Chereads / Dokter Hantu yang Mempesona / Chapter 28 - Senyuman Sinis

Chapter 28 - Senyuman Sinis

"Apakah serigala-serigala itu masih ada? Mereka tetap mengikuti kita?" Tiba-tiba pria itu terkejut. Mereka sudah berjalan cukup jauh, tapi dia masih belum sadar kalau ada sekelompok serigala yang mengikuti dia dan si bocah kecil, bahkan jumlah serigala itu lebih dari sepuluh ekor.

Pria itu tidak berani membayangkan. Kalau para serigala melompat ke arah mereka tanpa mereka sadari, akan seperti apa jadinya...

"Tidak masalah! Kawanan serigala itu tidak akan berani melompat ke arah kita. Mereka cuma menunggu kesempatan." Feng Jiu melirik serigala-serigala itu sekilas, lalu dia berbalik dan terus berjalan.

Feng Jiu tahu setelah dia membunuh beberapa serigala itu dengan brutal, kejadian itu akan mencegah kawanan serigala yang lain, dan mereka tidak akan menyerang dia dan pria itu sembarangan. Serigala-serigala itu sangat paham, kalau mereka melakukan satu kesalahan saja, maka maut akan mendatangi mereka!

Tapi, para serigala tidak mau pergi begitu saja, mereka mengikuti Feng Jiu dan pria itu dengan jarak yang cukup jauh, sambil menunggu kesempatan.

"Apa kita akan membiarkan mereka mengikuti kita seperti ini?" Pria itu bertanya , dia melihat si pengemis kecil itu tidak terlalu khawatir, dan pria itu merasa sedikit aneh.

[Pengemis kecil itu jelas-jelas berusia lebih muda dari si pria, kenapa dia bisa punya keberanian dan kekuatan sehebat itu?]

Feng Jiu menghentikan langkahnya, dan dia melihat ke arah pria itu. "Kamu ingin mengusir serigala-serigala itu?"

"Hah?! ...Kurasa tidak perlu. Biarkan saja mereka mengikuti kita!" Pria itu tersenyum malu, dan dia menggaruk kepalanya, merasa tak berdaya.

Karena itu, jika ada orang lain di dekat sana, mereka akan melihat adegan aneh tersebut.

Dua orang berjalan ke depan dengan santai, dan sepuluh meter di belakang mereka, sekelompok serigala yang lapar meneteskan air liur di mulutnya...

"Anak kecil, menurutmu apa yang tertulis di lencana giok ini adalah namaku?" Pria itu memberikan giok pada Feng Jiu sambil berkata: "Giok itu menggantung di leherku."

Feng Jiu mengambil giok tersebut dan melihatnya. Memang benar, ada tiga kata yang tertulis di sana. Feng Jiu pun membaca kata itu: "Guan Xi Lin?"

Suara Feng Jiu terhenti sesaat, dia melihat ke arah pria itu sebelum bertanya: "Namamu Guan Xi Lin?"

"Sepertinya begitu."

Feng Jiu mengembalikan liontin giok itu kepada si pria, dan dia berkata sambil tertawa: "Ku pikir panggilanmu pasti si bodoh!"

"....."

Guan Xi Lin melihat pengemis kecil itu tanpa berkata-kata. Tapi, dia dengan bijak memilih untuk tidak mengatakan apapun.

Mereka berdua berjalan agak jauh, dan sekelompok serigala masih mengikuti mereka, tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi.

Sampai akhirnya hidung Guan Xi Lin mengendus, dan dia tersenyum pada Feng Jiu sambil berkata: "Bocah kecil, ada orang di depan! Ayo cepat susulmereka! Kalau orang-orang itu membiarkan kita mengikuti mereka, kelompok serigala yang ada di belakang kita tidak akan berani menyerang kita lagi!"

"Orang? Bagaimana kamu tahu?" Feng Jiu mengintai ke depan, selain pepohonan dan rumput liar, dia tidak melihat ada tanda-tanda orang lain di sana.

Pria itu mengangguk terus menerus: "Jelas ada! Aku bisa mencium aroma daging yang dipanggang."

"Aroma daging yang dipanggang? Kenapa aku tidak menciumnya?" Feng Jiu bergumam sambil terus berjalan lebih jauh. Sesaat kemudian, dia benar-benar bisa mencium aroma daging yang dipanggang, dan dia samar-samar mendengar suara orang berbicara. Dia langsung memberi pandangan pada Guan Xi Lin di sampingnya.

[Apa dia punya hidung anjing?]

"Hehe, lihat kan? Aku sudah bilang kalau ada orang di sini!" Ucap pria itu sambil tertawa. "Ayo pergi! Ketika kita sampai di sana dan mereka mengizinkan kita ikut, kita tidak perlu takut kalau bertemu binatang buas lagi."

"Kamu pikir orang lain akan membiarkan kita memasuki kelompoknya semudah itu?" Feng Jiu menatap tajam pria itu, lalu dia lanjut berkata. "Hanya aku yang terlalu bebas membiarkanmu ikut denganku."

Melihat pria itu berdiri di sana dengan linglung, Feng Jiu meliriknya dengan tajam lalu berkata: "Tempat ini namanya Hutan Sembilan Jebakan, dan hutan ini dipenuhi banyak binatang buas. Di tempat yang penuh dengan bahaya seperti ini, menurutmu apa yang orang lain pikirkan saat mereka melihat dua orang asing tiba-tiba mendatangi mereka?"

"Apa... Apa yang mereka pikirkan?" Tanya pria itu penasaran, dia tidak memahami kondisi.

"Bodoh! Mereka akan berpikir, apa motivasi tersembunyi kita mendekati mereka?!"

"Jadi... Apa yang akan kita lakukan?"

Tatapan mata Feng Jiu berubah, dan bibirnya tersenyum dengan sinis. "Tak apa. Aku punya rencana. Lihat saja!"