatih dan pingsan. Tepat sebelum ia memejamkan mata, ia melihat ekspresi khawatir Lu Yanchen.