Chereads / Brave New Age (Bahasa) / Chapter 34 - Operasi Sapu Bersih

Chapter 34 - Operasi Sapu Bersih

23 September 1274 AG - 07:00 Pm

Mansion Grall del Stauven

—————

Malam haripun tiba. Simian langsung menghadap ayahnya setelah tiga jam menggendong Mascara.

"Setelah baron itu masih ada tiga nama lain." Marquis Grall membaca lembar demi lembar kertas tebal bercahayakan lilin. Sesekali dia melirik Simian yang sedang telungkup di lantai. "Bisakah kamu bersikap seperti prajurit?"

"Iya, aku adalah prajurit yang sedang sakit punggung," jawab Simian tanpa bergeming sedikitpun.

Kata-kata itu ternyata mengundang injakan kaki Mascara yang duduk di sampingnya.

"Kamu mau bilang aku gendut?"

"Enggak, kamu seksi ... tapi ototmu keras seperti kayu. Dadamu yang rata itu tidak ada pantulannya sama sekali di punggungku."

"Ayah, tolong urus biaya rumah sakit untuk pria cabul ini."

Grall menghela napas panjang dan menggelengkan kepala. Dia melanjutkan penjelasannya tanpa mempedulikan dua anaknya yang masih saja membuat keributan.

"Baron itu dipastikan anggota New Age Order. Kalian sudah periksa dada kanannya?"

Mascara mengangkat kakinya dari punggung Simian. Dia menoleh ayahnya dan berkata, "Iya, aku melihat lambang mata dan segitiga terbalik."

"Selain itu?"

"Dari 43 orang itu ada dua orang lain yang punya lambang serupa. Kami sudah memastikan itu setelah menghabisi mereka."

"Sudah dipastikan rapi?"

"Iya, para prajurit, petualang dan para bandit bekerja dengan baik."

Grall membuka lembaran lain yang berisi informasi dari para mata-mata. Meskipun dia sudah membacanya berulang-ulang, Grall mengolahnya lagi untuk mendiskusikan langkah lanjutan bersama kedua anaknya.

Apa yang dia tugaskan kepada Mascara dan Simian?

15 tahun lalu Grall melaksanakan operasi sapu bersih. Dia habisi seluruh bangsawan oposisi yang menghalangi langkahnya. Akan tetapi, masih ada sisa-sisa dari mereka karena perlindungan New Age Order dan Celestesphaira. Namun sekarang kondisinya berbeda. Grall tidak ragu lagi menghabisi mereka karena para oposisi itu sudah menjadi anggota New Age Order.

Toh, kalau pun bukan anggotanya, mereka tetap Grall habisi juga.

New Age Order mulai menunjukan batang hidungnya setelah kejadian di Nerodia. Organisasi itu pasti tidak menyangka bahwa Kota Maylon juga menantang mereka di bidang militer. Karena Propinsi Tigris merupakan partner dari kota itu, anggota New Age Order pasti memasang mata dan telinga pada semua gerak-geriknya.

Organisasi itu sangat rapi. Grall sudah mengira bahwa anggota New Age Order bukanlah bangsawan kelas tinggi seperti yang orang-orang pikirkan. Meskipun pangkat mereka rendahan, tapi mereka mampu mengendalikan banyak hal di balik layar.

Grall paham betul mekanismenya. Dia paham bahwa birokrat kelas atas biasanya hanya boneka yang dikendalikan orang-orang di sekitarnya. Dia meyakini itu karena atasannya sendiri hanyalah orang-orang idiot. New Age Order terlanjur bergerak. Grall berani terang-terangan melawan mereka karena sikap menahan diri bukan pilihan terbaik lagi. Setelah 15 tahun lamanya, sudah tiba waktunya melanjutkan operasi sapu bersih.

Marquis itu mengutus dua anaknya untuk menghabisi anggota New Age Order, sekaligus bangsawan oposisi yang berkomplot dengan organisasi itu. Saat inilah kesempatan dua buah hatinya untuk menunjukan bakti mereka kepada orang tua.

"Target selanjutnya tidak mudah. Misi ini harus berjalan mulus," ujar Grall sambil menyerahkan selembar kertas kepada dua anaknya. "Kerjakan serapi mungkin karena posisi mereka ada di tengah kota."

Grall melihat putera-puterinya membaca kertas itu dengan seksama. Meskipun mereka adalah anak-anak nakal, tapi keduanya bisa diandalkan untuk misi-misi rahasia yang tidak mungkin dikerjakan seorang marquis seperti dirinya. Dia melihat dua buah hatinya saling mengangguk.

"Apa penawaran ayah?" Mascara bertanya.

Grall tahu gadis itu tidak bisa disuruh kerja gratisan.

"10 platinum."

"13."

"11."

"12," jawab Mascara gigih.

"11 platinum dan satu copper."

"Deal!"

Grall menoleh ke Simian dan memberi penawaran berbeda.

"Huff … kamu merasa dewasa?"

"Iya."

"Berapa jumlah kekasihmu sekarang."

"32 … hmmm … entahlah. Aku lupa dan malas menghitungnya."

Grall memijat tepian keningnya. Dia masih belum bisa membuang rasa heran dengan kelakuan anak kandungnya itu. Tapi dia hanya bisa membatasinya karena kenal betul siapa kakek Simian . Grall tahu seperti apa masa muda ayah mertuanya.

Karena sudah waktunya, dia pun bertanya, "Kamu siap menikah, Nak?"

Simian nampak terhenyak. Sedangkan Mascara menunjukan wajah terlampau panik.

"Ayah, Simian masih kecil! Dia bel—belum siap!"  Gadis itu bicara agak terbata. Dia menggigit jemarinya sendiri waktu menyampaikan penolakannya. Mascara bahkan setengah memohon ke Simian untuk mau menjawab tidak.

Sebagai seorang ayah, Grall tahu isi hati gadis itu. Dia paham bahwa Mascara mulai menyemai perasaan berbeda kepada adiknya sendiri. Grall mencoba memancingnya lagi dengan ucapan yang lebih beralasan.

"Aku ingin punya cucu. Ayah membebaskanmu menyentuh perempuan manapun yang kamu pilih, Simian."

"Ayah!" bentak Mascara berdiri dari kursinya. "Anak ini sudah rusak! Jangan memperparahnya!"

Tawa geli sulit Grall tahan. Wajah memelas Mascara pada akhirnya mengakhiri sikap usil seorang ayah.

"Aku memang mengizinkan Simian berbuat sesukanya. Tapi di tetap seorang Stauven."

Mascara kembali duduk. Gadis itu jelas tahu makna di balik kata-kata itu.

Walau bagaimanapun Simian adalah seorang pria Stauven. Ketika dia merenggut kehormatan wanita, maka wanita itulah satu-satunya yang akan dia sentuh seumur hidupnya. Karena alasan itu Simian tidak berani macam-macam sebanyak apapun kekasih si rambut merah itu.

Grall jadi kasihan dengan 32 kekasih Simian yang pasti sudah gatal ingin diapa-apakan.

Mascara masih menunjukan gelagat keberatan. Grall semakin tidak tega saat anak gadisnya menunjukan wajah seperti mau gantung diri.

"Baiklah, aku memang sudah tidak melarang Simian menuju dunia dewasa. Tapi bukan berarti aku melarangmu mengawasi adikmu, bukan?"

"Ayah!" Gantian Simian yang berteriak.

Grall tidak menjawabnya karena Mascara sudah duluan menepuk-tepuk punggung Simian.

"Hilang sudah kebebasanku ...."

"Kita kembali ke topik." Grall memotong keributan kecil di depannya. Dia menatap Simian dan bertanya, "Analisamu?"

Simian langsung menyudahi keluh kesahnya. Dia mambalas, "Target ini pasti dikelilingi belasan pengawal elit setara knight captain atau petualang rank-B."

"Bisa atasi mereka?"

"Selama informasinya akurat."

"Butuh prajurit?"

"Iya, terutama yang pandai membersihkan bekas-bekas pekerjaan orang."

Marquis Grall tersenyum puas. Dia akhiri diskusi itu dengan satu pesan yang selama ini ingin dia ucapkan.

"Kalian tidurlah. Dan ... ehem, kalian sudah dewasa. Jangan membuatku bingung memilih siapa di antara kalian nanti yang tiba-tiba jadi menantuku. Paham maksudku?"