Chapter 2 - Terjatuh

Tatapan dingin Su Lenghan sedikit menegang. Sambil mengerutkan kening, dia berkata, "Bixue, kau bukan tipe orang seperti ini."

Ketika Bixue memandang pria yang jauh secara emosional itu - memperhatikan ketidaksabaran dalam suaranya - tanpa disadari ia mengencangkan cengkeramannya pada gelas anggur di tangannya. Kepahitan meresap ketika Yun Bixue menyadari bahwa dirinya telah salah menilai Su Lenghan selama ini.

"Su Lenghan, bahkan setelah menghabiskan tiga tahun bersama, kau masih tidak mengerti aku. Keluarga Yun dalam kekacauan, dan untuk menyelamatkan kakekku, aku bersedia untuk melakukan apa pun. Terlebih lagi, bukan kah kehancuran keluarga Yun menjadi alasan kau dengan Meng Xinyan bersama sekarang?"

Akan menjadi suatu kebohongan untuk mengatakan Yun Bixue tidak peduli. Lagi pula, setelah menghabiskan tiga tahun bersama, bahkan jika tidak ada chemistry di antara mereka, mereka telah terbiasa dengan kehadiran satu sama lain. Sebaliknya, sekarang Yun Bixue diabaikan. Tidak ada yang tahu bahwa harga dirinya terkikis sedikit demi sedikit.

Su Lenghan menggoyangkan gelas anggur, menatap anggur merah di dalamnya. Sorotan berdarah dingin terpancar dari wajahnya yang rupawan. "Bixue, aku tahu kau mengerti bahwa aku tidak mencintaimu. Aku harap kau tidak terus menggangguku."

Mengganggu - setelah mendengar kata itu, Yun Bixue merasakan sesuatu yang menyesakkan di hatinya. Senyum yang melekat di wajahnya menjadi kaku dan tak bisa ia dipertahankan lagi.

Meng Xinyan yang melihat bahwa Su Lenghan tampak seperti ingin menyesap anggurnya lagi, melangkah maju. "Lenghan, kau tidak boleh minum. Ayah ingin kita memiliki seorang anak tahun ini." Meng Xinyan menggerutu dengan main-main.

Saat Su Lenghan melihat ke arah Meng Xinyan, tatapannya menjadi hangat. "Baiklah, aku tidak akan minum. Aku minta maaf, nona Yun, aku khawatir aku tidak bisa membalas ucapan selamatmu."

Yun Bixue menemukan kebersamaan mereka menyakitkan untuk dilihat. Apa yang masih diharapkannya? Bahkan Su Lenghan tidak bersedia meminjamkan uangnya dan tidak ada seorang pun di sini yang ingin menjadikan diri mereka musuh keluarga An dari kota Tian Jing.

Di hadapan berbagai tatapan yang dipenuhi dengan prasangka, belas kasih, atau empati, Yun Bixue mempertahankan senyumnya yang menawan. Dia mengangkat gelas anggurnya dan bersulang ke arah kerumunan, kemudian menenggak anggur merahnya hingga habis.

Pada saat yang sama, suara hantaman dan teriakan pecah di pintu masuk.

Dengan dua pengawal yang membuka jalan, seorang pria dengan keindahan yang tak ada bandingannya masuk ke dalam aula.

Mengenakan jas putih buatan tangan yang dirancang dengan rapi, seolah-olah dia datang dari dunia lain. Sosoknya yang tinggi tegap dan penuh dengan keanggunan yang luar biasa. Rambut pendeknya yang hitam pekat memantulkan cahaya dari lampu gantung. Matanya yang indah bersinar seperti kaca. Kulitnya seputih salju dengan wajah yang begitu sempurna. Perangainya lembut dan menjemukan.

Saat dia melangkah masuk ke aula, perhatian semua orang secara spontan tertarik ke arahnya. Beberapa bahkan tersentak, pria yang sangat tampan itu memiliki keindahan yang amat memesona.

Yun Bixue juga merasa kaget. Dia tidak tahu bahwa pria yang memesona seperti itu ada di dunia ini. Ketampanannya berada di luar jangkauannya.

Kejadian itu hanya berlangsung sedetik sebelum Yun Bixue menundukkan kepalanya. Semakin tampan pria itu, semakin berbahaya lah dia. Ini sudah terbukti pada kasus An Yexuan dan juga pada Su Lenghan saat ini.

Sementara Yun Bixue sedang berpikir, dia tiba-tiba didorong dari belakang. Dia terhuyung-huyung dan hak tingginya menginjak pinggiran gaunnya. Kehilangan keseimbangan, dia jatuh tertelungkup ke lantai.

"Gedebuk… Prang…" Yun Bixue jatuh dan gelas anggurnya pecah, membuat suara tajam yang memecah kesunyian di aula. Perhatian kerumunan teralihkan segera ke arah Yun Bixue.

Semua itu terjadi dalam sekian detik. Seluruh tubuh Yun Bixue menggigil dalam kesakitan. Wajahnya menjadi sangat pucat dan darah telah mengotori tangannya. Tapi dia berjuang dengan semua yang ia miliki untuk berdiri, dia tidak ingin orang lain memperlakukannya sebagai sebuah lelucon.