Chereads / Membunuh Lelaki Idaman / Chapter 39 - Akhir dari Ambiguitas yang Mendadak

Chapter 39 - Akhir dari Ambiguitas yang Mendadak

Kata-kata itu!

Xiang Wan dipenuhi oleh perasaan cemas dan tubuhnya mati rasa tanpa alasan yang jelas.

Bai Muchuan pasti sengaja menggodanya!

Banyak cerita dan alur romantis yang bermunculan dalam benak Xiang Wan.

Tetapi, tidak ada tanda rayuan ataupun kelembutan di wajah Bai Muchuan yang tanpa humor.

Sial!

Xiang Wan selalu berada di pihak yang tidak beruntung saat berbicara dengan pria itu; membuat dia merasa kesal.

Xiang Wan berjalan pelan sambil memegang piyama yang baru dia pilih di tangannya.

Dia mendekati Bai Muchuan.

Berjalan mendekat dan lebih dekat...

Xiang Wan benar-benar dekat hingga tubuhnya hampir menyentuh dada Bai Muchuan.

Dia berjinjit, menyandar sambil tersenyum, dan menatap Bai Muchuan.

"Apa yang terjadi? Detektif Bai, apakah kamu menggunakan wajahmu yang tampan sebagai senjata?"

Bai Muchuan bersandar ke belakang, merentangkan kedua tangan seolah ingin menunjukkan kepolosannya, dan menghindari berada dekat Xiang Wan dimana dia bisa merasakan nafas wanita itu.

"Guru Xiang, bolehkah aku berteriak?"

Ketika mereka bertemu pertama kalinya, Xiang Wan memberi hadiah pada Bai Muchuan dengan teriakan 'pemerkosa'.

Xiang Wan mengingatnya dengan sangat jelas.

Karena itu, Xiang Wan merasa curiga, dan berpikir kalau Bai Muchuan ingin membalas dendam.

"Kamu seorang detektif, tentu saja boleh."

Xiang Wan menaikkan kedua alisnya, dan ujung bibirnya melengkung ke atas. Dia mempertahankan posturnya yang berani dan gagah saat melihat kedalaman mata Bai Muchuan tanpa berkedip.

"Tapi, aku sangat penasaran. Kalau aku benar-benar ingin melakukan sesuatu padamu, apa yang akan kamu lakukan?"

Xiang Wan bertanya dengan nada rendah, sebuah senyum rayuan bisa terlihat dari kedua matanya.

Tubuh Bai Muchuan menjadi tegang. Dia menatap Xiang Wan dalam-dalam, dan menekankan setiap suku kata.

"Aku akan menghukummu di tempat!"

Menghukumnya? Mulai lagi dia!

'Hukuman' macam apa yang dia maksud?

Pria ini benar-benar tidak paham, atau dia hanya berpura-pura?

Xiang Wan melihat wajah Bai Muchuan yang terukir dengan sangat baik, dan dia seperti mendengar teriakan gembira yang datang dari hatinya.

Tanyakan dia!

Xiang Wan, jika kamu punya nyali, tanya dia!

Jadi lebih berani!

Jadi lebih tegas!

Jangan biarkan dirimu menyesal!

Entah Xiang Wan yang sedang digoda atau yang ingin menggoda, dia hanya punya waktu hingga malam ini. Apa yang harus dia takutkan?

Jika seorang wanita menginginkan cinta, jangan pasif. Ketika waktunya mengambil inisiatif, lakukanlah!

Kutipan motivasi yang tak terhitung jumlahnya membanjiri otak Xiang Wan, seperti "Chicken Soup for The Soul" [1] yang membuat kepalanya pusing. Detak jantungnya memecahkan semua rekam jejak sejarahnya di masa lalu.

Sungguh kekuatan hormon yang besar!

Xiang Wan memegang piyamanya dengan erat, kepalanya terasa pusing. Yang dia tahu hanyalah kedutan yang tajam di hatinya, yang merangsang kelenjar adrenalinnya. Xiang Wan merasa seolah-olah dia telah meminum dua botol Erguotou[2] dan tidak bisa menahan keberaniannya yang sangat besar...

Xiang Wan berdehem, suaranya terdengar sangat lembut sehingga dia sendiri jadi gemetar.

"Detektif Bai, kamu sengaja merayuku tapi kamu pura-pura lurus, apa kamu tidak lelah? Yah, aku akan memberimu kesempatan untuk menyatakannya, katakan saja apa yang ingin kamu katakan."

Bai Muchuan: "..."

Pria itu tampak tercengang oleh keberanian Xiang Wan.

Dalam waktu cukup lama, tidak ada jawaban dari Bai Muchuan.

"Ayolah, apa kamu tidak bisa lebih gagah?"

Ujung bibir Xiang Wan semakin naik; dia bersedia mengambil resiko itu.

Xiang Wan tidak pernah melakukan sesuatu di luar batas sejak kecil. Untuk pertama kalinya, dia merasakan perasaan yang gembira dan menggetarkan saat melakukan hal itu. Jantungnya sampai hampir melompat ke tenggorokan.

"Ayo katakan? Hmm, kalau kamu tidak mengatakannya, tidak akan ada kesempatan lagi besok."

"Guru Xiang!" akhirnya Bai Muchuan membuka mulutnya, suaranya terdengar tenang namun tidak berdaya. "Apa kamu salah paham pada sesuatu?"

Xiang Wan tertegun.

Hatinya yang terbakar telah jatuh pada titik beku.

Xiang Wan berdiri di hadapan pria itu, dan menatap kedua matanya yang dalam. Tidak ada jejak ambiguitas di sana.

"Kamu benar-benar tidak bermaksud seperti itu?"

Bai Muchuan menaikkan alisnya. "Apa maksudmu?"

Xiang Wan terkekeh, "Itu maksud yang sudah kukatakan tadi?"

Bai Muchuan mengerutkan bibirnya. "Apakah penulis fiksi romantis wanita sepertimu punya emosi yang terlalu sensitif?"

Emosi yang terlalu sensitif?

Ini adalah pertama kalinya Xiang Wan mendengar kata itu.

Xiang Wan membasahi bibirnya yang kering karena rasa malunya. Dia mendengus dan bertanya pada Bai Muchuan sambil bercanda.

"Kalau kamu tidak bermaksud begitu, kenapa kamu menggodaku lagi dan lagi?

Xiang Wan menanyakan itu dengan penuh percaya diri, hingga satu-satunya suasana ambigu yang tersisa jadi menghilang.

Pada saat yang sama, Bai Muchuan tersenyum.

Bai Muchuan menarik jemarinya yang ramping dari saku celananya, untuk menopang pelipisnya. Lalu dia melihat sekeliling kamar dengan senyuman tipis.

"Ini kamarku. Aku bilang kalau aku sudah lelah dan ingin tidur. Kenapa kamu menghubungkan hal ini dengan hal lain? Hm?"

Ketika Bai Muchuan berkata 'hal lain', dia secara tak sadar melihat ke arah tempat tidur yang panjangnya sekitar dua meter. Ada senyuman yang tak terlukiskan di matanya.

"Guru Xiang, ternyata kamu pemain lama dalam hal itu."

Pengalaman kakiku! Dasar kriminal tsundere, pergilah ke neraka!

Wajah Xiang Wan sudah memerah hingga ke telinganya. Cahaya lampu menyala sangat terang hingga wajah Xiang Wan benar-benar terlihat dan mengeksposnya di bawah tatapan Bai Muchuan yang penuh gurau. Bukan hanya tamparan di wajah, tapi harapan kecil di hatinya juga sepenuhnya terhapus.

Xiang Wan mendekati Bai Muchuan sambil menggoda untuk mengutarakan niatnya.

Alasan Xiang Wan menggunakan nada bercanda adalah – untuk mencari celah agar dia bisa keluar dari situasi itu.

Jika seseorang bertanya apakah dia memiliki pemikiran yang lebih dalam tentang Bai Muchuan, sebenarnya, tidak ada.

"Detektif Bai juga pengemudi lama," Xiang Wan tertawa canggung, "Aku akan pergi besok pagi, aku takut kalau kamu tidak akan melihatku, jadi aku memberimu kesempatan. Karena kamu tidak menghargainya, jadi – sampai jumpa."

Tangan mungilnya bergerak membuat gestur selamat tinggal, dan Xiang Wan pergi dengan piyama itu.

Bai Muchuan berbalik perlahan, garis pandangnya mengikuti Xiang Waan saat wanita itu keluar dari kamar.

Tiba-tiba, Bai Muchuan tertawa, terlihat seolah-olah bunga telah mekar dari rasa lelah.

"Guru Xiang, apa kamu selalu memberi laki-laki sebuah... kode?"

Apa? Xiang Wan merasakan dengungan di telinganya, dan membuatnya hampir pingsan.

Dia dengan cepat berbalik untuk menatap tajam Bai Muchuan.

Pria itu masih bersandar dengan malas di kusen pintu, tatapan Xiang Wan yang tak bersahabat tidak mengganggunya. Dia malah perlahan mengambil rokok, menyalakan rokok itu dengan korek api, dan menghisapnya sekali. Senyuman jahat tanpa perasaan terbentuk di wajah Bai Muchuan saat dia menyipitkan matanya.

"Aku tidak memiliki niatan yang jahat."

Bai Muchuan menjelaskan dengan ekspresi tenang.

"Hanya sekedar mengingatkan, kalau tindakan seperti itu sangatlah berbahaya bagi wanita lajang sepertimu. Kamu beruntung bertemu aku malam ini, kalau tidak..."

Bai Muchuan melirik kembali kasurnya, dan berkata dengan suara yang lembut, "Lokasinya juga sangat cocok, bahkan jika kamu dimanfaatkan, kamu tidak akan mendapat perlindungan hukum."

'Spekulasi jahatnya' membuat Xiang Wan terlalu malu untuk berbicara.

Dada Xiang Wan naik dan turun seolah dia terengah-engah, matanya pun menjadi merah.

Entah Xiang Wan bereaksi seperti ini karena malu, atau disinggung oleh mata Bai Muchuan yang penuh gurau.

Sebenarnya, Xiang Wan punya sedikit rasa suka terhadap Bai Muchuan. Sekarang, hal itu telah tersapu seperti sampah di benaknya.

Dia bertanya pada Bai Muchuan dengan sikap yang cukup kejam, untuk mengambil kembali martabat terakhirnya.

"Detektif Bai, pria yang jujur tidak perlu menggunakan cara curang. Apakah kamu berani berkata, kalau kamu tidak menuntunku ke sini dengan sengaja?"

Tak ada sedikitpun perubahan di wajah tampan Bai Muchuan.

"Tidak."

Xiang Wan sangat tersipu, hingga membuat wajahnya berwarna merah seperti darah.

"Jadi, apa kamu berpikir kalau aku menggodamu dengan sengaja? Dan aku telah memberimu sebuah kode?"

Alis Bai Muchuan mengerut saat dia berkedip dan menurunkan kepalanya untuk merokok. "Ini tidak seserius itu. Aku hanya mengingatkanmu kalau kamu perlu belajar cara melindungi diri sendiri."

"Singirkan kebaikanmu itu!"

Seolah ada lebah yang memenyengat wajahnya, Xiang Wan merasa wajahnya menjadi kaku.

"Terakhir kali, aku sudah bilang kalau aku tidak menggodamu. Aku hanya ingin memancingmu keluar karena caramu melihatku tampak sangat berbeda. Sebagai wanita, aku memang punya emosi yang sensitif. Karena itu, aku bisa melihat banyak lapisan penuh makna di matamu... Bai Muchuan, kalau kamu seorang pria, jadi jangan menyangkalnya! Kamu telah menyukaiku."

Bai Muchuan tercengang; dia menyipitkan matanya untuk memeriksa Xiang Wan.

Tanpa ejekan, tanpa lelucon, Bai Muchuan menjawabnya dengan sangat serius, "Aku... tidak."

  1. Chicken Soup For The Soul: Buku seri inspirasional yang menceritakan kisah nyata dari orang-orang biasa. Buku ini laris terjual karena kemampuannya mengubah perspektif orang lain akan suatu hal.
  2. Erguotou (二锅头) : Minuman beralkohol khas China