Pernikahan di dalam istana itu sangat megah, kedua belah pihak saling mengucap janji suci, tapi entahlah ada yang berbeda, terasa sekali aura tak bersahabat. Janji setia diucapkan dengan lantunan nada syahdu, tapi tidak dengan cinta, kata itu seakan enggan keluar dari sang mempelai pria.
"Maaf, aku bukanlah pria itu" sepasang mata menatap tajam wanita yang ada dihadapannya.
"Tapi, bukankah kita telah menikah?apa yang membuatmu menikahiku?"wanita tersebut merasakan pedih menusuknya bagai sembilu.
"keadaanlah yang memaksaku melakukannya"pria itu menatap ke arah lain.
"Bagindalah yang memintaku menikahimu, agar aku dapat melindungimu dengan leluasa, tapi aku tetaplah pengawal pribadimu, tidak lebih" pria itu kembali menyahut.
Wanita yang berada dihadapannya mundur perlahan, tak menyangka jika cintanya akan bertepuk sebelah tangan, bahkan dengan pria yang baru saja menjadi suaminya, pengawal pribadinya.
***
"Hati-hati…jaga calon ratu kita!" terdengar teriakan dari arah barat.
Sang calon ratu tersudut ke tepi pagar nan tinggi, sulit baginya untuk melompat, ia melihat ke kiri dan kanan mencari suaminya, keksih hatinya. Tak dinyana pemandangan di depannya sungguh membuat dirinya syok luar biasa, tanpa aba-aba ia berlari sekuat tenaga dan melindungi pria yang ada di depannya, panah menembus dada kirinya, pria yng dilindunginya terkejut, terkejut bukanlah kata yang pas untuk saat-saat seperti ini, ia terpaku melihat wanita didepannya bersimbah darah.
"Lindungi kami" ujar pria itu sembari mengangkat wanita yang ada dalam pelukannya.
Pria tersebut, menaiki kuda dan memeluk erat wanita yang ada di dalam dekapannya.
"Bertahanlah untukku..kumohon"bisiknya.
"Tabib!!!…tabib…!!!"pria tersebut kembali berseru.
"Ya…Ya Tuhan…tolong baringkan di sebelah sini" tabib tersebut tampak syok.
Pengawal pribadi tersebut bolak balik di depan ruangan yang tengah tertutup rapat, ingin sekali ia mendobraknya.
"Sial…sial..sial…"ia kembali memaki pelan.
"Bagaimana" pengawal tersebut menatap tabib didepannya.
Tabib tersebut menggeleng lemah, tampa disadari tetes air mata keluar dari mata pengawal yang terkenal berhati dingin tersebut.
"temuilah yang mulia kita,istrimu" ujar tabib tersebut.
"ke..ma..ri..lah" wanita tersebut memanggil.
"kenapa k..kau men..men..nangis" wanita tersebut mengusap air mata yang jatuh di pipi pria yang ada di depannya.
"cepatlah sembuh" ujar pria itu sembari menggeleng lemah.
Wanita tersebut menggeleng lemah, ia tersenyum lembut.
"Ber..janjilah…dikehidupn selanjutnya…kita akan berjumpa lagi, dan ci…cin..tai aku" ujar wanita itu lemah.
"Jangan berkata seperti itu, bertahanlah sayang, aku…aku memang mencintaimu"ujar pria itu.
"ber..janjilh ku…mohon temukan ak..ku"sang calon ratu menutup matanya, senyum bahagia tersungging dibibirnya yang memucat.
"Tidaakkk….jangan tingalkan aku…kumohon…" pria tersebut berteriak.