Shi Guang berlari mengitari luar aula beberapa putaran dan bahkan menemukan kolam untuk berenang beberapa putaran juga. Setelah memeriksa waktu, ia berkemas dan kembali ketika ia menyadari bahwa jam pelatihan hampir berakhir.
Di aula latihan, Lu Yanchen masih tertidur.
Ia berganti pakaian dahulu sebelum berbaring di kursi pantai yang paling jauh dari Lu Yanchen.
Kalau saja ia tidak mengenal orang yang sedang tidur selama pelatihan berlangsung itu, memberinya kesempatan untuk berenang beberapa putaran, pasti akan membuatnya berterima kasih. Tapi, sangat disayangkan bahwa orang itu adalah Lu Yanchen.
Begitu waktunya habis, Shi Guang segera berdiri. Tanpa disangka-sangka, pria yang sedang tertidur lelap sebelumnya itu telah terbangun juga dan melangkah pergi lebih dulu, meninggalkannya begitu saja, menyisakan pemandangan punggung yang tinggi dan tegap.
Shi Guang memilih untuk mengabaikannya dan menuju ke tempat parkir untuk mencari sepeda motornya. Tanpa diduga lagi, ia bertemu dengan seseorang di tempat parkir juga. Shi Guang mengaitkan alisnya yang indah dan memandangi jip yang tampak keren itu sebelum berbalik ke arah pemilik mobil itu. Pemilik yang mengenakan kemeja putih juga menatapnya secara kebetulan.
Tatapan mereka bertemu di udara; dengan tatapan itu, Shi Guang menyelinap pergi.
Ia mengendarai sepeda motor kecilnya ke arah rumah. Kecepatannya tidak lambat, tapi juga tidak cepat lantaran ia berkendara dengan kecepatan teratur. Dari kaca spionnya, ia melihat mobil Lu Yanchen menjaga jarak tetap darinya; tidak terlalu dekat, atau terlalu jauh. Shi Guang sedikit terganggu, tidak tahu apakah ia kebetulan satu arah atau lelaki itu sengaja mengikutinya.
Ia mendorong sepeda motor-nya dan meningkatkan kecepatannya, ingin merentangkan jarak di antara mereka. Tapi, sepertinya mobil di belakangnya dipercepat juga untuk menjaga jarak yang sama. Shi Guang kemudian menurunkan kecepatannya untuk membiarkan mobil Lu Yanchen menyalip. Detik berikutnya, Lu Yanchen menurunkan kecepatannya juga dan mempertahankan jarak yang sama.
Yang mengejutkan Shi Guang, ketika ia mengendarai sepeda motornya ke lingkungan kecil, Lu Yanchen mengemudikan mobilnya ke lingkungan kecil juga! Shi Guang tidak tahu apa maksud lelaki itu mengikutinya sedekat itu.
Setelah memarkir sepeda motornya, ia menuju ke sisi mobil Lu Yanchen dan menatapnya dengan nada ragu-ragu. Lu Yanchen mematikan mesinnya dan keluar dari mobil. Tapi, ia hanya menutup pintu mobilnya dan mengabaikan Shi Guang.
Shi Guang menghalangi jalanya dan mengangkat kepala padanya. Sama sekali tidak ada perubahan dalam ekspresi pria itu, seolah mengikutinya bukan hal yang aneh.
Ia agak kesal sesaat. "Apa kau mengikutiku?"
Lu Yanchen tidak menjawab. Ia hanya menunduk untuk menatapnya sebelum mengambil dua langkah maju.
Shi Guang mundur kembali tanpa sadar. Lelaki itu melangkah maju saat ia melangkah mundur sampai tidak ada tempat baginya untuk mundur. Kaki Shi Guang kemudian tersandung semak di belakangnya seraya terjatuh ke tanah.
Berdiri dengan tinggi dan angkuh, Lu Yanchen menatapnya. Mata panjangnya seperti dua bilah. Namun, bibirnya hampir tidak bisa menyembunyikan senyum tipis yang ia sunggingkan.
Matahari sore yang keemasan mendarat di tubuh jantannya, melukisnya keemasan seolah-olah ia adalah dewa surgawi yang memerintah semua makhluk hidup di dunia, dengan kehormatan dan kerahasiaan yang begitu dalam hingga tak ada yang mampu mengintip kedalamnya. Ini adalah aura tersembunyi yang ia pancarkan, yang akan menyebabkan orang lain merasakan tekanan yang tak terlihat.
'Jantungnya berdetak kencang!'
Pikiran Shi Guang mendengung selagi ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Menurunkan matanya, ia bangkit dan berjalan menuju apartemen dengan cepat. Baru setelah memasuki lift itulah ia berhasil sedikit tenang. Tanpa diduga, Lu Yanchen juga memasuki lift.
Jari yang digunakan Shi Guang untuk menekan tombol lantai tergelincir saat ia secara tidak sengaja menekan lantai 12 bukannya lantai 11.
Namun, ia tidak menyadarinya.
Semua perhatiannya tertuju pada Lu Yanchen sekarang saat ia membelalakkan matanya dan menatap pria acuh tak acuh ini dengan ekspresi yang benar-benar bingung. Kata-kata yang memenuhi benaknya meluap sebelum ia sempat memikirkannya, "Lu Yanchen! Kau sedang apa?"