"Makanya, kalo gabisa berantem gausah berantem!," Reina terus mengoceh sambil mengobati wajah milik Farel yang lebam akibat berkelahi.
"Udah tau gabisa berantem malah sok berantem. Pengen banget jadi pahlawan apa?," Ujar Reina sambil membereskan kotak P3K di ruang UKS.
"Kenapa lo jadi berisik banget sih?! Udah kan?," Kata Farel lalu beranjak dari ranjang UKS.
"Kenapa gue harus ketemu dia tuhan?" Ucap Reina mengusap wajahnya gusar.
Reina merapihkan ranjang UKS yang ditempati Farel, lalu pergi keluar menuju kelasnya.
"Reina lo darimana aja?"
"Gue abis dari UKS" Reina duduk lelah dibangkunya.
"Siapa yang sakit? Lo? Yang mana?" Rara teriak histeris tepat di telinga Reina.
"Ra, udah deh. Lo terlalu lebay" Ucap Reina yang mengusap telinganya akibat teriakan Rara.
"Anju! gue baik nanya keadaan lo" Rara menoyor kepala Reina.
"Hehe, makin sayang! Gue abis ngobatin Farel"
"Hah?! demi apa? Farel?!" Teriak Rara tepat di telinga Reina. Lagi.
"Raraaa! gendang telinga gue pecah!" Teriak Reina tak kalah histeris.
Untung dikelas Reina sepi karena ini jam istirahat. Sekarang hanya ada murid polos yang membawa bekal.
"Sorry, Ciee udah mulai deket sama calon?"
"Sshhht" Ucapan Rara terpotong karena Reina membekap mulutnya Rara.
"Berisik banget sih lo, itu juga gue terpaksa" Ujar Reina sambil menatap sengit ke arah Rara.
"Okey" Ucap Rara terkekh sambil mengangguk paham.
Kriinggg, Kriiinggggg,,,
Seluruh murid di SMA Cendrawasih masuk ke kelasnya masing-masing. Reina dan Rara pun duduk di bangkunya masing-masing.
"Pak Jay OTW bro!"
"Mana lagi tuh anak, udah jam masuk masih keluyuran." Gumam Reina.
"Pagi," Ucap Pak Jay yang masuk ke kelas dengan suara berat.
"Pagi, pak"
"Buka halaman 146-" Pak Jay yang sedang memberikan tugas itu seketika terdiam dan menatap tajam ke arah pintu.
"Misi pak" Farel yang baru saja datang tanpa hormat langsung duduk dibangkunya. Disamping Reina.
"Dari mana kamu Farel?" Tanya Pak Jay.
"Abis dari toilet pak" Jawab Farel santai.
"Alasan! saya udah lelah lawan kamu. Sekarang kamu berdiri di depan sini dengan kaki diangkat satu dan tangan kamu yang menjewer telinga!" Tegas Pak Jay.
"Tapi pak-"
"CEPAT!" Ucap Pak Jay dengan lantang.
Farel menatap Pak Jay sengit lalu bangkit dan berdiri di depan kelas.
"Gue aduin Papi nanti lo. Dasar tua!" Gumam Farel yang mengutuki Pak Jay.
"Kasian deh anak yayasan kena hukum" Ledek Reina yang dibalas tatapan tajam dari Farel.
**
Reina membereskan dengan cepat buku-bukunya dan ingin segera pulang ke rumah. Tapi aktivitasnya terhenti ketika Farel menghampirinya.
Reina melirik Farel sekilas lalu kembali membereskan buku-bukunya.
"Mami ngajak lo kerumah" Ucap Farel yang sedang memperhatikan Reina.
"Ngapain?" Tanya Reina menaikan sebelah alisnya.
"Bantuin emak gue cincang kadal!"
"Oohh" Reina ber-oh ria lalu beranjak dari tempatnya.
"Tolol" Farel mentap Reina kesal.
"Apaan sih lo!" Reina berbalik dan menatap Farel bingung.
"Mami mau ngomong sama lo"
"Iya" Reina mengangguk dan beranjak pergi.
"Lo balik sama gue, Mami yang minta" Ucap Farel dan membuat Reina membalikkan badannya kembali.
"Gue? pulang bareng lo?" Tanya Reina sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Ya" Ujar Farel singkat dan duduk di meja Reina.
"Hehh, Makasih gue bisa balik sendiri" Ucap Reina dan membuang muka ke arah lain.
"Jangan banyak omong, Turun sekarang, gue tunggu di parkiran?!" Farel berlalu begitu saja dari hadapan Reina.
"Ye, dasar orang gila simatupang" Gumam Reina.
Sesampainya di parkiran, Reina melihat Farel yang sedang duduk diatas motor sambil menghisap rokoknya.
"Lama lo" Farel membuang puntung rokoknya dan menginjaknya.
"Cerewet deh, yaudah cepetan" Gerutu Reina dan bersiap menaiki motor Farel.
"Cepetan kemana?" Tanya Farel dengan wajah datar.
"Lah? Kerumah mami kan? cepetan deh buang-buang waktu gue lo"
"Ban motor gue bocor" Ujar Farel menatap wajah Reina polos.
"Terus?" Kata Reina dengan wajah yang tak bisa diartikan.
"Jalan kaki lah bego" Ucap Farel menyentil kening Reina dan pergi begitu saja.
"Aww! Sakit Rel," Reina mengusap keningnya yang sakit lalu berlari menyusul Farel.
"Nyebelin banget deh!" Reina melipat kedua tangannya di dada sambil menggerutu tidak jelas saat sudah sejajar dengan Farel.
"Berisik dah lo" Farel mempercepat langkahnya dan meninggalkan Reina.
"Farel tungguin gu- Aww!"
"Ck. Apaan lagi sih?" Ucap Farel malas dan membalikan badannya.
Reina jatuh karena tidak melihat ada banyak bebatuan di depannya. Kini Reina sedang duduk di tepi jalan sambil mengusap lututnya yang luka.
"Makanya pelan-pelan" Farel berjongkok di depan Reina, dan mengomeli Reina yang ceroboh.
"Lo yang jalannya kecepetan" Omel Reina yang di pelupuk matanya sudah bergelinang air mata yang siap jatuh akibat menahan sakit.
"Iya nih gue jalannya pelan" Ucap Farel lalu bangkit dan pergi meninggalkan Reina yang duduk di tepi jalan.
"Hahh?!" Reina menatap Farel tak percaya.
"Dasar gak punya hati" Bisik Reina sambil membersihkan kotoran disekitar lukanya.
"Gue masih punya hati, tenang" Farel mengulurkan tangannya tetapi wajahnya mengarah ke arah lain.
"Gak perlu gue bisa sendiri" Reina berusaha bangkit tetapi tubuhnya kembali ambruk dan terjatuh duduk lagi di tepi jalan.
"Gausah sok!" Dengan paksa Farel mengangkat tubuh Reina untuk berdiri kemudian Farel berbalik memunggungi Reina dengan posisi setengah jongkok.
"Naik"
"Hah?" Reina bingung dengan kelakuan Farel sekarang.
"Cepetan, ini udah mulai gelap" Ujar Farel.
Reina dengan hati-hati menaiki punggung Farel. Ketika Reina sudah berhasil dengan posisi yang pas, Reina mengalungkan tangannya pada leher Farel.
"Berat juga lo" Ucap Farel menoleh sedikit ke Reina dan tersenyum.
"Hah?! gue gak segendut itu kali"
"Nanti kalo udah serumah sama gue, kecilin badan lo biar gampang dipeluk" Ucap Farel dengan nada yang sangat menyebalkan tapi berhasil membuat pipi Reina memerah.
"Ngarep nikah sama gue?!" Ujar Reina sengit.
"Kan besoknya cerai"
"Bagus!" Balas Reina tak kalah santai.
Beberapa menit kemudian Farel tak merasakan ada respon dari Reina. Sedari tadi Reina hanya menelungkupkan wajahnya pada leher Farel.
"Rei" Tegur Farel.
"Reina"