Chereads / BETWEEN US: TOXIC RELATIONSHIP / Chapter 10 - 10 Suram

Chapter 10 - 10 Suram

10

Bianca pun akhirnya pulang ke rumahnya.

"Chinja, katakan yang sebenarnya!" Inhwa membentak Bianca.

"Eomma..." Bianca ketakutan.

"Bagaimana kau bisa masuk ke perangkap rayuan Dongwoo!" ujar Jungchul yang terindikasi membela Bianca.

Bianca hanya menunduk saja di hadapan kedua orang tuanya.

Sementara Axl hanya terdiam duduk di sudut ruangan memperhatikan Bianca sedang disidang oleh orang tuanya.

"Biancaya, ini pasti tidak benar kan?" Inhwa masih tak bisa menerima kenyataan.

"Eomma... Appa... mianhae... nan chalmothaesseoyo!" akhirnya Bianca mengakui kesalahannya.

"Bianca, bagaimana si bajingan itu merayumu hingga bisa dia mengajakmu menjadi selingkuhannya! Kau itu cantik, pintar, berbakat, apapun yang se kau inginkan akan Appa kabulkan tapi mengapa kau bisa terbujuk oleh rayu kakak sepupu iparmu sendiri?!" Jungchul berusaha tak menghakimi perbuatan putrinya tersebut.

"Aniya Appa... Dongwoo Oppa... Dongwoo Oppa tak pernah merayuku, aku yang terlebih dahulu yang mendekatinya!"

Seketika tangan Jungchul melayang ke pipi Bianca. "Bianca... Kau benar- benar keterlaluan!"

Inhwa pun menahan sang suami. "Yobo... andwae... kau kan janji tidak akan menghakimi Putri kita!"

"Bagaimanapun Yuran adalah keponakanku, anak dari pamanmu... Dia berhak memiliki keluarga yang bahagia! Dia tak seharusnya mendapatkan perlakuan seperti ini dari suaminya! Dan Kau Bianca... ini sama sekali sudah di luar kendaliku! Aku tak menyangka kau berbuat serendah ini!" emosi Jungchul sudah sampai di ubun- ubun.

Bianca hanya menunduk.

Axl pun berdiri dari sofa dan mendekati sang adik.

Ia ikut berlutut di samping adiknya.

"Appa... kumohon maafkan Bianca!" Kini Axl membela sang Adik.

Bianca terkejut akan reaksi sang Kakak. "Opp... Oppa..." hati Bianca terenyuh dibela oleh sang Kakak.

"Aku belum menjadi kakak yang baik bagi adikku satu- satunya, aku juga termasuk orang yang bertanggung jawab akan apa yang terjadi kepada Bianca. Kumohon, maafkan Bianca..." Tangan Axl di depan dengan membuat gestur tanda memohon.

Axl ikut menunduk.

"Axl... Kau adalah anak Appa yang paling baik, anak kebanggan Appa... Kau satu- satunya anak Appa yang Appa yakin tak akan membuat Appa kecewa..." Jungchul memuji putra sulungnya tersebut berulang kali.

** 

"Oppa, aku tak ingin kau ikut campur masalah ini!" Bianca menghadap Axl dengan cucuran air mata. "Aku tahu jika aku salah!"

"Biancaya... Oppa tak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Kau adalah adik Oppa satu- satunya bagaimana Oppa tega membiarkanmu terjerumus ke dalam jurang yang begitu dalam ini! Oppa jujur tak menyangka jika kau seberani dan senekat ini."

"Mianhae Oppa... Aku telah memalukan semuanya, Aku sama sekali tak memakai akal sehatku melakukan semua hal memalukan ini!" Bianca meringkuk tenggelam di kedua dengkulnya.

"Arasso Biancaya... Setidaknya kau telah mengaku salah sekarang."

"Oppa tak akan memarahiku lagi?"

"Apa gunanya aku marah padamu? Apakah ada yang berubah jika aku marah- marah kepadamu? Apakah waktu akan terulang lagi dengan marahnya diriku?" Axl bertanya.

Bianca semakin merasa bersalah kepada sang Kakak yang malah membantunya dan menguatkannya. "Aku harus bagaimana Oppa? Aku sekarang ini tak tahu lagi harus berbuat apa."

"Kau jelas harus putus dengan Dongwoo Hyungnim. Kau tak bisa meneruskan hubunganmu dengan Dia!"

Bianca mengangguk. "Arasso Oppa... Aku akan menutuskan hubungan kami."

"Jigeum Biancaya... Sekarang juga! Jangan kau tunda!" tegas Axl.

Bianca pun mengirim pesan Kakaotalk kepada Dongwoo sekarang juga dan meminta putus.

Bianca seketika menangis membaca pesan katalk balasan dari Dongwoo.

"Oppa... Eottokhae?"

"Wae?"

"Dongwoo Oppa nggak mau putus dariku. Dia memilih bercerai dari Yuran Eonni."

"Andwae! Keugae chinja micheosso!" Axl seketika meraih ponsel Bianca.

"Oppa... Oppa... Ponselku!"

"Biar aku telepon si brengsek itu! Aku akan memberinya pelajaran jika sampai berani mendekatimu!"

Bianca memohon kepada Axl. "Oppa keumanhae... Biar aku saja yang bicara baik- baik dengan Dongwoo Oppa, kau tak perlu ikut bicara dengannya!"

Axl menggeleng. "Andwae!"

Bianca pun akhirnya membiarkan Axl berbicara dengan Dongwoo.

"Hyungnim, kau jangan pernah menghubungi Bianca lagi! Aku sebagai Kakaknya tak akan tinggal diam kalau kau sampai mengganggunya lagi!" tegasnya.

"Aku dan Yuran akan bercerai jadi kau tak usah khawatir jika Bianca akan dicap pelakor karena pada kenyataanya aku serius mencintai Bianca!" balas Dongwoo.

Axl sontak menutup teleponnya dengan sembari menahan emosi.

**

Freya menunggu seseorang di depan sekolanya.

Seseorang yang dimaksud pun akhirnya muncul.

Ia menyapa Freya dengan mendadainya.

Freya tersenyum sumringah melihat wanita yang merupakan Ibu kandungnya tersebut.

"EOMMAAAAA!" teriaknya.

"Freyaya..."

Jiah pun memeluk erat Putrinya. Wanita berusia 37 tahun itu sangat merindukan sang putri yang sangat jarang Ia temui.

"Kita mau kemana?" tanya Freya.

"Ke Cafe Goblin gimana?"

"Ayo Eomma!"

Freya dan Jiah pun menuju ke Cafe Goblin dengan berjalan santai di trotoar pejalan kaki sembari mengobrol ringan.

Akhirnya mereka pun tiba di Cafe Goblin. Jiah pun memilih tempat yang ada di dekat kaca agar lebih terang dan view untuk fotonya juga bagus.

"Eomma..." Wajah Freya masih sangat sumringah menatap Ibu kandungnya.

Jiah menggenggam tangan sang Putri dengan erat.

"Aku sudah cukup senang melihatmu dan melihat kau dalam keadaan baik- baik saja Freyaya..." 

"Nadu Eomma (Aku juga). Aku mau tinggal sama Eomma. Aku nggak mau pisah lama- lama sama Eomma..." ujar Freya.

"Wae?"

"Aku merasa jika rumahku tak senyaman dan tak sehangat dulu. Aku baru sadar jika pelukan Eomma adalah yang terbaik untukku."

Jiah berusaha menahan air matanya mendengar pengakuan sang Putri. "Eomma juga maunya tinggal bersamamu Freyaya... Tapi kau tahu kan betapa susahnya dirimu nanti jika hidup dengan Eomma?"

"Eomma... selama 7 tahun ini Kau telah membiarkan Yuri Eomma mengisi posisi sebagai istri Appa namun bagaimanapun daia berusaha ingin membuatku mengakuinya sebagai Anaknya Aku tak akan pernah bisa mengakuinya, bahkan aku memanggilnya Eomma hanay sekedar menyenangkan Appa saja tidak bermaksud menganggapnya sebagai Ibu kandungku."

Jiah tak bisa menahan gejolak emosinya. "Eomma mianhae... Eomma chinja mianhae... Karena Eomma miskin maka dariq itu Eomma tak bisa mengambil alih hak asuhmu dari Appamu Freyaya..."

"Aniya Eomma... Aku tak peduli soal kaya atau miskin. Aku tak butuh materi yang hanya akan sekedar pajangan, aku butuh kasih sayang yang sebenarnya, aku tak peduli dengan materi yang bisa kau berikan padaku Eomma..."

"Keugae aniya Freyaya... Eomma merasa itu yang terbaik untukmu jika kau dirawat Appamu. Kau lihat kan? Sebentar lagi Kau akan debut menjadi artis? Itu benar- benar hal yang diimpikan banyak orang. Kalau bukan karena tinggal dengan Yuri Eomma dan Appamu, belum tentu nasib sebaik itu akan menghampirimu Freyaya. Yuri Eomma telah membantumu untuk bisa cepat debut bukan?" hibur Jiah.

"Eomma, Aku bahagia, bahagia sekali karena menjadi idol adalah mimpiku selain menjadi Aktris teater, namun Aku..."

Jiah menutup bibir dengan satu telunjuk Ia dekatkan ke bibir Freya. "Tidak ada namun, tapi... tidak ada Freyaya... Kau harus bersyukur dan berterimakasih dengan Yuri Eomma... Dia yang telah mebantumu meraih mimpi dan cita- citamu."

Freya pun mengangguk. Dalam benaknya Ia sangat ingin menceritakan kejadian di rumahnya dimana Yuri dan Hansol, Ayah Freya sering bertengkar dan sudah hampir akan pisah. Namun Ia pun mengurungkan niatnya karena takut Ibunya akan kepikiran.

**