Wu Xi berkedip polos. Dia memikirkan ucapan Wang Wei sambil menatap mobil yang bergerak menjauh. Apa maksudnya?!
***
Saat Wu Xi memasuki ruang kerjanya, dia melihat seorang pria yang duduk di kursi direktur dengan kaki di atas meja, terlihat begitu sembrono dan tak terkendali.
"Adik kecil, bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan gadis itu?" tanya Wu Deming, saudara Wu Xi, bersemangat.
Wajah Wu Xi yang sudah suram sekarang semakin mengerikan. Belum lagi aura dingin mengintimidasi yang mengelilingi tubuh pria itu, membuatnya seakan berkata 'jaga jarak atau aku akan membunuhmu'.
Wu Deming yang melihatnya langsung tahu jawabannya pasti tidak baik.
"Uh, apa mungkin gadis itu sedang bermain keras denganmu? Maksudku, siapa yang berani menolakmu?" ucap Wu Deming berusaha menghibur.
"Dia bilang dia sudah memiliki seseorang yang dia cintai," ucap Wu Xi lalu mulai menceritakan kembali apa yang tadi terjadi.
"Memiliki identitas yang istimewa dan tidak bisa muncul?" Wu Deming mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja. "Uh, orang semacam itu di negara ini? Bukankah itu aku dan kamu?"
Wu Deming menatap Wu Xi dengan mata membulat. "Jangan bilang kalau gadis itu menyukaiku?!"
Wu Xi menatap Wu Deming tajam. "Jangan melebih-lebihkan dirimu sendiri."
"Uh, jadi, siapa?"
Wu Xi merebahkan diri di sofa. "Apa ada keluarga dengan nama Wang di lingkaran kita?" tanyanya.
"Um, aku rasa ada dua?" Wu Deming berpikir sebentar. "Satu dari Distrik E dan lainnya dari Distrik A."
Alis Wu Xi saling bertautan. "Ada yang dari Distrik A?"
Wu Deming mengambil sepotong cokelat dari sakunya. "Hmm, ya, mereka bangkrut sebelas tahun yang lalu dan menghilang," ucapnya lalu menggigit cokelat. "Akhir-akhir ini aku mendengar kabar kalau mereka kembali dari luar negeri."
Wu Xi menatap Wu Deming. "Apa yang mereka lakukan?"
Wu Deming menyeringai. "Siapa yang tahu? Yang kita tahu hanyalah bahwa mereka sekarang sudah bangkit. Aku bahkan mendengar bahwa mereka hampir menggeser posisi kita di beberapa industri."
Wu Xi segera bangkit. "Aku tidak tahu itu."
Wu Deming mengangkat bahu. "Aku juga hanya mendengar kabar dari ayah. Apa kamu pernah mendengar tentang Wang Wei?"
Wu Xi menyipitkan mata. "Pebisnis legendaris itu?"
Wu Deming mengangguk. "Dia dari keluarga Wang yang itu."
"Pantas." Wu Xi menggosok-gosok dahinya dengan frustasi. "Bisakah kamu mencari informasi tentang mereka?"
"Itu sulit tapi aku rasa aku bisa melakukannya," ucapnya.
"Juga tentang Wang Wei," tambah Wu Xi.
Wu Deming menatap Wu Xi seakan-akan dia sebuah lelucon. "Tidak ada yang berhasil menyelidikinya setelah sekian lama," ucapnya.
"Dan apa itu berarti kamu juga tidak bisa?"
Wu Deming tertawa. "Tentu saja aku tidak! Kamu harus percaya dengan kemampuan kakakmu ini!"
Wu Xi menatap Wu Deming yang mengeluarkan lebih banyak potongan cokelat dari balik jasnya sambil menggeleng pelan.
Tiba-tiba Wu Deming menghentikan aksinya dan mengangkat kepala. "Omong-omong, apa yang ingin kamu lakukan dengannya?"
Wu Xi tak menjawab dan hanya tersenyum ambigu.
Wu Deming langsung mengerti bahwa adiknya pasti memiliki rencana sendiri. Jadi, dia hanya perlu memenuhi keinginan adiknya dan menonton drama dari samping.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Wu Xi dengan dahi berkerut. "Tidakkah kamu harus bekerja?"
Wu Deming menyeringai, membuat kerutan di dahi Wu Xi semakin dalam.
"Pergi."
Wu Deming cemberut. "Aku saudaramu! Jangan menjadi begitu jahat!"
Wu Xi hanya menatapnya dengan tatapan dingin.
Wu Deming mendengus. "Baiklah! Baiklah! Aku pergi."
"Jangan sampai merugikan dirimu sendiri," ucap Wu Deming sebelum menutup pintu.
Wu Xi segera membuka mesin pencari setelah memastikan bahwa tidak ada seorang pun selain dirinya di ruangan itu.
"Hal-hal yang disukai perempuan," gumamnya sambil mengetik.
***