Chereads / Last Regiment / Chapter 6 - Rising

Chapter 6 - Rising

"FUWAAAHHH!!!"

Akhirnya aku sampai di tepi sungai. Berenang sejauh hampir 200 meter itu ternyata melelahkan. Walaupun ini di dalam game, tetap saja melelahkan. Karena lelah, Aku duduk menyandarkan diri pada dinding yang penyangga jembatan. Ya, aku masih berada di bawah jembatan.

Kawan-kawanku belum juga sampai disini, kenapa aku menyimpulkan bahwa mereka semua tidak ada yang mati? Karena, aku melihat di sisi kiri bawah pada HUD-ku, disitu terlihat bahwa kawan-kawanku berstatus masih hidup semua. Semoga mereka tak terbawa arus sungai. Aku akan menandai tempat dimana aku duduk sekarang, agar mereka tau lokasi-ku.

Selagi merebahkan diri dan menghilangkan kekhawatiran-ku. Aku teringat akan Blimp, benar mungkin sebentar lagi Blimp selanjutnya. Aku mencoba menekan jam tanganku. Kemudian, muncul Map hologram di depanku. Ternyata, jam tangan ini dibuat agar tidak rusak di dalam air. Bicara tentang air, apakah senjata ku tidak rusak juga jika kemasukan air? Tidak mungkin, ini hanya game. Tak mungkin sedetil itu.

Aku berada di ujung F5 mendekati E5. Oke sebelum memikirkan strategi, Aku ingin mencocokkan sesuatu. Tadi, apakah GRISHA ini masih berada di jembatan? Ternyata mereka masih berada diatas jembatan dan tidak bergerak. Tunggu, bagaimana dengan tank tadi, Tank itu juga tidak bergerak sama sekali dari tempatnya. Jika benar, Squad GRISHA ini adalah yang mengendarai Tank Tiger tersebut. Pantas saja, mereka tak bergerak sedikit pun. Tapi aneh, kenapa tank tersebut tidak bergerak? Jika bergerak pasti LAST REGIMENT akan dimenangkan oleh mereka dengan mudahnya.

Tiba-tiba Aku mendengar suara tembakan dari belakangku. Suaranya terdengar tak jauh. Jika dilihat di map, mungkin sekitar 150 meter dariku. Mungkin, mereka ini sebenarnya ingin membunuh GRISHA tapi berpapasan sebelum di jembatan.

"Jika semua berkumpul, mungkin aku bisa membicarakan strategi-nya." Secara tidak sengaja aku mengeluarkan suara-ku.

"Kami sudah berkumpul dari tadi. kau yang lambat dalam berenang." Tiba-tiba Kurst muncul dan membantah ocehanku. Bukan hanya Kurst, Diva dan Mack juga ikut bersamanya.

Sontak aku kaget.

"Kenapa tidak memberi tahu dari tadi, Bila kalian sudah sampai!!?"

"Sedikit kejutan?" Jawab Mack.

Apa? Memangnya kau pikir ini hari ulang tahunku. Kita saja bahkan belum mengenal satu sama lain di dunia nyata. Atau hari ini adalah hari natal? Kurasa tidak.

Huft.. aku menghela nafas untuk mengembalikan kesadaranku. Oke semua sudah berkumpul waktunya menjelaskan strategi-ku pada kumpulan bodoh ini.

Rencana ku adalah menghancurkan Tank itu aku tidak peduli dengan squad lain. Tank itu adalah keberadaan yang sedikit curang. Meskipun ini turnamen untuk yang pertama kali-nya. Rencana awalnya adalah bergerak menuju jembatan. Sebelum mencapai jembatan, ada sebuah benteng menara yang melindungi keluar masuk jembatan, layaknya gerbang. Squadku akan mengincar tempat itu dulu. Namun, karena menara tersebut berada di belakang kami, mau tak mau kami harus berhadapan dengan squad yang sedang berperang di tengah-tengah jalan kami menuju ke menara.

Mau tidak mau ya, lebih baik aku memilih tidak mau. Tepat sebelum menara itu terdapat parit, kami bisa menggunakan parit tersebut untuk melewati Squad lain-nya. Tapi, apabila kita sampai di menara, tetap tidak mudah kami harus berhadapan squad lain yang sudah berada di menara tersebut. Bila, semua berjalan baik, kita bisa menset-up mortar dan aku akan menggunakan PTRD untuk menghancurkan Tank tersebut.

Setelah menjelaskan rencana-nya kami pun bergerak. Kami berjalan 5 meter ke arah selatan, kemudian kami menaiki tebing. Tiba diatas tebing kami langsung masuk kedalam parit. Setelah masuk ke dalam parit, aku mengintai sekitar. Ternyata Squad lain yang sedang berperang itu berada dekat dengan kami. Yang satu berada di dalam hutan di arah selatan dan yang satu berada dalam parit yang sama dengan kami. Kami berusaha, agar tidak bertemu dengan squad lain yang satu parit dengan kami.

Kami berhasil melewati parit tersebut. Sekarang, tinggal bagaimana kami masuk kedalam menara ini dan membantai semua musuh.

"Dobrak saja, pintu ini." Usul Mack.

"Kau bodoh? Bila mereka tau kita berada di luar sini. Mereka akan mudah menyergap kita di dalam nantinya." Kurst menolak usul Mack.

"ji-jika kita tetap be-berada disini, ki-kita akan ketahuan oleh squad yang sedang berperang tadi." Seperti biasa, Diva merasa ketakutan.

Akhirnya aku harus memutuskan ya.

"Begini, Kurst dan Diva buatlah Fortification di luar pintu ini. Lalu berjaga disini. Bunuh squad yang tadi bila mereka mendekat."

Mereka berdua langsung bertindak, tumben? Tak ada yang menolak keputusanku?

"Jika begini, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan, benar?" Mack menanyaiku seolah dia tau apa yang ada di dalam pikiranku.

"Kau benar saatnya beraksi."

"Permisi!!!!!" Mack meneriaki pintu.

"Iya Siapa!?" Was?, ternyata ada yang menjawab dibalik pintu ini.

"Kami Polisi!" Aku pun menjawab dengan pernyataan bodoh.

"Hah Polisi!?"

BLARRR!!! kami berdua mendobrak pintu. Dibalik pintu itu ternyata ada player bodoh. Dia terpental saat kami mendobrak pintu. Saat dia masih tergeletak, Aku langsung berjalan menuju dia dan menusuknya dengan menggunakan bayonet.

Aku berdiri diam ditengah tengah ruangan. Melihat bentuk ruangan ini. Ruangan ini berbentuk lingkaran dan meninggi sekitar 4 meter. Di bagian barat terdapat Rak buku dan beberapa meja, dan di bagian timur terdapat sebuah meja. Di selatan ruangan terdapat sebuah tangga menuju lantai 2, tangga tersebut bentuknya memutar searah jarum jam, bila begitu mungkin di lantai 2 dimulai dari barat ruangan

Mack kemudian berjalan menuju ke arah ku. "hoi, hoi kasihlah. Aku belum membunuh satu orang pun."

"Salah sendiri yang dari tadi bermain main dari mulai awal permainan ini."

"Namanya juga game, tapi selanjutnya, aku yang bakal membunuh semua musuh yang ada di dalam tower ini." Mack langsung lari menuju lantai 2.

"Tidak secepat itu, ferguso!" Aku pun mengikutinya.

Saat kami berada di lantai 2, Ruangannya tidak jauh berbeda dari lantai satu, Mack berlari, lalu ia meluncur hingga berhenti di balik meja yang berada di sebelah rak buku. Dia membalikkan mejanya, sehingga menjadi tempat perlindungan baginya. Padahal musuh sedang menembakinya. Mack, kemudian langsung mendorong meja tersebut kearah depan, musuh kemudian terjepit diantara meja dan dinding. Tanpa ada jeda, Mack menembaki meja tersebut, peluru nya menembus meja dan mengenai musuh. Mack menembakinya hingga mati.

Tinggal satu lagi musuh yang berada di lantai ini, musuh tersebut berada di dekat jendela di bagian selatan ruangan. Mack ditembaki, namun dia berhasil menghindar duluan dengan melompat ke arah belakang. Mack lalu melompat lagi ke arah musuh tersebut. Musuh kaget melihat Mack yang berada di depannya. Mack memukulnya dengan senjata. Lalu menendangnya keluar jendela. Saat musuh dalam keadaan terjatuh Mack menembakinya hingga mati.

Tak mau kalah dengan Mack, aku langsung naik ke lantai 3. Hanya ada satu musuh, dia berada di selatan ruangan, sedang fokus membidik menggunakan senjata anti-tank, dia membidik tank yang berada di jembatan. Tanpa, basa basi. Aku berjalan ke belakangnya kemudian menusuknya dengan bayonet hingga KIA. Bodoh sekali. Apa dia ini tidak mendengar dari bawah bila ada suara tembakan dan dobrakan pintu.

Setelah selesai aku kembali ke kawan-kawan ku. kami berkumpul di lantai satu.

"Kami berdua sudah selesai, bagaimana dengan kalian?" aku bertanya kepada Kurst dan Diva.

"Sukses, kami berhasil mengirim kedua Squad itu ke Hades." Kurst menjawab.

Tunggu, berarti kami membunuh total 4 Squad, ternyata kami hebat juga. Sekarang tinggal GRISHA, tim yang mengendarai Tank Jerman model Tiger 1. Untuk peralatan melawan tank kami sudah ada, tinggal mempersiapkannya saja. Aku juga membunuh musuh yang menggunakan senjata sejenis Anti-Tank di lantai 3 tadi. Senjata itu akan menambah daya serang kita untuk melawan tank tersebut.

Aku menyuruh Mack untuk mengeluarkan Medic Kit. Kami mengobati luka luka kecil dan memulihkan HP kami. Setelah itu, Aku menyuruh Kurst untuk mempersiapkan mortarnya, lagi. Aku, Mack dan Diva menuju lantai 3 untuk mengambil senjata Anti-Tank tersebut. Selagi menyusuri setiap lantai aku menyuruh Mack untuk meletakkan Medic Kit-nya. Dan akhirnya kami berhasil mencapai lantai 3.

"Mika, ini kan senjata bazooka?" Mack mengambil senjata Anti-Tank yang tergeletak.

"Iya betul, tumben dirimu tau senjata seperti ini?" Kukira Mack akan bertanya tentang senjata ini, ternyata dia sudah tau.

"Di Roam mode aku suka pakai senjata seperti ini." Mack menjelaskan

"Kalau begitu, kau yang akan menggunakan ini, jika membutuhkan peluru bazooka call Kurst saja, aku akan menggunakan Tankgewehr, Diva gunakan jam tangan ini bantu Kurst untuk membidik mortarnya." Aku menjelaskan pembagian senjata.

"Si-siap Mika." Diva menjawab. Diva kemudian langsung turun dan keluar dari benteng untuk membantu Kurst.

SWUSSHH!!! DUAG!!

"Suara apa itu!?" Ku menoleh kearah Mack yang menjadi sumber suara tersebut.

Ternyata Mack menembakkan bazooka ke arah tank tersebut. Mack pun terpental sampai menabrak dinding setelah menggunakan bazooka.

"Apa yang kau lakukan dasar bodoh, kita akan menembak secara bersama nanti!" Aku memarahi Mack.

Aku pun menuju jendela dan menggunakan teropong, ternyata teropong-nya Diva masih kupegang. Aku melihat arah tembakan Mack. Ternyata meleset. Tak mengenai tank tersebut.

Eh, jika kulihat dengan teliti, ada rantai di salah satu sisi roda putus. Mungkin ini yang menyebabkan Tank tersebut tak bergerak sedikit pun. Mystery Solve.

"Ku-kira aku bisa menghancurkannya."

Aku berbalik menghadap ke arah Mack. Aku menatapnya dengan wajah kesal. Yang artinya, Bodoh sekali, sudah menembak duluan, tembakannya meleset, terpental pula kedinding.

JDUARRR!!! Dinding di belakang ku meledak.

"Eh—" Tanpa mengetahui apa yang terjadi. Aku terpental hingga ke dinding. Aku berada di samping Mack sekarang. Apa ini Karma, Karena mengejek Mack?

"Oi Mika kita diserang!?"

"Kau kira salah siapa kita diserang! Dasar bodoh!"

Setelah mengobati luka, aku menyuruh Mack untuk stand by di lantai 3. Aku turun ke lantai 2 untuk stand by juga. Aku kira semua sudah dalam posisi siap.

Dengan melambaikan tanganku ke arah kiri aku membuka menu. kemudian aku membuka di bagian Squad, dan menggunakan fitur Call in Squad. Kegunaan fitur ini adalah menelpon anggota Squad apabila terpisah dari kita, agar tau lokasi masing-masing anggota Squad. kenapa aku baru sadar akan fitur ini. Kenapa aku tidak menggunakannya saat terpisah setelah ledakan kapal tadi? Ternyata aku bodoh juga.

"Diva sudah kutandai. Lihat dalam peta dan gunakan kordinatnya untuk membidik mortar."

"O-oke."

Setelah beberapa detik. Aku menanyakan kepada semua anggota Squad-ku.

"Bagaimana kalian siap?"

"Ready!"

Feuer!!