Chereads / Sang Mekanik Legendaris / Chapter 16 - Malapetaka

Chapter 16 - Malapetaka

Han Xiao bangun keesokan paginya dan pulih sepenuhnya.

"Saudara Han, kau sudah bangun," sapa Hu Xuanjun, yang sedang melakukan latihan pagi di luar tenda.

Meskipun Han Xiao agak enggan mengucapkan selamat tinggal kepada pasangan yang baik hati ini, dia tahu bahwa dia harus pergi.

"Terima kasih atas keramahanmu. Aku berutang budi padamu. Sayangnya, aku harus pergi sekarang. Jika ada kesempatan, aku akan membalasmu."

"Aku sudah membuat beberapa pancake; kamu bisa memakannya di jalan," kata An sambil menyerahkan bingkisan kecil ke Han Xiao.

Kehangatan dari pancake mengalir ke tangan Han Xiao, beresonansi dengan hatinya.

"Aku tidur nyenyak semalam. Terima kasih atas segalanya."

"Ha ha. Tidak perlu. Hanya membantu saudara yang membutuhkan," jawab Hu Xuanjun dengan tulus.

Han Xiao mengemasi barang-barangnya. Ketika dia pergi untuk mengambil ransel dan bungkusannya, dia tiba-tiba menyadari kalau dedaunan yang dia tempatkan di atas bungkusannya tadi malam menghilang.

"Seseorang menyentuh barang-barangku."

"Tidak mungkin!" Hu Xuanjun kaget dan khawatir. "An dan aku tidak—tunggu! Hu Fei! Kemari kau sekarang!"

Hu Fei, yang menguping dari belakang tenda, berjalan keluar dengan gemetar.

"Kau lagi?"

Hu Fei tidak berani melihat Han Xiao dan mengalihkan matanya ke tanah.

Hu Xuanjun menendang keponakannya di pantat.

"Apa kau mencuri lagi? Kembalikan sekarang!"

Hu Fei menggigit bibirnya dan dengan enggan menyerahkan pistol 73-WASP ke Han Xiao.

"Saudara Han, hukum dia sepantasnya! Anak ini pantas dipukuli."

"Tak apa. Tak masalah selama aku mendapatkan pistolku kembali. Senjataku hanya akan membawa malapetaka untukmu," Han Xiao menghela napas lega.

Hu Fei tidak setuju. Dia merasa kalau Han Xiao pelit, padahal punya banyak senjata.

"Semoga kita ditakdirkan untuk bertemu lagi. Selamat tinggal," ucap Han Xiao.

"Hati-hati," Hu Xuanjun mengangguk.

Han Xiao mengambil ranselnya dan pergi.

'Aku tidak akan pernah melupakan kebaikan ini,' pikirnya dalam hati.

"Bajingan sialan itu akhirnya pergi," Hu Fei bergembira. "Hehe, dia tidak sadar kalau aku mencuri dua senjata."

Dia menyelinap ke bagian belakang tenda tempat dia menyembunyikan pistol satunya dalam sebuah kotak.

"Bahkan jika iblis itu kembali, aku hanya perlu menyangkal."

"Tapi … kenapa pistol ini tidak punya pelatuk?"

Peta yang diperoleh Han Xiao digambar dengan kasar. Namun, Han Xiao dapat mengetahui posisinya saat ini dan itu sudah cukup.

Dia saat ini berada di wilayah Stardragon, dan menurut perkiraannya, hanya perlu tiga hari lagi untuk mencapai jalan utama. Di sana, dia bisa mencari tumpangan ke kota.

Pada siang hari, Han Xiao menemukan tempat untuk makan dan mengisi kembali staminanya.

Ketika dia membongkar senjatanya yang terbungkus dan siap mengembalikannya ke ranselnya, mendadak merasa ada yang tidak beres.

"Sepertinya ada senjata yang hilang …."

Han Xiao menghitung lagi untuk memastikan kecurigaannya. Dia segera menghilangkan pemikiran soal makan siang dan buru-buru berkemas untuk kembali ke perkemahan.

Jika senjatanya tertinggal di sana, itu akan mengerikan!

No. 1 dan anak buahnya tiba di perkemahan tepat setelah Han Xiao pergi. Mereka mengumpulkan para pengelana dan menahan mereka di bawah todongan senjata.

"Apa kalian melihat orang ini?"

No. 1 memproyeksikan gambar virtual di udara menggunakan perangkat di pergelangan tangannya.

Yang tidak lain adalah foto Han Xiao.

"Tidak."

"Belum pernah melihatnya."

Semua orang menyangkal.

Mereka tahu bahwa Organisasi Germinal tidak akan berani melakukan apa pun pada mereka.

Pengelana adalah fraksi netral, Enam Negara dan Organisasi Germinal keduanya sama-sama selalu berusaha untuk mendapatkan dukungan mereka.

Hanya satu pengelana yang gemetaran tak terkendali untuk beberapa alasan.

No. 1 marah dan frustrasi, dia mengejar Han Xiao selama 7 hari sebelum tiba di perkemahan ini. Jika orang-orang di sini tidak pernah melihat Han Xiao, itu berarti dia telah pergi ke arah yang salah.

"Mundur!" perintah No. 1. Namun, saat dia hendak naik ke mobil, dia melihat si Hu Fei yang gemetaran.

"Bawa anak itu ke sini!"

Hu Fei diseret ke hadapan No. 1.

No. 1 menyipitkan mata dan bertanya, "Apa kau kenal orang ini?"

"Tidak, aku tidak." Hu Fei menggelengkan kepalanya berulang kali.

No. 1 melihat tonjolan yang aneh di pinggang Hu Fei dan memerintahkan, "Periksa tubuhnya!"

Hu Fei ditekan ke tanah dan menyaksikan dengan ngeri saat 73-WASP diambil darinya.

"Ini salah satu senjata kami!" seru No. 1 tiba-tiba dingin, dan mengangkat pistol ke arah kerumunan sambil berteriak, "Zero sudah jelas datang ke sini. Beraninya kalian semua berbohong! Kalian cari mati?!"

"Katakan! Ke mana dia pergi!"

Para pengelana yang ketakutan mulai mengalihkan pandangan mereka ke orang yang pertama berbicara dengan Han Xiao, Kai Luo.

Kai Luo menyusut di sudut seperti burung unta.

"Untuk apa kalian melihatku? Yang aku lakukan hanyalah menjual beberapa barang padanya. Tanya saja Hu Xuanjun! Dia pasti tahu!"

Hu Xuanjun berdiri perlahan di tengah orang-orang.

"Aku tidak tahu," katanya.

Kai Luo, yang ingin menghilangkan kecurigaan pada dirinya sendiri segera membalas, "Bagaimana mungkin kau tidak tahu? Kau membiarkannya menginap di rumahmu!"

Wajah No. 1 menggelap.

Para pengelana lain yang ketakutan mulai mendesak Hu Xuanjun untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Cepat dan katakan apa yang kau tahu!"

"Apa kau ingin membunuh kami demi orang luar?"

Hu Xuanjun mengutuk Kai Luo sebelum mengambil napas panjang dan menenangkan diri.

"Orang itu pergi ke sana," katanya, menunjuk ke arah yang berlawanan dari arah Han Xiao pergi.

"Hebat sekali kau."

Dor!

Sebuah lubang muncul di dahi Hu Xuanjun. Dia jatuh, mendarat di tanah dengan suara keras.

Hu Fei memekik saat melihat dan menatap tubuh Hu Xuanjun yang sudah tak bernyawa.

Be … begitu saja?!

No. 1 menatap mayat Hu Xuanjun. Dia tidak akan ragu untuk membunuh siapa pun yang membantu Han Xiao.

"Hu Tua?" An tidak bisa melihat, tetapi dia bisa mendengar dan dengan tepat tahu apa yang terjadi. Dia berdiri dari kerumunan, meraba-raba dan berusaha berjalan, menemukan suaminya.

Dor!

Kepala An diledakan.

Tubuh An ambruk ke tanah, mendarat hanya satu lengan jauhnya dari suaminya.

No. 1 mencibir.

"Siapa suruh."

Hu Fei tercabik penyesalan.

Keserakahannya telah menyebabkan semua ini.

Semua pengelana membatu, tidak mampu memahami apa yang baru saja terjadi.

Tiba-tiba, pemancar genggam No. 1 menyala, memproyeksikan hologram sang bos.

"Apa yang kau lakukan? Siapa yang memberimu izin untuk membunuh?"

No. 1 langsung menyusut ketakutan. Dia buru-buru menjelaskan, "Para pengelana ini berbohong, jadi saya hanya mencoba untuk memberi mereka pelajaran. Kami akan berangkat sekarang."

"Lupakan. Karena kau sudah memulainya, akhiri dengan benar. Jangan sampai berita ini menyebar."

No. 1 mengangguk dan memberi isyarat.

Senja tiba.

Han Xiao akhirnya mencapai perkemahan. Tiba-tiba, bau darah yang menyengat memenuhi hidungnya, menyebabkan hatinya tenggelam.

"Aku terlambat."

Han Xiao memasuki perkemahan dan melihat pemandangan yang mengerikan. Ini menjadi sebuah tempat pembantaian. Ada darah di mana-mana.

Dia melihat Hu Xuanjun dan tubuh tak bernyawanya An, membuat dia gemetar karena marah.

Tiba-tiba, sesosok tubuh mulai bangkit dari tumpukan mayat di tanah. Yang tidak lain adalah si pedagang berjanggut yang berusaha menipu Han Xiao.

Kai Luo pingsan pada awal pembantaian, dan itu menyelamatkan hidupnya. Namun, sebelum dia bisa bersukacita, dia menyadari kalau ada seseorang yang menatapnya. Ketika dia melihat bahwa itu adalah Han Xiao, dia mulai gemetar ketakutan.

Han Xiao berjalan mendekatinya dan meraih kerahnya.

"Katakan apa yang terjadi di sini!"

"Organisasi Germinal! Organisasi Germinal! Mereka membunuh kami karena kami tidak mau memberi tahu mereka ke mana kau pergi! Ah! Mereka membantai kami! Kau harus membalaskan dendam kami, demi Hu Xuanjun!"

  1. Lǎo - panggilan yang biasa digunakan pada orang yang lebih tua