Xing Xing mandi dalam telaga yang di penuhi kelopak bunga mawar. Jubahnya dilepas satu persatu sampai tak tersisa.
Tubuh milik Xing Xing adalah hadiah terindah bagi siapapun yang melihatnya. Gundukannya begitu berisi dan kencang sehingga menantang siapapun yang melihatnya.
Perutnya begitu rata dan pinggilnya terbentuk dengan sempurna. Bahkan pantatnya sangat kenyal dan berisi. Memanglah sepantasnya membuat orang iri.
Bahkan Ni Yu sekalipun. Ni Yu melayani Xing Xing mandi dengan hati hati. Benak Xing Xing benar benar di penuhi masalah.
"Seperti apakah aku yang dahulu bagimu? Jawablah dengan sejujurnya."
"Paduka Ratu adalah orang yang tegas, berkarisma, dan merupakan patut saya hormati. Paduka Ratu sudah banyak menolong saya. Termasuk pula para rakyat Paduka Ratu. Saya bahagia akhir akhir ini Paduka Ratu menjadi lebih ceria dan lebih hidup. Namun, saya merasa kecewa dengan sikap Paduka Ratu menjadi sangat tergantung pada Jendral Su dan kurang tegas. Paduka ratu menjadi kurang memerhatikan rakyat akhir akhir ini." Jawab Ni Yu terus terang.
"Baiklah terima kasih."
Byurrrrrrrrrr ...
Xing Xing menyelam ke dalam air telaga. Dia ingin menenangkan pikirannya. Lima belas menit Xing Xing menyelam ke dalam air telaga. Hanya ada uap air yang mengelilingi telaga itu.
Sudah sepantasnya Ni Yu kawatir padanya.
"Paduka Ratu! Paduka Ratu! Paduka Ratu!"
"Jangan ganggu aku atau pergilah dlu! Aku ingin menenangkan pikiran!"
"Apakah aku menyinggung Paduka Ratu dengan kata kataku?"
"Tidak. Aku hanya butuh waktu berfikir."
Xing Xing bersandar ditepi kolam. Masalah Xing Xing dengan Wei Su benar benar meresahkan dan melelahkan bagi Xing Xing.
Dia benar benar merasa di hianati. Hatinya tidak dapat percaya dengan apa yang Wei Su lakukan. Dia sungguh ingin mempercayai Wei Su.
Bahkan saat berusaha menerima maaf dari Wei Su. Bahkan walau hatinya sakit dia tetap memaafkannya karena adalah kakaknya. Xing Xing tau sudah sewajarnya lelaki lajang membutuhkan seorang wanita. Hanya saja caranya yang Xing Xing tidak suka.
Hari hari Xing Xing diisi dengan berlatih pedang di bantu oleh Feng Jiang Ming. Waktunya memang lebih banyak dihabiskan dengan Feng Jiang Ming untuk menghindari Wei Su.
Sampai tiba di hari kepergian Wei Su memberantas penyerangan di selatan kerajaannya. Sudah sepantasnya sebagai Ratu menyerahkan pedang pada Jendral yang akan memimpin pasukan. Itu adalah tanda mandat yang harus di serahkan Raru pada Jendralnya
"Tolong akuuuuu .... Tolonggggggg ..."
Mendengar itu, pasukan segera siaga. Dan menangkap gadis pemilik suara itu. Tangannya di genggam kuat oleh prajurit yang mengejarnya.
Jeritan gadis itu semakin kencang memenuhi aula besar istana.
"Buka jalan! Rakyatku meminta sedang meminta tolong!"
Gadis yang ia lihat hari itu segera berlari datang berlutut di kaki Wei Su. Jubahnya sudah robek tak beraturan. Wajah dan tubuhnya penuh lebam. Rambutnyapun berantakan.
"Tolong jangan bunuh aku dan bayiku dalam kandunganku. Aku mohon! Aku akan melakukan apapun perintahmu." Kata gadis itu sambil menangis ketakutan memeluk kaki Wei Su
"Apa yang dimasuksud gadis ini Jendral Su!" Tanyaku murka