Cheng Zheng tidak ingin makan dan Xiang Wan juga merasakan hal yang sama.
Suasana di ruang tamu tiba-tiba berubah menjadi sangat tegang. Semua orang saling melihat tanpa bisa mengatakan apapun.
Suasana hati yang menyenangkan sudah menghilang.
Bibi termuda Xiang Wan adalah orang yang tahu bagaimana cara membalikkan keadaan. Setelah terdiam sesaat, beliau mencairkan suasana. "Jangan menghiraukannya," beliau tertawa, "Walaupun tamu kita sudah pergi, kita masih harus makan. Ayo, semuanya, ayo kita makan."
Setelah mengatakan hal itu, beliau memeluk pundak Xiang Wan, "Wanwan, jangan sakit hati. Walaupun dia sudah pergi, masih banyak pria baik lain di luar sana..."
Kalimat terakhirnya... benar-benar mendadak sekali.
Apa maksudnya dengan 'jangan sakit hati'?
Jadi, mereka pikir Cheng Zheng pergi karena dia tidak puas dengan Xiang Wan?
Xiang Wan tidak setuju.
Menurutnya, Cheng Zheng adalah seseorang yang pikirannya tidak mudah ditebak oleh siapapun.
"Bibi termuda," Xiang Wan membalas dengan tersenyum, "Aku juga tidak makan. Tanganku benar-benar sakit. Kurasa aku harus pergi ke rumah sakit untuk menjernihkan pikiranku."
Ibu Xiang Wan merasa terkejut. Beliau menarik tangan Xiang Wan dengan lembut untuk memeriksa kondisinya dan segera menyingkirkan celemeknya. "Aku akan menemanimu..."
"Ibu, aku tidak apa-apa sendirian. Aku bukan anak kecil lagi."
Xiang Wan membawa tasnya. Dia menyampaikan salam perpisahan dengan sopan pada orang-orang tua yang ada di sana. Dia segera meninggalkan tempat bibi termudanya itu.
Cuacanya panas.
Musim panas ini sangat terik pada bulan Juli seakan-akan tanahnya cukup panas untuk digunakan menggoreng telur.
Xiang Wan sedang berada di jalanan saat dia merasakan hembusan udara panas yang mengarah pada wajahnya. Itu adalah knalpot mobil. Seluruh bulu rambut di tubuhnya berdiri karena tak nyaman.
Tentu saja, pergi ke rumah sakit hanyalah alasan.
Xiang Wan hanya merasa tidak ingin tinggal di rumah itu.
Bagaimanapun, beberapa saat setelah dia keluar rumah saat Xiang Wan tersadar bahwa dia terlalu lama hidup sebagai wanita otaku[1]. Dia tidak memiliki banyak teman... Teman-teman sekelas yang berhubungan baik dengannya entah sudah berpacaran atau sudah menikah. Dan teman-teman yang menikah sekarang sudah memiliki keluarga dan lingkungan sosial mereka sendiri.
Pada siang yang terik ini, kemana Xiang Wan bisa pergi?
Bai Muchuan akan pergi. Otaknya masih saja memikirkan hal ini.
Dan Xiang Wan tak bisa menghentikan pikiran itu dari kepalanya.
Xiang Wan berdiri di bawah bayangan pohon dimana hembusan angin melewatinya. Dia mengeluarkan ponselny lalu mencari nama dalam daftar kontaknya – Bai Muchuan.
Ada sedikit keraguan. Xiang Wan menolak melakukannya dalam waktu yang lama...
Dia pun mengibaskan rambutnya dan berdehem. Akhirnya, Xiang Wan menelpon nomor itu.
"Halo!"
Suara baritone bernada rendah itu terdengar enak di telinga, nyaring, bening dan agak datar. Suara itu terngiang dalam kepala dan telinga Xiang Wan, sebelum masuk ke dalam hatinya. Xiang Wan menggenggam ponselnya dengan erat. Ia mencoba menenangkan nada suaranya.
"Kapten Bai, kasusnya... Apakah kasus 720 sudah ditutup?"
Ada keheningan.
Bai Muchuan menggunakan keheningan itu sebagai jawaban.
Untuk kasus itu, Bai Muchuan tidak perlu dan tidak ingin mendiskusikannya dengan Xiang Wan.
"Apa ada lagi?"
Xiang Wan merasa pipinya sedikit memanas. Kulit yang bersentuhan pada ponselnya seolah-olah telah bersentuhan dengan oven panas. Emosinya sangat kacau hingga Xiang Wan merasa gugup. Kata-kata Bai Muchuan itu sederhana dan jelas. Tetapi setiap kata seperti kode-kode yang bisa menembus jiwanya. Itu membuat jantung Xiang Wan berdetak dengan sangat kencang.
"Aku masih memiliki keraguan tentang kasus itu..."
"Seperti?" Bai Muchuan bertanya dengan nada rendah.
"Contohnya, apakah Tian Xiaoya [Er Niu] adalah orang yang menganiaya kucing-kucing itu?"
"Ya, dia mengikuti novelmu."
"Jadi, hal itu membuktikan kalau dia sudah melihat versi pertama alur naskahku?" Tiba-tiba Xiang Wan menjadi sumringah. Nada suaranya menjadi riang saat dia bersuka cita dengan berita itu.
"Kalau begitu, sudah terbukti kalau kelima pembaca itu telah berbohong. Apa kamu sudah melakukan investigasi kenapa mereka berbohong tentang hal itu?"
Terdapat beberapa saat keheningan.
Setelah waktu yang cukup lama, Bai Muchuan hanya mengeluarkan suara 'hm', yang tidak terlalu ramah maupun acuh.
"Tidak ada bukti kalau mereka sudah berbohong, setidaknya untuk saat ini. Sebenarnya, mereka tak ada motif untuk berbohong."
"Tian Xiaoya sudah membuktikan kalau dia melihatnya. Bukankah itu bukti?"
"Tentu saja tidak!" Bai Muchuan berkata dengan serius, "Tian Xiaoya tidak bisa mengingat kapan dia melihatnya. Dia tidak bisa ingat kalau kamu mengirimkan naskah itu pada grup obrolan pribadi. Kami tidak berhasil menemukan catatan obrolan terkait dengan hal ini..."
"Kami juga memiliki alasan untuk mencurigai kamu jika kamu mungkin membuat obrolan pribadi dengan Tain Xiaoya dan melupakan hal itu. Kamu bahkan..."
"Bahkan... Apa?"
Bai Muchuan tiba-tiba berhenti, jantung Xiang Wan mulai berdetak lebih cepat.
Setelah beberapa saat, Bai Muchuan berkata: "Ada kemungkinan setelah kamu mengetahui keadaannya, kamu sengaja mengirim alur naskah itu kepada Tian Xiaoya dan bersekongkol dengannya. Ketika kamu menulis chapter resmimu, kamu dengan sengaja mengganti alur itu untuk menghapus kecurigaan terhadapmu. Lagipula, kamu sangat mengerti Zhao Jiahang dan keinginanmu untuk menjadi terkenal sangatlah kuat!"
"..."
Apakah salah bila seseorang memiliki nafsu untuk menjadi terkenal?
Lagipula, pengetahuannya tentang Zhao Jiahang hanya sebatas apa yang Xiang Wan temukan di internet!
Bagaimana bisa Bai Muchuan mencurigainya seperti ini?
Xiang Wan merasa telah mendapatkan ketidakadilan.
"Permisi, Kapten Bai, apakah kamu memiliki bukti?"
"Tidak," jawab Bai Muchuan, "Kalau kita punya bukti, kamu tidak akan bebas tanpa hukuman seperti ini."
"..."
Xiang Wan merasa seolah kepalanya sudah dipenuhi dengan arang.
Rasanya berat dan sesak, dan dia tenggelam dalam pikirannya.
Apakah Xiang Wan salah mengingatnya?
Bahwa versi awal alur naskahnya hanya dikirim ke Er Niu?
"Jika tidak ada hal lain, aku tutup."
Nada Bai Muchuan masih sama seperti biasanya – seperti pebisnis. Seolah-olah tak ada yang terjadi di antara mereka...
Tidak! Memang hampir tak ada apapun yang terjadi di antara mereka, bahkan tak ada hubungan pertemanan.
Semuanya hanya dugaan Xiang Wan saja.
Mungkin Xiang Wan sudah menulis terlalu banyak novel. Mungkin seperti apa yang dikatakan oleh Bai Muchuan – emosi Xiang Wan terlalu sensitif.
Xiang Wan memikirkan hari itu saat dia keluar dari kediaman Bai karena kesal. Pipinya mulai memerah. Beberapa detik kemudian, dia kembali berbicara.
"Masih ada lagi. Contohnya, pot bunga yang terjatuh di area perumahanku, pertemuan dengan Er Niu di gang, komentar aneh dimana ID-nya itu serangkaian nomor ponsel... Kapten Bai, apakah ada penjelasan tentang hal ini?"
Bai Muchuan berbicara dengan nada rendah, "Aku hanya bisa memberitahumu sejauh itu..."
Saat Bai Muchuan baru mengatakan itu, ada suara yang terdengar dari arah belakangnya.
"Muchuan, siapa itu? Kamu sudah berbicara cukup lama. Kami sudah menunggumu."
Ada suara yang asing. Suara seorang wanita yang terdengar manis. Xiang Wan yakin kalau itu bukan suara Bai Musi. Ini pertama kalinya Xiang Wan mendengar seseorang memanggil Detektif Bai sebagai 'Muchuan', dan panggilan itu terdengar cukup intim.
Hatinya terasa disayat oleh sesuatu yang tajam.
"Hm, aku akan menutupnya." ucap Bai Muchuan.
Tidak ada salam perpisahan.
Dduuuu! Dduuuu! Suara panggilan yang terputus itu terasa sangat dingin hingga menghilangkan udara panas di sekelilingnya.
Xiang Wan melihat ponselnya sambil melamun.
Tidak ada rasa kecewa atau tidak tenang. Tidak ada perasaan negatif.
Hanya saja, otak Xiang Wan menjadi hampa selama beberapa saat.
Sebenarnya, ada satu hal yang ingin ditanyakan Xiang Wan, "Kapten Bai, sebelumnya kamu menjanjikanku posisi penasihat kepolisian. Apakah kemu melupakannya?"
Xiang Wan ingin menjadi penasihat untuk kepolisian. Dia bahkan memikirkan banyak kemungkinan yang bisa dia dapatkan di masa depan. Bahkan, ada sebuah instansi dimana Xiang Wan merasa dia bisa menjalin hubungan yang lebih baik dengan Bai Muchuan.
Pada akhirnya, tidak ada yang tersisa.
Semua seperti mimpi.
Xiang Wan sudah terbangun dari mimpinya. Dia masih seorang penulis yang tidak populer.
Respon untuk bukunya masih belum terlalu meledak.
Keramaian pada kolom ulasan dan komentar di bukunya mulai perlahan memudar.
Orang-orang di era modern memiliki ingatan yang pendek. Setelah keramaian itu menghilang, maka akan berakhir begitu saja.
Xiang Wan berdiri di jalanan yang ramai dimana orang-orang dan kendaraan lalu lalang. Ia membiarkan perasaan kesepian menghinggapi dirinya.
Ocean Sky Hotpot.
Saat itu siang hari. Hanya ada beberapa meja di lantai satu restoran itu.
Xiang Wan pergi ke sana sendirian.
Xiang Wan memiliki pilihan hotpot untuk dimakan. Ia mudah tertarik oleh rasa dan aromanya.
Ketika dia sedang dalam suasana hati baik, dia akan makan hotpot. Ketika suasana hatinya tidak baik, dia masih akan memakan hotpot.
Bahunya terasa kram karena berat dari 20,000 dollar yang ada di dalam tasnya.
Sekarang Bai Muchuan pergi, tidak ada lagi yang akan mendatanginya untuk uang ini.
Xiang Wan merasa, dia memiliki banyak alasan untuk memakan hotpot karena dia punya uang. Tapi sebenarnya, dia juga merasa tidak senang...
Pelayan itu melihat Xiang Wan yang terlihat kesepian dan sedih. Ketika Xiang Wan memesan kalau satu meja untuk satu orang, pelayan itu berpikir kalau dia pasti wanita yang sedang jatuh cinta. Dia membutuhkan hotpot untuk meredakan kekhawatirannya. Pelayan itu tidak menanyakan apapun lagi dan segera memberinya kursi dengan hangat. Selanjutnya, dia memberikan menu bir dan mulai mempromosikan macam-macam bir yang tersedia.
"Apa aku terlihat seperti seorang peminum?" Xiang Wan mengangkat kepalanya. "Maaf... Aku hanya ingin makan daging."
Pelayan itu menjawab, "...Akan segera datang."
Mereka melayaninya dengan cukup cepat.
Hotpot itu terlihat panas dengan uap yang terlihat di udara.
Tidak ada yang lebih memuaskan dibandingkan memakan hotpot di hari yang terasa panas.
Xiang Wan memesan 'hotpot ekstra pedas'. Meskipun dia sendirian, dia menikmatinya. Lidahnya dengan cepat panas dan mati rasa karena rasa pedas itu. Ini perasaan yang berbeda dengan sensasi menikmati makanan pedas.
Huff!
Xiang Wan mulai mengeluarkan air mata karena kepedasan.
Dia mengusap air matanya dengan tisu lalu meneguk air, membasahi tenggorokannya.
Sekelompok orang turun dari ruang makan pribadi yang ada di lantai atas.
Mereka berbicara, tertawa, dan mengobrol satu sama lain sambil turun dari tangga.
Tiba-tiba, mereka berhenti mendadak di tangga.
Bai Muchuan, Cheng Zheng...
Saat mereka berhenti, Detektif Huang dan orang-orang yang lain juga berhenti dengan canggung.
Mengikuti arah pandangan Bai Muchuan dan Cheng Zheng ada di lantai satu. Mereka melihat Xiang Wan memakan hotpot sendirian.
...