Sebenarnya Bai Muchuan tidak ingin menghiraukan Bai Lu.
Tapi setelah dia menutup panggilan itu, dalam waktu kurang dari satu menit, Pengasuh Li menelepon.
Pengasuh Li selalu menjadi seseorang yang bijaksana, tapi sekarang suara beliau kurang begitu mengenakkan, seolah menghela tak berdaya.
"Tuan Muda Bai, anda harus meluangkan waktu dan kembali sebentar, di sini nyawa yang jadi taruhannya."
Nyawa?
Karena Pengasuh Li menyebutkan bahwa nyawa yang sedang dipertaruhkan, Bai Muchuan tidak ada pilihan selain kembali.
Bai Muchuan mencari Detektif Huang lalu berkata padanya: "Bawa mereka ke pusat penahanan, aku akan kembali nanti."
"Jangan!" Quan Shaoteng dengan tegas menolak kepergian Bai Muchuan sambil sedikit tersenyum. "Aku sudah ada di Kota Jin, kenapa kamu tidak mengundangku untuk minum teh?"
Bai Muchuan menatapnya dengan dingin.
Quan Shaoteng menyeringai – dia terlihat licik seperti rubah.
Keduanya sudah saling kenal sejak dulu. Siapa yang tidak tahu dengan apa yang Quan Shaoteng pikirkan?
Kembali ke rumah Bai Muchuan di saat seperti ini? Jelas tidak sesederhana itu!
Hmph!
Bai Muchuan mendengus kesal lalu segera berjalan ke mobilnya. Sebenarnya Zhan Se tidak mau terlibat dalam urusan pribadi orang lain, tapi, lirikan Quan Shaoteng mengingatkannya soal nama "Xiang Wan" yang disebutkan dalam panggilan tadi. Zhan Se ingat kalau itu adalah nama si "penulis supranatural", Xiang Wan.
Zhan Se tiba-tiba tertarik.
Dia tidak tertarik dengan gadis muda itu, tapi dia malah tertarik dengan mental kriminal yang berhubungan dalam kasus ini.
...
Kediaman Bai.
Xiang Wan masih duduk di ruang tamu.
Telinganya penuh dengan tangisan BaiLu yang seperti kucing, dan juga suara Pengasuh Li yang tenang saat membujuknya.
Xiang Wan lelah mendengar tangisan itu, jadi dia menggunakan headset dan mendengarkan musik lewat ponselnya.
Dan itulah adegan yang dilihat Bai Muchuan dan kedua orang lainnya saat sampai di sana.
Bai Lu duduk di pagar balkon di lantai dua dan menolak turun. Air matanya mengalir seperti sungai, dan terlihat telah mengalami ketidakadilan. Xiang Wan sedang duduk di sofa ruang tamu dengan santai, sambil menutup telinganya, tidak peduli dengan apa yang terjadi.
Huuuwaa!
Melihat Bai Muchuan yang muncul di halaman depan rumah, Bai Lu mulai menangis lebih keras.
"..."
Bai Lu melirik ke arah Pengasuh Li, yang sedang tidak tahu harus melakukan apa. Pengasuh Li sedang berdiri di halaman depan sambil mengawasi Bai Lu. Bai Muchuan akhirnya menunjuk Bai Lu dengan satu jarinya. "Kamu, turun sekarang!"
"Paman , aku tidak bisa," Bai Lu mengerutkan bibirnya dan menggelengkan kepala dengan sedih. "Wanita kejam itu, si Xiang Wan, ingin menelanjangiku sekarang. Dia ingin... ingin... Huwaaa! Aku tidak mau hidup lagi!"
Bai Muchuan mengerutkan alisnya ketika melihat ketinggian antara lantai ke dua dan tanah di bawah.
Sebelum dia bisa mengatakan apapun, pintu ruang tamu terbuka. Xiang Wan keluar sambil memegang ponselnya.
"Jadi 'orang tua'-nya sudah datang? Baiklah, ayo bicarakan masalah kompensasi sekarang."
Bai Muchuan sedang bingung dengan apa yang dibicarakan oleh Bai Lu di telepon tadi. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di antara mereka berdua.
"Kompensasi apa?"
Xiang Wan berjalan ke arah Bai Muchuan lalu melihat ke Bai Lu yang masih duduk di pagar balkon. Bai Lu menggunakan pakaian warna merah muda, seperti sebuah aprikot yang ingin naik dinding, dan gemetar karena terkena angin.
"Tanyakan saja padanya!"
Wajah tanpa ekspresi Xiang Wan menarik perhatian Zhan Se.
Sedang dihujani dengan tatapan Zhan Se yang tajam, Xiang Wan juga mengetahui seorang wanita cantik dengan watak yang luar biasa.
Ketika wanita cantik bertemu dengan wanita cantik yang lain, tatapan mereka terlihat seperti pisau dan pedang yang saling melintas, sambil menilai satu sama lain. Berat badan mereka, statistik vital dan lain-lain, akan ditampilkan dalam pikiran masing-masing dalam bentuk angka.
Lalu, mereka berdua akan tersenyum dan mengangguk, yang bisa dianggap sebagai salam.
Saat itu juga, Bai Lu menceritakan apa yang terjadi.
Gadis muda lebih rapuh secara psikologis, keluhan kecil pun akan terlihat besar di matanya.
Bai Lu benar-benar lupa menjelaskan mengapa dia yang memulai masalah itu duluan. Dia hanya memberikan alasan dari insiden tersebut dalam beberapa kalimat.
Setelahnya, dia mulai menuduh bagaimana Xiang Wan ingin memerasnya, dan kalau Bai Lu tidak ingin memenuhi keinginan Xiang Wan, Xiang Wan akan menelanjanginya, bagaimana Xiang Wan ingin menelanjangi Bai Lu dan merobek roknya. Bai Lu merasa... cemas. Dia merasa sangat malu and putus asa hingga ingin melakukan bunuh diri.
"..."
Kelompok orang-orang itu menjadi tertegun.
Wajah Bai Muchuan semakin suram saat dia mendengarkan ucapan Bai Lu.
Dia melirik ke arah Quan Shaoteng, yang nampak ingin membuat keributan, dengan tatapan dinginnya.
"Cepat turun!"
Setelah dia membentak Bai Lu, Bai Muchuan menoleh ke Xiang Wan. "Untuk kompensasinya, berikan jumlah yang lebih realistis."
Realistis?
Sebenarnya, Xiang Wan tidak ingin mengambil kesempatan ini untuk memeras keluarga Bai. Dia hanya emosi dengan kelakuan Bai Lu, sehingga dia ingin membalas kata-kata Bai Lu untuk menakutinya. Tapi sekarang saat Xiang Wan mendengar Bai Muchuan membicarakan uang dengan nada yang dingin, rasa pahit di hatinya mulai muncul kembali.
Xiang Wan pun memasang ekspresi serius. "Tidak ada tempat untuk diskusi! Tentunya, Detektif Bai sangat tahu kalau seseorang harus memberikan kompensasi karena sudah merusak barang orang lain kan?"
Bai Muchuan berkata: "Jadi, kamu bersikeras memberikan jumlah yang tidak masuk akal?"
"Hmph!" Xiang Wan tersenyum penuh amarah. "Keponakanmu sudah merusak barangku dan aku harus mendapatkan ancaman untuk hal yang tidak ku lakukan! Yang aku inginkan hanya kompensasi, apanya yang tidak masuk akal?"
Bai Muchuan menyipitkan kedua matanya. "Kompensasi itu harus berada dalam batas wajar."
"Kurasa itu masih dalam batas wajar," ucap Xiang Wan. "Hal-hal yang kamu hargai dalam pikiranmu memiliki nilai yang berbeda di dalam hatiku, itu juga termasuk kompensasi untuk penderitaan mental yang diakui oleh hukum. Masuk akal, bukan?"
Bai Muchuan perlahan tersenyum dingin, "Itu tidak terlalu banyak, jelas sangat masuk akal. Kalau begitu, tolong berikan bukti 'kompensasi perusakan mental' dari barangmu yang rusak, dan cari pengacara yang bagus untuk menuntut ganti rugi di pengadilan! Aku akan memberi kompensasi selama pengadilan mendukungmu."
"Haha!" Xiang Wan memaksakan tawanya. "Jadi Detektif Bai ingin membenarkan kesalahannya?"
Bai Muchuan menatapnya dengan tajam, wajahnya yang tampan perlahan bergerak ke atas dan ke bawah, mengamatinya.
"Lagipula Nyonya Xiang sudah belajar di Zeng Zhong. Tentunya, kamu tahu apa itu 'mengambil fakta sebagai dasar hukum sebagai kriteria'?"
Xiang Wan sedikit mengangkat dagunya, dan menatap mata Bai Muchuan sambil mengejek, tanpa mengatakan apapun.
Kedua mata mereka saling bertemu, seolah-olah perang api sedang berkobar di sekeliling mereka, tetapi tidak ada kata yang terucap.
Keheningan itu berlangsung selama beberapa saat. Ketika akhirnya, Xiang Wan memberikan ejekan, dan dia melirik gadis muda yang masih terduduk di pagar balkon.
"Baiklah, kamu menang! Lain kali, kalau kamu ingin melompat, silahkan pilih tempat yang lebih tinggi! Kota Jin tidak kekurangan bangunan tinggi! Memberi pertunjukan seperti itu hanya akan menghina keluarga Bai yang tidak mau membayar kompensasi!"
Xiang Wan kembali ke rumah untuk mengambil barang-barangnya –'kepingan-kepingan' itu – dan melewati kelompok orang di sana.
"Tunggu!" Zhan Se tiba-tiba membuka mulutnya.
Zhen Se berjalan perlahan mendekati Xiang Wan dimana punggungnya membelakangi mereka.
Semua orang di sana terkejut.
Tidak ada yang tahu kenapa Zhan Se menghentikan Xiang Wan.
Xiang Wan sendiri merasa kebingungan dan dia berbalik perlahan. "Ya?"
Zhan Se tersenyum saat dia mendekatinya, "Bisakah aku meminta waktumu sebentar?"
...
Entah kenapa, 'waktu' itu lebih lama dari yang diharapkan.
Zhan Se dan Xiang Wan berdiri di dekat pintu masuk halaman rumah Bai, dan berbicara selama lebih dari sepuluh menit.
Xiang Wan tersadar kalau Zhan Se juga kuliah di Universitas Zong Zheng.
Namun, Xiang Wan putus sekolah, dan Zhan Se adalah lulusan pascasarjana dari Universitas Zhong Zheng, jurusan Psikologi Kriminal. Dia juga murid terakhir dari Profesor Lu, seorang Ahli Otoritas Psikologi Kriminal.
Xiang Wan kagum dengan Zhan Se, "Salam, Senior! Maafkan aku karena tidak bisa mengenali orang hebat sebelumnya!"
"Haha!" Zhan Se merasa terhibur olehnya. "Kenapa kamu begitu canggung?"
Setelah dia mengatakan itu, wajahnya berubah menjadi lebih suram. Dia menoleh ke arah orang-orang yang ada di halaman rumah sebelum berbicara dengan nada rendah, "Sebenarnya, aku disini karena kasus Zhao Jiahang."
Berhubungan dengan masalah itu, Xiang Wan menjadi cukup sensitif.
Tanpa mengatakan apapun, dia menyipitkan matanya dan mengamati Zhan Se.
Zhan Se memberikan senyuman penuh pengertian dan perhatian padanya, "Kamu tak perlu gugup. Aku tadi berada di Unit Investigasi Kriminal dan melihat laporan kasus itu, jadi aku tahu tentangmu."
"Oh!"
Xiang Wan tidak mengerti tujuan Zhan Se, dan dia tidak berani berkata lebih banyak.
Xiang Wan tahu kalau wanita seperti Zhan Se sangat kompeten dengan apa yang dilakukannya. Jika dia tidak memperhatikannya, dia akan membuka rahasianya di depan Zhan Se.
Zhan Se melihat jemari Xiang Wan yang sedikit mencengkram tasnya dan senyumnya perlahan mereda. "Kamu tahu? Ketika kami tadi menganalisa kasus ini, kamu sebenarnya seorang tersangka pembunuhan."
Jantung Xiang Wan tersentak sesaat. Dia tertawa dengan sedikit menunjukkan kelelahan mentalnya. "Sehubungan dengan masalah ini, Detektif Bai sudah memberitahuku beberapa kali."
"Bukan!" kedua mata Zhan Se berubah menjadi dingin. "Maksudku, dunia batinmu."
Dunia batinku? Ada apa dengan dunia batinku?
Xiang Wan menatapnya dengan ragu sambil menutup rapat mulutnya.
"Kamu tidak memiliki belas kasih. Kamu seperti itu terhadap mendiang Zhao Jiahang dan juga Bai Lu yang ingin melompat," Zhan Se terus menerus menjelaskan, "Kamu harus tahu bahwa perilaku kriminal seseorang diatur oleh mental kriminal mereka. Mentalitas kriminal dan perilaku kriminal orang lain mungkin berbeda. Tapi sifat paling mendasar adalah, bahwa mereka tidak peduli dengan kehidupan orang lain. Belum lagi bahwa kamu punya motif dan waktu untuk melakukan kejahatan... dan kemampuanmu untuk mengetahui rincian kasus yang belum bisa kamu jelaskan!"
Sialan!
Jadi, seniornya ada disini hanya untuk mengeluarkan karpet dari bawahnya, atau untuk menghukumnya?"
Ekspresi wajah Xiang Wan nampak tidak senang. "Maaf, Senior. Aku tidak setuju dengan pandanganmu. Belas kasihanku tidak boleh disia-siakan pada sampah dan pelacur itu. Maafkan aku, jika kamu ingin menghukumku, lebih baik melakukan seperti apa kata Detektif Bai – tunjukkan buktinya padaku!"
Zhan Se tersenyum saat dia melihat Xiang Wan yang kesal.
"Sudah ku beritahu jangan gugup, aku belum selesai bicara."
"Oh," ucap Xiang Wan sedikit tersenyum, "Lalu bisakah aku meminta Senior untuk tidak bernafas, dan menyelesaikan semuanya sekaligus?"
Zhan Se tertegun.
Dalam waktu singkat, Zhan Se tertawa kecil. "Oke aku akan mempersingkat ini. Kurasa kasus ini tidak sesederhana yang kita lihat sejauh ini. Pasti ada sesuatu yang lain..."
Haha.
Xiang Wan merasa bahwa seniornya sedang bercanda dengannya.
Pada saat itu, suara isakan Bai Lu yang samar terdengar dari halaman rumah. Xiang Wan pun merasa tak sabar.
"Baiklah, aku menantikan hari dimana Senior dan Detektif Bai, bisa memberikan penjelasan yang memuaskan padaku dan masyarakat umum."
Dan Xiang Wan pergi tanpa menoleh.
Ketika pintu utama ditutup, hembusan angin menyebabkan rambut panjang Zhan Se acak acakan.
Zhan Se tersenyum, sambil menggelengkan kepalanya.
Bai Muchuan yang berada tak jauh dari sana, juga menoleh pintu utama yang telah tertutup rapat.
...