Saat Tiara berada di sekolah, aku telah memasang sebuah kamera di kamar mandinya. Aku ingin menggunakan hasil kamera itu sebagai ancaman agar hidupku menjadi lebih baik
Tetapi saat kulihat tubuh indah adik angkatku, aku pun mulai tergiur untuk menikmatinya. Mulai bentuk dada bulat dan cukup berisi, vagina indah juga merekah, kulit mulus bersih, ditambah lagi wajah yang sangat cantik serta menggoda.
Aku pun segera menyusun rencana untuk segara menikmatinnya.
🦇🦇🦇🦇🦇
Malam ini adalah malam dimana Pak Handoko dan Bu Verona menginap di Bali karena urusan bisnis. Malam ini juga adalah malam dimana aku harus bisa meniduri Tiara.
Langkahku yang pelan telah membuatku berhasil memasuki kamar Tiara dengan lancar. Tidak lupa pula aku mengunci kamar ini. Kemudian, ku tujukan kaki ku pada tubuh Tiara yang terbaring diranjang dengan pakaian tanpa lengan yang panjangnya hanya selutut.
Aku duduk di salah satu sisi ranjangnya. Ku usap paha mulusnya dengan perlahan. Astaga, paha Tiara benar-benar halus dan lembut. Ku sibak kain yang menutupi paha bagian dalamnya. Disana aku melihat sebuah lembah yang sangat indah. Lembah yang akan memberiku kenikmatan.
Ku tarik celana dalam Tiara dengan pelan. Setelahnya kulihat pemandangan yang sangat erotic, vagina Tiara. Bagian tubuh yang sangat rahasia dari adik angkatku. Dan sama sekali tidak kusangka, kalau benda itu sangat cantik serta membuatku semakin bergairah.
Ku belai lembut lipatan rahasianya dengan jari tengahku. Aku yakin, sutera pun tidak akan selembut ini. Tidak tahu bisikan dari mana, ku tundukan wajahku untuk mencium aroma kelopak gairah itu. Aromanya benar-benar membuat burungku menegang, hingga celanaku tidak bisa menahannya lagi. Meskipun begitu, aku tidak bisa berhenti untuk menghirup aroma birahi yang dikeluarkan oleh vagina Tiara. Aroma itu benar-benar memabukan, sehingga aku mengluarkan lidahku untuk menjilatnya. Sungguh, rasa kewanitaan ini tidaklah buruk.
"Emmmhh..." Geraman yang dikeluarkan Tiara membuat aktivitasku berhenti. Tetapi hal baiknya adalah, Tiara semakin membuka lebar kakinya. Tentu saja, itu semakin memperindah pemandangan yang kulihat.
Bagai orang yang kesetanan, ku jilat kasar vagina Tiara yang nikmat itu. Lalu, kuberikan gigitan kecil pada daging mungil yang disebut klitoris.
"Ahhh...ehmm...." Desahan Tiara semakin membuatku hilang kendali. Selain kujilat dan ku gigit, kelompak indah itu juga aku hisap. Dan anehnya, Tiara sudah mengeluarkan madunya meskipun dia sedang tertidur.
"Ahhh...ahh...hmm...eh...ahhh...siapa kau?" Tanpa kusadari Tiara sudah sadar, dan tangannya berhasil mendorong kepalaku menjauh dari vaginanya. "Satrio?" Kulihat wajahnya yang memucat.
"Hei adik. Kenapa takut? Bukannya kau sangat menikmatinya?" Tanyaku sambil memandang vagina basahnya yang masih terbuka lebar.
Tiara menyadari pandanganku, segara dia menutup kakinya. Ku lihat ekspresinya benar-bemar terlihat marah.
"Ayolah, kau tadi sangat menikmatinya." Tanganku berusaha mengelus paha mulusnya.
"Hentikan bajingan brengsek!" Dia menepis kasar tanganku. "Akan aku laporkan kau pada Mama dan Papa!"
"Laporkan saja!" Ucapku santai sambil mengeluarkan ponselku. "Maka aku akan menyebarkan ini." Ku tunjukan foto-foto bugilnya yang kudapat dari kamera kamar mandi Tiara sendiri. "Bagaimana?"
Wajah putih Tiara yang cantik terlihat memucat. Ekspresinya bagai mayat yang sudah kehabisan darah. Tapi tidak mengapa, aku menikmati rasa takutnya.
"Bagaimana, sayang?" Ku condongkan wajahku untuk lebih dekat dengan wajahnya. Dan dari sudut itu pula, kulihat payudara Tiara yang menggoda. "Ayolah, jangan terlalu lama berfikir." Sambil kutempelkan tanganku pada salah satu buah dadanya.
"Sialan kau!" Dia menolak tanganku. "Kau benar-benar manusia biadab!"
"Baiklah, kalau begitu ini akan aku sebarkan. Dan hidupmu akan kehilangan kehormatannya. Seluruh keluaraga ini juga pasti akan mendapatkan hinaan serta cacian. Derajatmu mungkin tidak lebih mulia dari pelacur." Ku tunjukan foto vulgarnya sekali lagi sambil jariku hendak memegang tombol 'send' "Setuju?"
"Tunggu!" Cegahnya sambil terisak. "Jangan. Jangan lakukan!"
"Kalau begitu, kau harus melayaniku. Tentunya dengan tubuh molekmu itu." Kusapukan tanganku ke pahanya. Kali ini dia hanya diam saja. "Bagaimana?"
"Ba-baik." Air matanya semakin membanjiri pipinya. Namun aku tidak akan berhenti. Tekadku sudah bulat.
"Kalau begitu, buka pakaianmu sekarang juga!" Perintahku yang dituruti olehnya.
🦇🦇🦇🦇🦇
Entah berapa lama aku sudah memandangnya. Aku benar-benar takjub akan tubuhnya. Tiara tidak hanya memiliki wajah yang cantik, tapi dia juga memiliki tubuh yang sangat indah serta sangat menggairahkan. Terlebih lagi, buah dada dan lembahnya yang sangat menawan pandanganku. Aku jadi bingung, mana yang harus aku serang lebih dulu.
Tangan Tiara mencoba menutupi vaginanya, namun segera kusingkarkan tangan yang berjari lentik itu. Sungguh, birahiku semakin bergelora.
"Jangan Kak..." Tiara memohon sambil memanggilku Kak. Jujur, ini pertama kalinya dia memanggilku kakak. "Jangan lakukan ini." Air matanya pun belum berhenti sama sekali.
"Diam kau!" Bentakku. "Turuti saja apa mau ku!" Kemudian tanpa menunggu lagi, ku hisap payudara mungil yang berhasil menaikan hormonku itu.
Aku gemas dengan kedua gunung kembar milik Tiara. Aku masih pertama kali melakukan ini. Aku pun juga bingung bagaimana cara menikmati kedua payudara yang terlihat lezat itu. Jadi, aku pun menghisap, meremas, bahkan juga memberikan gigitan. Astaga, ini benar-benar membuatku bahagia.
"Ahh..adduuh..ahh...kakk...sakkit...sakit.." Tiara berusaha menjauhkan kepalaku dari buah dadanya. "Ah SAKIT!" Teriaknya saat aku berhasil mengigit payudara sebelah kananya dengan kuat. Sampa-sampai, ada bekas gigiku di payudara itu. "Sakit kak."
Aku tidak peduli, aku ingin menghabisinya sekarang. Aku ingin segera memakan tubuh molek itu. Langsung, ku arahkan wajahku ke pahanya yang putih. Kubuka lebar kaki jenjang Tiara. Dan langsung kumakan vaginanya.
"Ahh...ahh...ahhh...kakk...ehmm...kak.." Desahnya saat kujilat dan kuhisap kuat klitorisnya. "Ahh...ahh..kakk.." Sadar atau tidak, Tiara semakin menekan kepalaku kedalam vaginanya. "Ahhh kaaakkk....ber...hennti...ahhh..aku...oohh..mau...ehmm...pi..pis." Aku tahu dia akan organsme. Segera kupercepat jilatan dan hisapanku. Bahkan aku juga mengikut sertakan jari tengahku untuk mengaduk-aduk vaginanya. "AHHHH OOOHHH KAKAAAK...." Bersamaan jeritannya, keluarlah cairan madunya. Tentu saja, ku hisap semua cairan itu.
Tiara sepertinya masih lemas. Nafasnya masih tersenggal. Jadi ini adalah saat yang tepat untuk aku melucuti semua pakaianku dan segera menuju ke menu utama.
Semua pakaianku sudah terlepas dari tubuhku. Saat melihatku telanjang, Tiara yang awalnya lelah kini terlihat takut dan berusaha untuk memberontak.
"Jangan kak... cukup kak... pergi ...pergi...pergi...hmmp..." Teriakan dan pemberontakan Tiara berhasil aku bungkam dengan ciumana kasarku. Lalu dengan cepat tubuh polosku segera menindih tubuh telanjangnya. Tanpa memperdulikan tangisannya yang semakin meraung-raung, kupaksa senjataku untuk memasuki vaginanya yang sempit.
"AAAHHHH SAKKKIIIIT!" Kulihat ada darah segar yang merembes dari kewanitaannya.
To be Continued...