Kehidupannya seperti sudah keluar dari jalur. Tetapi sudah kembali normal sekarang.
Xiang Wan sadar bahwa tidak banyak hal yang berubah.
Xiang Wan membutuhkan waktu semalaman untuk mengingat. Xiang Wan membayangkan apa yang dipelajari dari kasus itu. Keesokan paginya, dia berdiri di depan cermin.
Hei, gadis! Kamu sudah baikan. Ucapnya dalam hati.
"Mulai hari ini dan seterusnya aku tidak akan banyak tidur! Aku akan menulis lebih giat untuk memperbanyak stok chapter-ku! Oke!"
Xiang Wan mengepalkan tangannya dengan erat di depan kaca. Ia mencoba menyemangati dirinya. Setelah itu, dia langsung membuka laptop dan masuk ke dalam akun penulis miliknya. Tujuannya adalah menjelaskan bahwa tangannya benar-benar sakit. Ia membutuhkan waktu istirahat beberapa hari. Xiang Wan juga mengobrol dengan grup penggemar di QQ. Kemudian, dia menguap, berganti pakaian, dan keluar dari kamar tidurnya.
Ketika Xiang Wan mengunci pintu apartemennya, dia tanpa sadar menoleh ke kaca yang terletak di atas pintu.
Eh?
Xiang Wan menoleh karena khawatir.
Sekarang, dia terkejut karena melihat kaca yang pecah telah berubah menjadi kaca yang baru.
Xiang Wan tidak kembali selama beberapa hari.. Dia jelas tidak menyuruh seseorang untuk memperbaiki kaca itu.
Xiang Wan turun menuju pos petugas keamanan di pintu masuk untuk menanyakan hal itu pada Paman Wang.
Paman Wang memberitahunya jika ada seseorang yang komplain. Pihak manajemen bangunan langsung memperbaiki pintu itu.
"Oh, begitu! Terima kasih!"
Xiang Wan tidak tahu siapa yang mengajukan komplain.
Seperti laptop MacBook Pro yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman, nama pengirimnya tidak diketahui...
Xiang Wan menduga bahwa itu mungkin Bai Muchuan. Tapi karena 'perseteruan' mereka, dia enggan menebak bahwa orang itu adalah Bai Muchuan.
Biarkan saja seperti ini! Siapa yang peduli!
Orang bijak berkata agar membiarkan sesuatu untuk mengalir secara alami. Xiang Wan meyakinkan dirinya sendiri.
...
Saat fajar tiba, angin musim panas yang hangat terasa nyaman.
Xiang Wan sudah lama tidak bangun pagi. Oleh karena itu, dia tak pernah menikmati saat yang indah seperti ini.
Xiang Wan berjalan menuju tempat sarapan yang ada di luar area perumahan. Matanya terlihat setengah terbuka.
Namun, ketika dia berdiri di pintu masuk, dia melihat Cheng Zheng memakan mie di salah satu meja.
Kebetulan sekali!
Tapi meskipun demikian, Xiang Wan tidak menyapa Cheng Zheng. Setelah memesan satu cangkir susu kedelai dan satu stik roti goreng, dia ingin pergi setelah membayar tagihannya.
Ketika Xiang Wan hendak pergi, Cheng Zheng memanggilnya.
"Guru Xiang!"
Ada banyak pengunjung di tempat makan itu. Tidak mengherankan jika pria tampan seperti Cheng Zheng akan menarik perhatian banyak orang.
Oleh karena itu, setelah Cheng Zheng memanggil Xiang Wan, orang-orang itu juga ikut melihatnya.
Dasar! Xiang Wan membalikkan badannya. Dia tak punya pilihan selain menyapa sambil tersenyum. "Kamu juga di sini Kapten Cheng?"
Cheng Zheng menundukkan kepala sambil mendekati Xiang Wan. Tatapannya menuju ke arah makanan yang baru dibeli Xiang Wan. "Apakah makanan dan minuman itu sudah cukup untukmu?"
Xiang Wan merasa malu. "Kurasa begitu. Aku tidak terbiasa sarapan. Aku baru saja mencobanya pagi ini."
"Oh," Jawab Cheng Zheng. Tiba-tiba dia berbicara dengan pelan. "Em... Aku lupa membawa uang. Apa kamu mau meminjamkan aku..."
...Kamu tidak punya uang tapi punya ponsel kan?
...Bukankah akhir-akhir ini membayar apapun jadi lebih mudah?
Ketika Xiang Wan memikirkan hal itu, Cheng Zheng menarik baju olah-raganya. Dia memakai baju olahraga sederhana yang menonjolkan tubuhnya. Seolah-olah bisa membaca pikiran Xiang Wan, Cheng Zheng berkata: "Setelah aku selesai lari pagi, aku jadi lapar. Tapi aku tidak membawa apa-apa.."
Baiklah!
Itu kan hanya semangkuk mi. Xiang Wan masih mampu untuk membelinya.
Xiang Wan membayarkan tagihan Cheng Zheng. "Tidak perlu mengembalikannya, Kapten Cheng. Anggap saja aku sedang mentraktirmu. Sampai jumpa!"
"Tidak, aku seharusnya tidak memintamu untuk membayar!" Cheng Zheng merengut.
Setelah itu, tatapan Xiang Wan terlihat bingung. Cheng Zheng mengeluarkan ponsel dari sakunya dengan santai. Ia lalu menatap Xiang Wan. "Tambahkan kontak WeChat-ku. Jadi aku bisa melunasi hutangku."
"..."
Iblis liar sedang menari dalam hati Xiang Wan.
Dia membawa ponsel tapi tidak bisa membayarnya sendiri?
Apa yang dia lakukan? Bukankah modus rayuannya itu terlalu bodoh?
Tetapi, Cheng Zheng tampaknya sangat serius sehingga dia tidak terlihat sedang merayu Xiang Wan...
Jika Xiang Wan menolak hal itu, apakah dia akan dianggap sok cantik?
"Kapten Cheng," Xiang Wan tersenyum sambil mengusap kode QR WeChat milik Cheng Zheng. "Kau bisa menggunakan WeChat Pay dan Alipay untuk membayar makananmu. Akhir-akhir ini, kamu bisa pergi kemanapun tanpa membawa uang tunai."
"Ah, benarkah?" Cheng Zheng menyimpan ponselnya. Ia lalu melihat wajah mungil Xiang Wan, "Aku jarang menggunakan semua itu. Aku tidak tahu itu juga bisa digunakan untuk sarapan."
Xiang Wan terkekeh, "Aku akan pergi sekarang."
"Sampai jumpa," ucap Cheng Zheng sambil melihat Xiang Wan yang pergi terburu-buru.
...
Xiang Wan tidak terlalu memikirkan kejadian kecil seperti yang baru saja terjadi.
Dia sedang memikirkan alur ceritanya ketika ia kembali pulang.
Karena tangan Xiang Wan terluka, dia jadi tidak nyaman mengetik. Tetapi itu tidak menghalanginya untuk memikirkan alur-alur cerita untuk novelnya.
Saat Xiang Wan sudah pulang, dia malah terfokus dengan ponselnya.
Di era ini, banyak hal yang bisa menarik minat orang-orang.
Sesaat seseorang melihat ponselnya, mata dan otak mereka tidak akan istirahat.
Ketika Xiang Wan membaca berita-berita di Weibo. Tanpa sadar dia membaca berita yang berhubungan dengan kasus 720.
Kasus itu bukan lagi berita yang panas. Jumlah postingan berkurang secara signifikan. Meskipun masih ada beberapa orang yang merasa bahwa ada beberapa poin yang mencurigakan. Sedangkan beberapa orang aktif membahas cinta, etika sosial, dan nilai dari kasus itu. Mereka hanya dianggap sebagai riak kecil yang akan hilang karena berita terkini.
Ini adalah era yang sangat cepat.
Masyarakat umum menginginkan berita terkini.
Orang-orang tidak lagi memperhatikan kasus 720.
Itu juga berlaku pada novel Xiang Wan.
Bagaimanapun, dia juga mendapatkan banyak pembaca baru karena kasus 720. Bukunya tidak lagi menyedihkan seperti dulu.
Di antara pembacanya yang baru, dia juga mendapat beberapa pembaca laki-laki.
Yah... Hal ini cukup mengejutkan bagi Xiang Wan.
Bisa menarik minat pembaca laki-laki sudah menunjukkan bahwa Xiang Wan mungkin memiliki kualitas seorang pria sejati. Ia merasa memiliki sifat toleransi, murah hati, dan berani.
Para pembaca laki-laki menganalisa alasan dan kesimpulan logis kasus itu sesuai dengan alur buatan Xiang Wan. Mereka melakukannya dengan sangat serius dan cermat. Mereka juga tidak tertarik pada alur romatisnya. Keberadaan sekelompok pembaca laki-laki itu adalah hal yang cukup berbeda dibandingkan pembaca perempuan yang sibuk memasangkan karakter di novelnya.
Xiang Wan juga melihat kritik dan umpan balik para pembaca dengan serius. Ia membaca kolom ulasan dan komentar.
Setelah selesai membaca, Xiang Wan akan menulis itu semua dalam buku catatannya.
Dia akan merangkum beberapa kekurangannya dalam buku catatan itu. Dia merencanakan alur cerita selanjutnya.
Xiang Wan menulis garis besar ceritanya sebanyak 2000 kata dengan tangannya yang sedang sakit. Dia membutuhkan waktu setengah hari sambil mencari referensi di internet dan lain-lain.
Tetapi kali ini, Xiang Wan tidak berniat mengirimkannya ke grup obrolan moderatornya.
Insiden 'siapa yang berbohong' karena penganiayaan kucing waktu itu memberikan dampak negatif untuk Xiang Wan. Itu membuat hubungannya dengan moderator grup menjadi tegang.
Apakah itu Xiang Wan atau anggota grup yang lain akan berpikir terlebih dahulu sebelum menekan tombol "kirim". Masa-masa untuk berbicara bebas tanpa rahasia sudah berakhir.
Ini adalah hari ketiga sejak jari Xiang Wan terluka.
Selama beberapa hari belakangan, Xiang Wan hanya melamun saja.
Pada hari keempat, saat sore hari, seseorang mengetuk pintunya.
Xiang Wan mengira jika makanan yang dipesannya sudah datang jadi dia bergegas membuka pintu dengan memakai sandal.
Saat dia membuka pintu, Xiang Wan malah melihat wajah Fang Yuanyuan.
"Ada apa?" Xiang Wan kira itu karena efek makan siang di rumah bibi termuda tempo hari.
Beberapa saat kemudian, Xiang Wan menarik Fang Yuanyuan untuk memasuki apartemennya sambil menyeringai nakal. "Bolehkah saya tahu, kenapa Editor yang Mulia mengunjungi tempat tinggal saya yang sederhana ini?"
Fang Yuanyuan mendengus kesal sambil menendang sandal jinjitnya. Ia masuk ke dalam dan langsung menuju kulkas Xiang Wan. Dia mengambil sebotol minuman dan duduk di sofa. "Tentu saja, aku di sini untuk mengejar update-mu. Penulisku tersayang, sudah berapa hari kamu tidak update?"
Sial!
Ternyata kamu mengejar update.
Sepertinya memiliki sepupu yang juga menjadi editor bukan hal yang bagus!
Xiang Wan mengangkat tangannya yang terluka. "Kondisiku seperti ini tapi kamu masih tega mengejar update-ku?"
"Kenapa aku tidak tega?" Fang Yuanyuan memutar bola matanya, " Mana yang lebih penting, tanganmu atau bonus untuk kinerjamu?"
Xiang Wan mengerang sambil menyentuh kepalanya. "Tentu saja itu..."
"Bonus kinerjaku yang lebih penting!"
"Jadi... apa yang kamu ingin aku lakukan? Aku tidak punya chapter baru untuk update. "
Xiang Wan tahu kalau sepupunya tidak bisa dipaksa. Jadi, dia mengambil cara yang lebih halus untuk menghadapinya. Xiang Wan mengangkat tangan sambil menunjukkan wajah polos.
"Itu mudah!" ucap Fang Yuanyuan. "Aku akan pindah ke tempatmu. Aku akan mengawasimu kerjamu dari dekat untuk memastikan kamu menulis ceritamu..."
"Apa?!" Kedua mata Xiang Wan masih terbelalak saat Fang Yuanyuan tiba-tiba menceritakan hal lain yang lebih mengejutkan. "Aku sedang jatuh cinta. Jika aku di rumah, rasanya tidak akan nyaman dan aku juga tak mau mendengarkan ocehan ibuku. Lagipula, aku butuh mengejar update-mu. Jika aku tinggal di sini, aku bisa membunuh dua elang dengan satu anak panah."
"...Gunakan idiom atau istilah lain!"
"Membunuh dua burung dengan satu batu?"
"Harusnya itu disebut sebagai kemenangan ganda, oke?"
"Ya! Inilah kenapa kamu penulis dan aku editor." Fang Yuanyuan duduk di sofa dengan santai. "Kalau begitu, sudah diputuskan."
Beberapa saat kemudian, Fang Yuanyuan menunjuk ke arah pintu. "Aku sudah membawa barang bawaanku. Bantu aku mengambilnya, Wanwan Kecil..."
"Apa-apaan!" Xiang Wan menggerutu dan ia menarik-narik rambutnya. Tapi, pada akhirnya, jari Xiang Wan terasa sakit karena hal itu.
Rasa sakit itu menyadarkan Xiang Wan kembali. Dia berkacak pinggang seperti karakter Sun Erniang dari Water Margin. Xiang Wan berdiri di depan Fang Yuanyuan, sambil tersenyum aneh.
"Aku tidak masalah kalau kamu mau tinggal di sini. Ini adalah syarat-syaratnya: Pertama, kamu harus membagi uang sewa denganku. Kedua..."
"Membagi pacarku denganmu juga?"
"Enyahlah!" Xiang Wan melotot pada Fang Yuanyuan. "Katakan padaku, siapa pacarmu itu?"
Fang Yuanyuan mengedipkan mata dan menatap ke arah pintu dengan misterius. Dia berbisik di telinga Xiang Wan, "Coba tebak?"
Pada saat itu, ada suara langkah kaki yang mendekati apartemen Xiang Wan. Dia bisa mendengar suara lelaki. Sepertinya lelaki itu sedang bergumam karena barang-barang Fang Yuanyuan masih di luar. Sesaat kemudian, pintu yang setengah terbuka itu terdorong lebih lebar.
Xiang Wan melihat wajah yang dia kenali, tepat di luar pintu. Mulutnya sampai menganga lebar karena terkejut!
...