Tahun 745 kerajaan manusia Airylia,
Telah lahir seorang anak pertama dari keluarga penyihir kerajaan, Magstain yang juga menjabat sebagai bangsawan kelas atas di kerajaan Airylia. Ia adalah seorang anak laki-laki tampan yang memiliki senyuman yang manis. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang berambut merah dan berambut pirang, ia memiliki rambut hitam pekat, meskipun begitu ia masih memiliki wajah ibunya dan manik mata biru terang ayahnya.
Ia adalah anak yang pemalu dan pendiam sejak lahirnya, bahkan saking pendiam dan pemalunya dirinya ia hanya sesekali menangis sejak bayi. Diumurnya yang mencapai dua tahun, ia pun menjadi seorang kakak laki-laki dari seorang adik perempuan manis berambut pirang.
Berkebalikan dengan suasana suram yang selalu ia tampilkan, adik perempuannya adalah periang yang menghangatkan hati kedua orang tuanya, bahkan juga untuk dirinya. Dengan sifat yang berkebalikan itu dan juga penampilan rambut hitamnya yang berbeda jauh dari ayah ibu serta adiknya, ia pun mulai dibeda-bedakan dan direndahkan oleh orang tuanya sendiri.
Seiring dengan kecerdasan yang ditunjukan oleh adik perempuannya, ia pun mulai diacuhkan dan tak dipedulikan. Adiknya yang periang dan cerdas itu telah menarik perhatian semua orang lebih hanya untuk adik perempuannya, dan gosip buruk tentang dirinya diantara para pelayan pun mulai menyebar.
Akan tetapi anak laki-laki itu tidak menyadarinya, ia juga merasa bahwa semua itu wajar karena adik perempuannya memang lebih baik darinya, ia selalu saja menunjukan sikap rendah diri. Meski pun ia mulai diacuhkan bukan hanya oleh orang tuanya tapi juga para pelayan, bukan berarti ia tidak punya orang yang peduli padanya.
Masih ada beberapa pelayan lama yang telah merawatnya sejak bayi dan masih menyayanginya. Mereka senantiasa menghibur dirinya dikala ia sedih.
**
Diusianya yang ke-5, akhirnya tiba waktunya baginya untuk pembabtisan sekaligus pengukuran sihir yang dimilikinya. Ia akan diklaim sebagai bangsawan keturunan keluarga penyihir jika ia memiliki tingkat sihir yang tinggi diatas standar, dan bakat sihir yang tinggi.
"Ibu... apakah sekarang adalah waktunya?." Tanya anak laki-laki itu.
"Ya, benar hari ini kita akan ke gereja untuk untuk pembabtisan, lalu ke institusi sihir kerajaan untuk mengukur energi sihir mu." Jawab ibunya spontan.
Anak laki-laki itu sedikit gemetar sambil meremas kedua tangannya dan menundukan kepalanya,
"Aku gugup." Katanya.
"Hentikan itu! berapa kali aku sudah mengatakan padamu, kau harus ubah sikapmu! kau harus percaya diri!" jawaban ibunya adalah sebuah peringatan yang terdengar seperti ia sudah bosan mengucapkannya.
"Baik, maafkan aku bu." Balas anak itu lesu.
Setelah itu mereka memasuki kereta, nyonya Liliard Magstain dan putra putrinya, mereka bertiga akan menyaksikan bersama acara pembabtisan untuk putra pertamanya, ditemani oleh beberapa pelayan dan kstaria penjaga. Pembabtisan adalah semacam memberikan perlindungan atau berkah dewi Asyilah untuk manusia, setiap anak di kerajaan akan mendapatkan pembabtisan di usia 5 tahun.
Tidak lama setelah mereka menaiki kereta, mereka sampai di gereja dan memulai pembabtisan untuk putra keluarga mereka.
Gereja itu adalah bangunan besar dengan dindingnya yang putih, di tengah aulu besar itu berdiri patung sang dewi yang melambangkan kecantikan, kebesaran dan keteguhan, sebuah patung dewi Asyilah. Hampir semua gereja di setiap kerajaan manusia menyembah dewa yang sama, dewi Asyilah sebagai dewi mereka.
Sejak dahulu sampai saat ini tidak pernah ada masalah serius yang berasal dari gereja dewi Asyilah karena dewi itu dengan giat membimbing para pengikutnya lewat nubuat positifnya, untuk selalu berbuat kebaikan. Tak ada seorangpun yang berani berbuat curang di bawah gereja dewi Asyilah karena mereka tau hidup mereka akan langsung berakhir saat itu juga.
"Selamat datang, nyonya Magstain... apakah ini adalah saatnya bagi putra anda untuk dibabtis."
Salah seorang pastor terkenal di gereja itu pun menyambut kedatangan nyonya magstain dan putra putrinya.
"Betul, pastor Filiq... saya berniat untuk membabtis putra pertama saya."
Pastor Filiq, dialah yang akan mengurus pembabtisan untuk putra magstain itu.
"Kalau begitu, Nyonya magstain, miss muda dan tuan muda, tolong ikuti saya..."
"Baiklah." Jawabnya.
Setelah melewati koridor dengan hiasan patung-patung di kiri kanannya mereka sampai di sebuah ruangan yang berbeda. Disana terdapat batu transparan terlihat seperti tugu sebesar tubuh orang dewasa. Batu itu memiliki empat sisi yang berbeda dan disetiap sisi terdapat ukiran-ukiran dan lambang-lambang mistik yang mengandung energi sihir dewa. Sudah jelas, batu itu adalah salah satu item sihir kelas dewa yang berfungsi untuk menghubungi dewa.
"Tuan muda tolong berdiri disini."
Di gereja dewi Asyilah, alat itu berguna untuk memberikan berkah atau perlindungan dewi terhadap anak manusia. Batu dinamakan batu keberkahan.
"Baik."
Putra Magstain itu berdiri di salah satu sisi batu transparan, ia cukup bingung dengan apa yang akan terjadi, tapi ia terlalu tenang untuk anak seusianya.
Sedangkan pastor itu berdiri di sisi batu yang lain sambil tangannya menyentuh simbol-simbol mistis pada batu sambil mengucapkan sesuatu lewat bibirnya yang tampak berkomat-kamit.
"Baiklah, kalau begitu saya akan mulai." Ucap pastor itu seraya mengalirkan energi dalam tubuhnya pada simbol mistis tersebut.
Tiba-tiba segalanya menjadi putih bagi putra Magstain itu, ia tidak lagi berada di ruangan gereja itu. Biasanya, anak kecil seperti dirinya akan langsung panik dalam situasi seperti ini, tapi tidak untuk anak itu, ia tetap tenang memerhatikan sekitarnya.
"Ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan jiwa manusia yang memiliki perlindungan dari dunia lain."
Dalam keheningan di ruangan putih itu, tiba-tiba ia mendengar suara wanita dewasa yang menyebut tentang dirinya.
"Siapa?" tanyanya pada suara itu.
"Aku adalah sosok yang kalian kenal sebagai dewi Asyilah."
Dari sebuah cahaya yang muncul di hadapan anak itu, muncul sosok wanita cantik dengan rambut perak tinggi bercahaya, dan ia memperkenalkan dirinya sebagai dewi Asyilah.
"..."
Anak itu terdiam tak mampu berkata-kata dihadapkan oleh keagungan di depan matanya. Dengan reflek ia terjatuh dan berlutut.
"Kau adalah jiwa manusia yang unik dan langka, dengan perlindungan dan keterampilan sehebat itu yang telah kau dapatkan dari dewa lain, kau tidak akan membutuhkan perlindungan tambahan dariku. Akan tetapi kekuatan saja tidak akan membuatmu bahagia, jadi aku juga akan memberikan berkatku,..."
Sebenarnya anak itu sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan oleh dewi itu. ia hanya tertunduk kuat di atas lututnya dari tekanan keagungan yang diciptakan oleh dewi itu.
"Aku akan memberikanmu perlindungan keteguhan dalam hatimu sehingga kau tidak akan pernah tersesat dalam keburukan, kau akan menemukan arahmu dan kau juga tidak akan pernah merasa kesepian."
"Terimakasih."
Tanpa memahami apa yang telah dikatakan dewi itu, ia mengucapkan terimakasih. Ia cukup tau, dewi itu telah memberikannya sesuatu yang baik.
"Sampai jumpa, anak muda."
Setelah ia mengatakan itu, tiba-tiba ruangan putih itu lenyap dan anak itu kembali ke ruangan pembabtisan di gereja. Ia bangun dan membuka matanya, menatap semua orang disekilingnya yang menunjukan ekspresi cemas terhadap dirinya.
Disana ada ibunya, adiknya dan pastor Filiq, dari ketiga orang itu ia melihat hanya pastor itu yang benar-benar mencemaskan dirinya, ia seperti menunjukan ekspresi bersalah. Sedangkan ibunya,
"Sudah kuduga, kau masih terlalu lemah, untuk menerima berkat dari sang dewi." Begitu kata ibunya.
Ia sudah bosan dengan kekurangan putra pertamanya yang akan merusak nama baik keluarga Magstain sebagai keluarga penyihir nomor satu di kerajaan Airylia.
Sebenarnya, apa yang baru saja dialami oleh anak itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya, mereka yang pergi ke gereja untuk di babtis, berdiri di batu keberkahan lalu batu itu bercahaya dan cahaya itu akan menyinari tubuh sang anak. Efek yang mereka rasakan, biasanya hanyalah sebuah pencerahan pikiran, kesehatan jasmani, dan sedikit meningkatkan kekuatan fisik. Namun, semua itu tampak tidak terjadi pada anak itu.
Manusia percaya atas apa yang mereka lihat secara langsung dan mereka tak melihat sebuah keajaiban terjadi pada anak itu, mereka malah menganggap itu adalah petaka buruk. Padahal anak itu sendiri sudah menerima lebih dari apa yang diterima orang biasa.
"Nyonya Magstain, tidak baik mengatakan itu pada putra anda sendiri." Pstor Filiq yang tidak tahan melihat itu langsung mengutarakan keluhannya.
"Pastor Filiq, ini bukan urusan anda."
Pastor Filiq ingin membela anak itu, namun setelah mendapat peringatan dan haus darah yang berbahaya dari nyonya Magstain. Pastor Filiq terdiam dan membeku ditempat.
"... maaf."
Ia pun mengundurkan diri dan menunggu di dekat jalan keluar ruangan pembabtisan.
"Sayang... dengar ibu, jangan sampai kau sama seperti kakakmu!." Kata nyonya Magstain pada anak perempuannya.
"Pasti ibu, aku tidak akan sama seperti dia, karena aku jenius." Jawab anak itu dengan ceria.
"Anak pintar..." kata ibunya sambil mengelus kepala anak perempuannya itu.
Pilih kasih, adalah apa yang jelas ditunjukan oleh nyonya Magstain pada kedua anaknya. Pastor Filiq yang menyaksikan itu semua hanya dapat memberikan tatapan iba kepada anak laki-laki itu, ia tidak bisa membantu. Sedangkan anak laki-laki itu, ia tidak terlihat kesal sama sekali, ia tersenyum murung dan mengekspresikan seakan itu adalah hal yang wajar.
"Baiklah ayo cepatlah... aku tidak ingin menghabiskan waktuku untukmu lebih lama lagi." Katanya dengan mengambil langkah keluar dari gereja.
"Baik." Jawab anak laki-laki itu lesu.
Semoga kau tetap tegar nak, itulah yang dikatakan pastor Filiq dalam hatinya.
*
Setelah beberapa menit di kereta, mereka akhirnya sampai di institusi sihir. Itu adalah bangunan besar yang dekat dengan istana kerajaan, tempat tinggal raja. Saat mereka memasuki gerbangnya, disana telah menunggu, Varlort Magstain, kepala keluarga Magstain saat ini, yang berarti ayah anak laki-laki itu.
Varlort sebagai penyihir kerajaan nomor 1 ia secara langsung berwewenang atas institusi sihir dan mengepalai semua bagian. Bukan hanya itu, ia juga menjadi jendral pasukan sihir dalam tentara perang. Kesimpulannya, Varlort adalah penyihir yang paling berkuasa atas segala kegiatan sihir di kerajaan Airylia.
Mereka, keluarga Magstain di sambut dengan hormat oleh semua penyihir di institusi sihir. Bangsawan yang ingin mengukur kekuatan sihir anak-anak mereka bukan hanya keluarga Magstain, tapi ada beberapa keluarga bangsawan lainnya. Akan tetapi yang paling disegani dan dipandang saat ini adalah keluarga Magstain. Para penyihir di institusi sihir menunjukan ekspresi kebanggaan untuk dapat menyaksikan putra bos mereka sendiri mengukur kekuatan sihirnya.
Namun berlainan dengan itu semua, perasaan anak laki-laki Magstain itu sangat kacau dan gelisah. Ia takut akan mengecewakan orang tuanya dan memperburuk nama keluarganya lebih jauh lagi.
"Nah... tuan muda, silahkan... waktunya sudah tiba."
Salah satu penyihir yang akan bertanggung jawab atas pengukuran kekuatan sihir putra Magstain, mendatanginya dengan senyuman manis kebanggaan.
"I-iya..."
Akan tetapi anak itu tidak dapat menghilangkan gelisahnya dan tetap gemetar. Dengan terpaksa dan langkah gemetarnya, ia mengikuti paman penyihir itu ke tempat dimana alat sihir itu berdiri.
Itu adalah alat yang berdiri dengan 4 kaki besi, menopang sebuah bola kristal biru berpermukaan halus sebesar kepala anak kecil, di sekitar bola kristal itu memiliki hiasan ukiran dari emas dan mithril. Mekanisme dari alat sihir itu adalah, ia akan bercahaya terang dengan warna cahaya tertentu. Intesitas cahaya yang ditampilkan menunjukan tingkat energi sihir yang dimiliki dan warna cahaya menunjukan jenis bakat sihir yang dimiliki, jelas mekanisme sangat sederhana.
"Tolong letakan tangan anda disini, dan ia akan secara otomatis membaca kekuatan sihir tuan muda."
"Ya."
Anak itu pun mengikuti instruksi, ia meletakan tangannya di bola kristal tersebut. Semua orang yang ada diruangan itu pun menyaksikan dengan rasa penasaran tinggi, dan harapan yang tinggi. Dalam pikiran mereka mereka berpikir mereka tidak akan dapat membayangkan kekuatan sihir seperti apa yang dimiliki oleh anak dari penyihir nomor satu di kerajaan. Mereka sangat menantikan momen ini.
Dan memang kekuatan sihir anak itu tak pernah terbayangkan oleh mereka. Semua orang terkejut dengan hasil yang ditampilkan. Bola kristal itu, tak bereaksi apa-apa.
Tidak terjadi apa-apa, ia tidak bercahaya apalagi menampilkan warna.
"Tidak mungkin... tuan muda tolong ulang sekali lagi..." kata penyihir yang bertanggung jawab itu.
"Y-ya..."
Dan alat sihir itu tetap tidak bereaksi apa-apa.
"Apakah rusak atau..."
Kemudian penyihir muda itu mencobanya sendiri, dan alat sihir itu pun bereaksi, bercahaya hijau terang.
"I-ini tidak rusak sama sekali... tidak mungkin tuan muda..."
Harapan semua orang runtuh saat menyadari kenyataan itu. Karyawan penyihir institusi sihir, bangsawa-bangsawan lain yang berada di jajaran kelas atas semua menyaksikan, putra pertama dari keluarga Magstain penyihir nomor 1 di kerajaan... tidak memiliki sihir sama sekali.
Itu benar-benar sebuah kejutan.
Pada umumnya setiap orang pasti memiliki sihir di tubuh mereka, bahkan budak sekalipun. Belum pernah di temukan seseorang yang tidak memiliki sihir sama sekali, karena sesuai dengan sejarah panjang yang telah terjadi, semua ras yang diciptakan oleh dewa di dunia ini telah diciptakan dengan sihir bahkan sampai ke jiwa mereka sehingga mustahil mereka tidak memiliki sihir sedikit pun di tubuh mereka. Siklus reinkarnasi yang telah diciptakan dewa Hifyun adalah yang mengatur itu semua sehingga tidak ada mahluk tanpa sihir di dunia Arlogia.
Kecuali anak itu, ia memiliki jiwa yang unik. Tentu saja, itu karena jiwanya bukan hasil ciptaan dewa Hifyun.
Keluarga Magstain benar-benar merasa malu. Sebagai keluarga penyihir kerajaan yang memiliki kekuatan sihir terbesar dan ditakuti oleh semua orang tapi ternyata anak mereka tak punya sihir sama sekali. Perkara seperti ini akan langsung menjatuhkan martabat mereka sebagai keluarga penyihir kerajaan
Varlort Magstain menundukan kepalanya dalam-dalam menahan rasa malunya. Liliard Magstain dengan perasaan malu yang sangat besar, langsung menuju anak laki-lakinya itu. Ia menarik lengannya dan membawanya ke luar ruangan.
"Aku tidak pernah merasa semalu ini sepanjang hidupku." Gumamnya.
Ia terus menarik anaknya itu dengan kasar dan membawanya ke kereta.
"Bawa anak ini ke rumah, dan cepat bawakan aku kereta yang baru." Kata Liliard pada kusir kudanya.
"Baik Nyonya." Jawabnya.
"Sialan, aku benar-benar menyesal telah memiliki anak seperti itu."
Dan ia kembali ke ruangan di gedung institusi sihir.
Setelah itu Varlort meminta maaf pada semua orang dengan dalih karena telah menunjukan sesuatu yang memalukan. Dengan menahan amarahnya ia berusaha tenang dan mengatakan bahwa sesuai dengan ketentuan keturunan bangsawan, kerena anaknya tidak memiliki standar sihir yang seharusnya dimiliki oleh bangsawan, maka ia akan diasingkan.
Sesuai dengan ketentuan itulah, Adellard Magstain akan diasingkan, dan nama keluaraganya akan dicabut. Sehingga ia bukan lagi bagian dari keluarga Magstain.
*
Inilah masa lalu Adellard yang menyakitkan karena telah terlahir di keluarga bangsawan. Ia dinilai sebagai yang terburuk oleh keluarga dan kerajaannya sendiri.
Mereka hanya tidak tau ia adalah sosok yang pada akhirnya akan mengguncangkan dunia.
**
.
...