Danial melompat kearah batu besar, menciprat sedikit air sungai kepada sahabatnya, mungkin keduanya terlihat sangat muda, pada aslinya mereka vampire dengan umur 600 tahun.
Jack melempar pisau belatinya tanpa menoleh, Danial menghindar dengan cepat tepat didepannya, beruntung belati itu tertancap di sebuah pohon besar.
"Wuoo, kau menjadikan ku percobaan?"
Jack beranjak mencabut belatinya, ia mengangkat bahu, "reflek, seperti ingin membunuh serangga."
Danial melesat cepat ke hadapan Jack dan menghunuskan pedangnya tepat di dada," seperti ini?" Ia menatap Jack yang melemas, lalu menyarungi pedangnya.
"Ada kabar dari, Mariana?"
Jack menggeleng, "ia sibuk di dunia manusia, dia mengirim surat," langkahnya terhenti dan berfikir sejenak," tapi, ada yang aneh dengan surat terakhirnya."
Danial menoleh.
"Dia menulis, sesuatu yang membahayakan manusia telah terjadi, berhati-hatilah."
"Hanya itu?"
"Ya, ku pikir itu hanya lelucon jeleknya," jawabnya seraya berjalan mendahului Danial.
"Tidak, jack, mari temui, Mariana dan lainnya."
Hiruk pikuk kota serta kelap-kelip lampu membuat Jack mengunakan kacamata hitam, beberapa orang melihatnya dengan tertawa dan adapula yang mengejek, ia sangat ingin menghajar manusia dengan candaan yang memuakkan, tapi Danial menyegel kekuatannya.
Keduanya masuk ke dalam bar berbaur dengan manusia, ia duduk di depan meja bar, kehidupan manusia betul-betul sangat berisik.
"Wah, kenapa mereka bisa hidup dengan cahaya seterang ini bahkan warna-warni?"
"Karena mereka manusia."
Seorang barthender menghampirinya, "selamat datang, Lord," ucapnya dengan memberi hormat meletakan tangan kanan di dada, "dan kau, lepaskan kacamata mu," ia menarik kacamata Jack.
Jack mengerjapkan matanya.
"Ada kabar buruk?" Tanya Danial.
"Apa, Joseph, tidak membicarakan sesuatu saat kembali?"
"Ya,"
Danial tidak melanjutkan perkataannya, ia menoleh ke arah tangga, aroma serta aura membunuh yang sangat pekat, "zero," lirihnya.
Danial dan Jack mengikutinya dengan cepat, ia membuka setiap kamar tapi, auranya menjadi samar seketika.
"Danial, look!" Ia menunjuk ke arah jendela.
Sekelompok zero berjalan keluar dari gedung bar sebelah, tidak ada waktu, pikirnya, ia melakukan teleportasi.
"Hey, brengsek," teriak Jack, ia mengumpat dan berlari menuruni tangga.
Mariana menerima kode dari Jack, ia mengangguk.
"Hello, Guys," ia meminta perhatian dari orang-orang di dalam bar, saat semua menoleh kearahnya ia menjentikkan jari, semua orang melupakan siapa yang di lihatnya hari ini, juga siapa yang mereka tertawakan dengan kaca mata hitam.
"Okey, selamat menikmati," ucapnya, ia kembali menyiapkan minuman.
Danial menghunus pedangnya, beberapa dari mereka telah menjadi abu dan bercampur dengan aspal.
"Hey, sebelum itu lepaskan segelnya," kata Jack dengan terengah-engah sebab berlari.
"Sorry!" Ucapnya, ia mengarahkan tanganya kearah Jack.
Danial menangkap seorang Zero, ia membuatnya berlutut.
"Jadi, dimana markas kalian?" Tanya Jack yang berjongkok didepannya.
Mata merah serta bibir menghitam, adalah ciri-ciri Zero buatan, ia hanya menggeram tanpa berkata apapun.
"Apa ini semacam pasukan?" Tanya Jack.
"Mereka memperbanyak kelompok, sepertinya ini hanya sebuah umpan kecil," jelas Danial, ia mencengkram kepala zero dengan sangat keras hingga terbakar.
"Excusme, aku mendengar keributan di sini, apa kalian berkelahi?" Tanya seseorang yang terdengar seperti seorang wanita, ia menyorot senter kearah keduanya membuat Danial dan Jack menutup mata dengan tangannya.
Samar-samar terdengar langkahnya menuju kearah mereka.
"Sherif," panggil seseorang.
Danial melesat cepat saat wanita itu menoleh, ia memukul tengkuknya, alhasil ia jatuh pingsan.
"Ck, ck, kau bahkan tidak bisa membedakan mana lawanmu," ledek Jack, ia berjongkok di depan tubuh wanita yang tersungkur.
"Joseph, apa ini rekanmu?"
"Ya, bisakah kau membawanya ke mobil patroli?" Katanya meminta pada Jack.
"Baiklah, aku tidak bisa menolak."
Joseph menepuk pundak Danial, "mari bertemu dengan yang lainnya."
Keduanya melakukan teleportasi.
* * *
Gedung kontruksi di pojok kota, terlihat sangat gelap beberapa lift yang masih dapat di gunakan terkadang terlihat ada yang mengunakan, padahal sudah bertahun-tahun gedung itu kosong, tidak ada satupun perkerja yang tahu kenapa gedung kontruksi itu di hentikan begitu saja.
Lalu, siapapun yang melintas akan merasa merinding sebab banyak terjadi hal yang di luar pikir manusia, seperti hawa dingin seperti musim salju, sekelompok orang yang berlari secepat super hero bahkan lebih cepat.
Itu semua sebab beberapa vampir yang berkumpul di gedung kontruksi tersebut.
"Kalian senang membuat manusia takut?" Tanya Danial seraya ikut bergabung dengan mereka.
Semuanya memberi hormat dengan meletakan tangan di dada.
"Apa sudah waktunya kita menyerang, Zero?" tanya Ludrick yang duduk pada sebuat tank, ia terlihat mengenakan sepatu sneakers limited edition, berpadu jaket kulit hitam, rambutnya sangat tertata.
"Wah, hidup mu sungguh beruntung, sang super star," ledek Mariana.
Ia membusungkan dada.
Joseph mencoba mengalihkan mereka dengan mulai memberikan gambar beberapa kasus yang ia tangani, pembunuhan dengan titik tempat berbeda tapi, semua tipe pembunuhan sama, terdapat cakaran serta gigitan di bagian pembuluh darah.
"Tapi, apa, Immanuel, masih tidur di petinya?" tanya Jack dengan menatap Danial.
Danial mengangguk, "mungkin belum waktunya kita membangunkannya."
"Wah, kisah cinta yang sangat dalam," Ludrick mengusap air matanya.
"Sampai kapan dia akan berduka untuk warewolf itu?" Perkataan Joseph membuat semuanya mata tertuju padanya, ia mengangkat bahu, "menurutku itu hal yang sangat tidak berguna."
Ludrick mencekik Joseph, "bagaimana bisa itu tidak berguna?" tanyanya dengan intonasi menekan.
"Ludrick, stop," Mariana berusaha menariknya, tapi ia terlempar sebab Ludrick mendorongnya.
Danial berbalik menyerang Ludrick.
Ludrick melepaskan cekikannya, ia tertawa keras, "Lord Royal vampir, kau masih percaya dengan kakek ini?"
"Semua berduka dengan insiden itu, tapi bisakah kalian memendam itu sebentar? Apa arti dari kelompok yang kita buat? Haruskah berakhir dengan saling menyerang? Lalu, Zero, mengambil alih dunia? Mari temukan markas mereka, cukup saling mencurigai," Danial menahan amarahnya dengan mengepalkan tangannya dan memejamkan mata, ia tidak mau semua tahu rahasia tentang matanya hingga ia menghela nafas dan menatap semuanya.
"Oh, ya, Riana, sampaikan salamku untuk Tuan Jaksa dan pengacara," ucapnya lalu melakukan teleportasi.
Begitu juga dengan yang lain, terkecuali Josep yang hanya terduduk memegang lehernya, ia terkikik jika ada yang mendengarnya akan begidik ngeri, "hah, aku hampir kelepasan tadi," matanya menyiratkan kebencian serta ingin membunuh yang kuat.
Suara langkah kaki membuatnya menatap kaki itu, "kau datang? Apa kau menonton dari jauh? Bukankah mereka tampak kurang ajar?"
"Mari, buat, sesuatu yang lebih menarik," ucapnya dengan suara serak.
Joseph tertawa.