Chereads / Last Regiment / Chapter 3 - PTRD V Mortar

Chapter 3 - PTRD V Mortar

Namaku adalah Noxton, sekarang aku berada dalam turnamen BattleRoyale Team bernama LAST REGIMENT. Squadku bernama KLAUXS SQUAD. Aku bersama dengan tim ku yang beranggotakan 4 orang termasuk aku (Medic), mereka adalah Nyixc (Assault), Gauxt (Support), dan Luxtic (Recon).

Saat ini tim ku berada dalam mode menyerang, entah tim apa yang kami serang. Tapi sepertinya tak satu pun serangan dari tim ku yang mengenai mereka. Mungkin jarak kami terlalu jauh.

Musuh sekarang menggunakan asap untuk berlindung. Aku berhenti menembak.

"Sepertinya mereka akan menaiki tebing, kalian berdua tetap tembaki mereka!" aku menyuruh Gauxt dan Luxtic agar tetap menyerang musuh.

"Siap!" mereka sangat tanggap dalam membalas perintahku.

Aku berdiri lalu berjalan kearah belakang dimana Nyixc diam dan menunggu perintah ku.

"Apa kita akan menggunakan itu?" Nyixc bertanya padaku

"Yup, Siapkan senjatanya!!"

Nyixc menyiapkan senjata laras panjang. Senjata yang dikeluarkan Nyixc bukanlah senjata yang biasa dibawa para Recon. Senjata ini adalah senjata Anti-Tank, berpeluru Armor-Piercing (AP Round) berdiameter 14,55 mm. Senjata ini bernama Protivo Tankovoye Ruzhyo Degtyaryova atau bisa disingkat dengan PTRD-41. Senjata ini adalah senjata penghancur tank, tapi pelurunya tidak meledak karena bukan senjata roket. Karena peluru AP adalah peluru penembus baja tank yang bertujuan untuk mengguncang tank dan mengenai bagian vital pada tank.

Tapi kali ini, target senjata ini bukanlah Tank, melainkan Player, jadi ini akan mengguncangkan mereka. Dengan kecepatan 1 kilometer per detik, saat peluru senjata ini mengenai tanah, maka akan terlihat seperti bomb melesat dan mengguncang tanah.

"Senjata sudah siap!" kelihatan-nya Nyixc sudah menyiapkan PTRD nya.

Nyixc membuat kumpulan Sandbags kemudian PTRD diletakkan diatas kumpulan Sandbags. Karena PTRD senjata yang berat maka penggunaannya harus dengan posisi tiarap.

Aku bersiap untuk menggunakan PTRD dan sudah bersiap dalam posisi menembak.

"FIRE!!!"

***

Kami berempat telah berada di atas tebing. Kami memanjat tebing agar dapat berlindung dari hujan peluru dari musuh. Asaplah yang melindungi kami dari tembakan saat kami memanjat tebing. Sampai kami diatas tebing, asap ini masih belum hilang.

"Bagaimana ini?" Tanya Mack.

"Le-lebih baik kita lari kearah hutan." Jawab diva ketakutan.

"Jangan, lebih baik kita gunakan saja mortarnya" aku mengungkapkan pendapatku.

"Mortar Ready!!" Sahut Kurst.

"Was?" aku kaget. Kurst ternyata sudah menyiapkan mortarnya.

DORR!!! Aku mendengar suara sangat keras dari arah musuh. Suara senjata apa itu keras sekali.

Belum sempat aku membalikkan badan untuk melihat sumber suara tersebut.

BUMPPP!!!

Barikade Sandbags yang disiapkan Kurst hancur Seketika dan asap yang melindungi kami barusan juga hilang terkena angin peluru.

Aku dan rekan-rekanku ketakutan.

"A-apa itu tadi??" Tanya Diva.

"A-aku ti-tidak tau" Mack menjawabnya.

"Jangan takut, kita punya mortar" Kurst berusaha menegarkan diri.

"Kau benar, Diva berikan aku Scope, dan Mack, ini kuberikan jam tanganku!!" aku mendukung perkataan Kurst.

Aku meminta alat bantu pada Diva. Alat bantu ini adalah Scope, alat ini dipasangkan pada senjata agar bisa mendapatkan akurasi yang bagus saat menembak atau juga bisa membantu untuk menembak musuh dari jarak jauh. Alat ini hanya dibawa oleh Recon. Aku membutuhkan Scope karena aku dan Diva membawa tipe senjata yang sama yaitu Bolt-Action Rifle, aku membawa Kar98k dan Diva membawa Mosin-Nagant.

"Diva, ayo kita serang mereka bersama!" aku mengajak Diva untuk menyerang musuh.

"I-iya Mika!"

Dorr Klangg!! Swingg!! Dorr Dorr!

Suara-suara Temabakan ini berdengung di kepalaku.

"Untuk apa kau memberikanku ini?" aku memberikan jam tangan ku kepada Mack. Dia bingung untuk apa aku memberikannya.

"Tidak ada Minimap dalam mode ini, jadi gunakan itu untuk membantu Kurst dalam membidik mortar."

"Te-tembakan kedua dataaanggg!!!" Diva berteriak.

BUMPPPP!!!!

Tembakan itu mengenai ujung tebing. Ujung tebing yang awalnya runcing menjadi tumpul. Batu-batu bekas tembakan terlempar ke segala arah. Memang tidak meledak, tapi pelurunya membuat terguncang, kalau sekali kena pasti mati. PASTI MATI.

"Aku akan menandai tempat mereka." Diva berinisiatif.

Menandai atau Mark, ini adalah fitur dimana semua player bisa menandai tempat dimana musuh berada tapi musuh tak bisa melihat tanda-nya, sebaliknya pun sama, musuh dapat menandai dimana kita berada namun kita tak bisa melihat tandanya. Mark akan tertampilkan di Map. Gunanya agar kita dapat mengetahui koordinat Mark-nya. Ini dapat membantu para penyerang jarak jauh agar serangannya dapat mengenai musuh.

Zrrttt!

Suara Map yang dibuka oleh Mack.

"Oke koordinatnya 50.5 dan 7.2, dengan kemiringan 10 Derajat dan jaraknya 298 meter" Mack memberitahukan koordinatnya kepada Kurst.

Kurst mengatur kembali mortar agar bidikannya tepat.

"Tembakan ketiga datang!!!" kali ini aku yang berteriak.

BUMMPPP!!

Pelurunya mengenai pohon yang berada di belakang kita. Batang pohon tersebut berlubang cukup besar.

"Mortar Siap!!" Kurst sudah siap dengan mortarnya. Dia akan memasukkan pelurunya.

"Tutup telinga kalian!!" Kurst Menyuruh untuk menutup telinga kami.

JCKLIIINGG!!

Keluar suara bergelombang tinggi dari mortar tersebut. Suara ini juga mengiringi meluncurnya peluru mortar ke udara. Peluru tersebut melambung tinggi.

***

"Bwaahahahah rasakan itu!!" aku tertawa keras setelah menembakkan beberapa peluru PTRD.

"A-anu, Nox, itu pelurunya tidak ada yang kena.." Luxtic membuat wajah tak kepercayaan kepadaku.

Hmm kenapa tidak ada yang kena. Apa mungkin aku menembaknya sembarangan? Tidak tidak. Mungkin saja pelurunya sedikit berbelok karena angin. Jika dilihat arus sungai nya cukup deras. Mungkin saja.

JCKLIIINGG!!

"Su-Suara apa itu!!?" aku berteriak setelah mendengar suara bergelombang tinggi itu.

Kami berempat berhenti menembak. Kami melihat kearah langit. Kenapa? Suara tadi berasal dari arah musuh dan musuh seperti menembakkan sesuatu ke langit.

"I-itu adalah....." Nyixc melihat sesuatu itu dengan jeli. Dia mengetahui benda yang ada dilangit itu.

DRAP!! DRAP!! DRAP!!

Nyixc lari menjauh meninggalkan kita bertiga.

"Kenapa kau lari!!?" Tanya Luxtic.

"Kau tidak tahu apa itu? ITU MORTAR BODOH!!!" Jawab Nyixc dengan keras. "Siapa yang kau panggil bodoh!" aku tak terima dengan pernyataan Nyixc

Sembari aku tak terima pernyataan Nyixc aku menyadari sesuatu.

"Mortar!! Pelurunya yang meledak itu kan!!?"

"Sialan kau Nyixc!" Gauxt mengejek Nyixc yang melarikan diri.

BLARRRRRRRRRR!!!!!

***

"Be-berhasil!!! Mengenai 3 musuh se-sekaligus!!" Diva berteriak kegirangan.

"Tapi 1 dari mereka melarikan diri, dan satu nya lagi masih belum mati setelah terkena ledakan itu." Tambahku.

"Tembakan kedua siap!! Tutup telinga kalian!!" Kurst memperingati kami lagi.

JCKLIIINGG!!

Suara letupan mortar ini terdengar lagi.

BLARRR!!!

"Be-berhasil!! Kau me-membunuh player yang survive dari tembakan pertama tadi," tampaknya Diva kegirangan lagi.

"Aku akan membunuh yang berlari itu," Aku akan membunuh sisa squad tersebut.

"Heeh!! Memangnya kau bisa??" Mack mengejekku.

"jika ini Headshot, traktir aku sebuah senjata di Weapon Shop nanti," Aku menantang diriku dan membuat taruhan dengan Mack.

"Iya-iya, itupun jika kau bisa mengenainya," Mack masih mengejekku.

Aku bersiap menembak dalam posisi tiarap. Kepala Player tersebut sudah ada dalam titik tengah scope ku. Karena dia berlari kearah hilir, aku sedikit menggeser ke kanan hingga kepalanya sedikit menjauh dari titik Scope agar pelurunya dapat mengenai target.

"Fyuhh" aku menghembuskan nafas sebelum menembak.

DORRR!!!

Cklingg!! Bunyi suara ini tidak berasal dari mana mana. Bunyi ini seperti berasal dari dalam mulutku sendiri.

Sembari mengiringi suara barusan Tiba-tiba didalam Head-Up Display (HUD) ku terdapat pengumuman bertuliskan;

Headshot

Squad Wipe

KLAUXS : Nyixc

"Aku berhasil," Aku mengatakannya dengan lirih karena tidak percaya.

"Ini bohong," Sepertinya Mack juga tidak percaya.

"Jarak 300 Meter!! Aku berhasil!!" Aku berteriak kegirangan.

"Ternyata, julukan riflemen bukan sekedar julukan," Mack menggerutu.

"Apa? rifle-men?" aku tak tahu apa maksudnya.

DORR!!!

Siapa yang menembak? Bukan dariku, bukan dari Kurst, bukan dari Diva, bahkan bukan dari Mack. Lalu dari siapa? Musuh? Kan sudah termusnahkan barusan.

"Eh?" Tiba tiba aku lemas.

Aku melihat HUD dan ternyata Health Points (HP) berkurang. Berkurangnya juga cukup drastis. Apakah aku tertembak? Sialan!

"Mu-musuh dari arah Timur laut!"

siapa yang berteriak seperti itu.

"Mack, Mika terkena In-Game VRShock bawa dia ke tempat aman Dan obati dia!"

Ah aku tak tahu siapa yang berteriak. HP ku, terus berkurang, Apa aku akan mati duluan?