Tempat loak Kero adalah wilayah Raccoon. Han Xiao berencana untuk membunuh dua burung dengan satu
Ketika Lu Qian berbalik, Han Xiao menyampaikan permintaannya, "Aku ingin mengambil cuti."
"Oke," jawab Lu Qian, berkedip. "Apa ada masalah?"
"Tidak, kenapa?" Han Xiao berhenti sejenak.
Han Xiao selalu terlihat malas dan bosan, dan Lu Qian, sebagai seorang wanita yang cermat, menyadari perubahan mendadak pada temperamen Han Xiao. Jika dia harus menggambarkan perasaan yang diberikan Han Xiao padanya sekarang, entah mengapa, berbahaya adalah kata yang muncul di benaknya.
"Kalau kau ada masalah, aku pasti akan membantumu," kata Lu Qian dengan nada serius
Tidak tahu harus berkata apa, Han Xiao menatap Lu Qian untuk waktu yang lama, yang membuat wanita itu bergeser dengan tidak nyaman. Dia memalingkan wajahnya dan memutar-mutar rambutnya, lalu berkata dengan canda, "Tidak sopan terus menatap orang seperti itu."
Han Xiao berpaling dan membalas, "Aku tidak akan pulang untuk makan malam."
"Aku sebenarnya berpikir untuk membiarkanmu mencoba resep terbaruku, iga panggang nanas merica yang direbus dengan
Han Xiao bergidik. 'Makanan hitam macam apa itu?'
Han Xiao kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap. Setelah beberapa saat, dia pergi dengan membawa ransel dan troli.
…
"Bos, apa bocah itu targetnya?"
Seorang pria berkacamata hitam diam-diam membuntuti Han Xiao. Setiap kali Han Xiao berbalik, dia langsung menghilang dengan memanfaatkan lingkungan sekitarnya, baik itu bilik telepon umum atau kios majalah dan koran. Dia jelas seorang profesional. Dia menggunakan mini headset di telinganya untuk berkomunikasi dengan rekan-rekannya yang bersembunyi di sebuah mobil van tua yang berjarak dua jalan jauhnya. Ada total lima pria bertopeng di dalam van. Mereka tidak lain adalah pemburu Han Xiao.
Mereka adalah Skuat Bee
Bagi mereka, misi ini lebih penting daripada misi-misi yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Di samping hadiah buronan, mereka berharap untuk mendapatkan bantuan serta dukungan dari Organisasi Germinal.
"Bocah ini bernilai satu juta? Dia terlihat sangat biasa! Ini akan jadi sangat mudah," kata si No. 2 di skuat, penuh percaya diri.
"Jangan lupa kalau kita jauh di dalam wilayah Stardragon. Kita harus bertindak cepat, mundur setelah membunuh target," ingat sang kapten, Kelly, sambil memeriksa senjatanya.
…
"Target bergerak."
Jeep hitam tanpa pelat mengikuti Han Xiao dari jauh. Di dalam Jeep ada tim agen lapangan Divisi 13, yang dipimpin oleh kapten operasi mereka, Li Hui. Selain dia ada 8 agen lapangan lain yang berperlengkapan lengkap dan Feng Jun, yang bertindak sebagai konsultan. Mereka dipersenjatai dengan bom anestesi.
Seperti dugaan Han Xiao, kelompok yang mengejarnya memang dimanfaatkan Divisi 13 untuk menjadi tes terakhirnya. Kelompok agen ini, faktanya, bertugas untuk memerankan pahlawan.
Feng Jun membuka umpan video Han Xiao.
"Target tampak pergi menuju Tempat loak Kero Distrik 7. Skuat Bee Sting mengikutinya. Akan sangat ideal bila pertarungan terjadi di tempat loak."
Di mata orang awam, Raccoon adalah bos dunia hitam, tetapi penjahat kecil ini tidak sebanding dengan penjahat kelas kakap.
…
Raccoon terkejut dengan kedatangan Han Xiao, yang biasanya datang di pagi hari dan akan pulang tepat waktu setelah dua jam.
'Kenapa dia di sini?'
"Aku datang untuk mencari beberapa suku cadang," Han Xiao dengan santai berbohong. Alasannya cukup meyakinkan dan Raccoon tidak curiga sama sekali.
Raccoon kemudian mengundang Han Xiao untuk makan siang bersama, dengan asumsi Han Xiao mungkin akan menolak, tanpa diduga Han Xiao setuju, membuatnya terperangah.
Han Xiao melepas maskernya, mengungkapkan wajahnya dan untuk pertama kalinya Raccoon melihat wajah asli Han Xiao seraya merasa kalau wajah Han Xiao terasa tak asing, tetapi dia mengabaikannya.
Meskipun Han Xiao tidak diragukan lagi terkenal di dunia hitam sebagai buronan dengan hadiah besar, namun penjahat kecil seperti Raccoon, kekuasaannya terbatas di Distrik 7 dan tidak terlalu relevan dengan dunia hitam. Oleh karena itu, dia sering ketinggalan berita dan tidak peduli dengan perkembangan terbaru ataupun apa yang terjadi di dunia hitam.
Meskipun Han Xiao mengenakan masker untuk menyembunyikan identitasnya, tetapi sekarang tidak perlu lagi. Karena Divisi 13 tidak akan duduk diam, membiarkan identitasnya bocor. Mereka akan membantunya menyingkirkan Raccoon.
....
Meja penuh makanan dipersiapkan oleh bawahan Raccoon. Han Xiao dan Raccoon duduk berseberangan, saling berhadapan sambil berbincang santai.
"Bagaimana dengan sejumlah senjata yang diproduksi kemarin? Apakah sudah digunakan?"
"73-WASP senjata yang sangat bagus. Bahkan tentara Enam Negara menggunakannya. Satu buah senjata 73-WASP saja bernilai enam hingga tujuh ribu di pasar gelap. Aku untung banyak berkat kau," jawab Raccoon, saat ia mengisap cerutu. "Dan kualitas senjata buatanmu jauh lebih baik daripada senjata bekas yang kampret, yang ada di pasaran."
Walaupun kualitas sejumlah senjata produksi massal terjamin, tetapi akan selalu ada perbedaan kecil dari satu senjata ke senjata lainnya. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari komposisi material itu sendiri, namun semua itu dapat diminimalkan oleh seorang mekanik berkeahlian tinggi. Seorang ahli senjata akan dapat membedakan senjata buatan tangan dari tumpukan senjata produksi massal.
"Itu apa?" tanya Raccoon, menunjuk ke arah tas yang menggembung dan troli karena penasaran.
"Beberapa suku cadang," jawab Han Xiao. Raccoon puas dengan jawaban Han Xiao itu dan tidak bertanya lebih lanjut lagi.
Mereka terus mengobrol hingga senja menjelang, dan langit kuning keemasan berangsur-angsur berubah menjadi langit malam yang cantik. Persimpangan antara senja dan malam adalah langit oranye dan indigo yang menawan.
Salah satu preman Raccoon tiba-tiba berlari masuk ke ruangan dan berkata, "Bos, seseorang ingin bertemu."
"Kau tidak lihat aku sedang ada tamu?" jawab Raccoon yang jengkel.
Si preman membisikkan beberapa kata ke telinga Raccoon yang membuat Raccoon memandang Han Xiao dengan penuh pertimbangan. Dia bangkit berdiri dari tempat duduknya dan tersenyum pada Han Xiao.
"Permisi sebentar," katanya sebelum pergi.
Han Xiao menyipitkan matanya, berpikir.
…
Setengah jam yang lalu.
"Sepupu, aku datang ke sini agar aku bisa menikmati hidup di bawah asuhanmu. Tolong jangan tinggalkan aku!" pinta Ma Jie sambil mengejar seorang pemuda.
Dia datang ke Kapital Barat bertujuan untuk bergabung dengan geng sepupunya, tetapi sepupunya menganggap dia tidak layak dan memberinya posisi tukang bersih-bersih. Tentu saja, Ma Jie tidak akan puas dengan itu, namun apa yang bisa dia perbuat selain memohon?
"Sudah kubilang, jangan panggil aku sepupu!" bentak Huang Mao, si pemuda yang kesal.
"Maaf. Aku salah. Akan kutampar diriku," jawab Ma Jie, yang lalu benar-benar menampar dirinya sendiri.
"Lihatlah betapa menyedihkannya dirimu." Huang Mao tampak menghina. "Aku membiarkanmu menjaga pintu tepatnya karena kita kerabat! Apa kau tahu berapa banyak pengelana di luar sana menjadi gelandangan dan gembel yang makan makanan basi? Aku mau menemui orang penting sekarang; jangan ikuti aku!"
"Orang penting?" Mata Ma Jie bersinar. "Siapa?"
"Bos Distrik 7, Tuan Raccoon! Semua distrik kecuali distrik 1 mempunyai bos dunia hitam. Apa kau tahu seberapa hebat mereka?" kata Huang Mao sambil melihat wajah Ma Jie yang terpana.
…
Tanpa disadari keduanya, mereka telah sampai di pintu masuk Tempat Loak. Ma Jie berusaha mengikuti sepupunya, tetapi sepupunya itu memelototinya, membuatnya menyerah. Ketika Ma Jie hampir pergi, dia berbalik dan melihat Han Xiao yang disambut dari luar gerbang.
"Bukankah itu bocah yang diselundupkan bersamaku?"
Seorang preman menghentikan si pemuda.
"Jangan berkeliaran di sini," katanya.
"Saya juga salah satu bawahan bos," jawab Huang Mao tersenyum penuh hormat. "Saya datang untuk melapor."
Mendadak, Ma Jie menyela mereka.
"Siapa orang itu?" tanyanya, menunjuk ke Han Xiao.
"Siapa yang mengizinkanmu bicara?" hardik sepupunya yang marah, bersiap menamparnya. Namun, si preman menghentikannya.
"Orang itu adalah tamu penting bos," jawabnya.
'Tamu penting?' Ma Jie terkejut, tetapi perasaan itu segera digantikan oleh kecemburuan dan kepahitan. 'Ini tidak adil! Kenapa bocah bebal itu lebih baik dan beruntung dariku?'
Adegan percakapan mereka yang dulu terulang kembali di benaknya, membuatnya merasa malu.
"Kau kenal Teknisi Han?"
"Tidak juga, tapi kami sempat mengobrol sedikit ketika diselundupkan."
Mata preman itu menyala.
"Ikuti aku! Bos pasti akan mau bertemu denganmu!"
Ma Jie dan Huang Mao tertegun.