Butuh waktu semalaman sampai lampu merah di atas pintu ruang UGD akhirnya dimatikan. Sang dokter berjalan keluar, dahinya berkilat dengan begitu banyak keringat, seakan ia baru saja melalui peperangan, tampak sangat lelah dan letih.
"Dokter, bagaimana keadaan ibu saya?" Mo Ziying bergegas menghampiri dan bertanya, suaranya gemetar.
Namun Shi Guang, yang panik selama itu, tidak berani menghampiri sang dokter. Ia takut, begitu takut bahwa semua akan berakhir sama seperti dulu; bahwa ia akan menerima jawaban yang sama, yaitu kehilangan orang yang ia sayangi lagi.
Tangannya menggenggam, berdoa kepada tuhan dan para dewa di Surga agar neneknya selamat dari kesengsaraan itu.
Alis sang dokter yang mengernyit dalam mulai santai ketika melihat Mo Ziying.