Chereads / Setan dan Iblis: Dosa Seorang Pria / Chapter 16 - Pria Lemah

Chapter 16 - Pria Lemah

"Sepupu mengatakan supaya aku tidak terlalu dekat dengannya," ucap Feng Yao mencoba menghalangi adu mulut diantara ayah dan pamannya.

"Itu bagus. Akan lebih baik kalau kamu menghindari gadis terkutuk itu di masa depan," ucap ayah Feng Yao sambil mengangguk puas.

Ayah Feng Cang memerah karena marah. Feng Cang merupakan masalah sensitif yang selalu menjadi aib baginya.

Jika dia tahu kalau kedatangan Feng Cang ke negara ini hanya untuk membuat skandal dan mempermalukannya, dia lebih senang membiarkan gadis itu di luar negeri selamanya.

Feng Yao yang tertunduk di sisi hanya bisa menggigit bibir sambil menahan emosi.

***

"Dimana?"

Feng Cang terdiam sesaat ketika mendengar pertanyaan Ah Shen dari ujung telepon. Dia menatap sekelilingnya bingung. Tempat ini terlihat sepi dengan hanya sedikit orang yang berlalu-lalang. Ini terlihat seperti tempat kelas atas tapi... "Aku...tidak tahu."

Ah menghela napas sebelum mematikan sambungan telepon setelah menyuruh Feng Cang untuk berhati-hati. Dia langsung mencari lokasi Feng Cang dengan alat pelacak yang sudah dia pasang. Gadis ini selalu tersesat karena buta arah. Kalau dia tidak memasang alat pelacak, dia khawatir Feng Cang akan menjadi gelandangan di pinggir jalan sejak dulu.

"B Street?" gumam Ah Shen saat melihat lokasi Feng Cang. Apa yang dia lakukan hingga bisa sampai ke tempat itu? Dia menjadi panik hanya dengan memikirkan semua kemungkinan yang bisa terjadi.

Di sisi lain, Feng Cang yang tersesat terlihat menikmati perjalanannya. Langkahnya semakin bersemangat saat melihat taman yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Senyum muncul di wajahnya saat dia memandangi danau buatan di depannya.

Omong-omong soal danau, Feng Cang jadi teringat Setan. Pria arogan itu sebenarnya takut air dan tidak bisa berenang... Bahkan, dalam mimpinya sekalipun, dia tidak pernah bisa membayangkannya.

Tiba-tiba terlihat gelembung udara yang muncul dari dalam danau saat Feng Cang sedang melamun. Feng Cang buru-buru menggelengkan kepalanya. "Uh, aku pasti terlalu memikirkannya. Tidak semua orang selalu tenggelam seperti Set... Sialan!"

Byurr!!

Feng Cang langsung menyelam ke dalam danau saat melihat gelembung udara yang muncul semakin banyak.

Dia hampir ingin mengumpat saat melihat seorang pria yang sudah tidak sadarkan diri. Bagaimana bisa pria jaman sekarang begitu tidak kompeten?!

Menyampingkan kekesalannya, Feng Cang segera menarik pria itu ke atas dan memberinya pertolongan pertama. Jadi, pada saat Ah Shen datang untuk menjemputnya, dia melihat pemandangan Feng Cang yang mencium seorang pria di bawahnya. Itu benar-benar membutakan matanya!

Feng Cang mendesah lega saat merasa bahwa pria di bawahnya mulai bernapas normal. Tetapi segera dia merasa sedang diawasi oleh seseorang. Dia menoleh dan melihat Ah Shen yang berdiri kaku seperti patung di balik semak-semak.

"Ka... Kakak," panggil Lucia yang ingin mengeluarkan air mata. Situasi ini cukup canggung...

"Apa kamu berusaha membunuhnya?" tanya Ah Shen di luar harapan Feng Cang.

"Aku tahu kamu membenci pria tampan tapi dia masih merupakan makhluk hidup." Ah Shen menatap pria asing yang masih terbaring dengan tatapan penuh simpati.

Wajah Feng Cang menggelap saat mendengarnya. Dia tidak begitu tidak berperasaan, oke?! "Aku menyelamatkannya!" seru Feng Cang tak terima.

Ah Shen menatap Feng Cang ragu. "Kamu tidak perlu berbohong. Aku tidak akan menceritakan soal ini kepada orang lain."

Feng Cang langsung memukul Ah Shen tanpa basa-basi. Pria ini perlu diberi pelajaran!

"Oke, oke, aku akan berpura-pura tahu kamu tidak berbohong." Ah Shen berkata dengan terburu-buru. Bagaimanapun juga, pukulan Feng Cang ini lebih dari menyakitkan!

Saat Feng Cang ingin memberi Ah Shen beberapa pukulan lagi, dia mendengar suara terbatuk-batuk dari belakangnya.

"Akhirnya kamu sadar," gumam Feng Cang yang masih agak kesal.

Pria itu menatap Feng Cang linglung. "Apa kamu yang menyelamatkanku?"

Feng Cang mengangguk tak perduli.

"Kalau begitu, Nona, biarkan aku membayarmu," ucapnya serius.

"Aku tidak butuh uang. Terima kasih," ucap Feng Cang sambil berjalan pergi.

"Tidak. Nona, biarkan aku membayarmu dengan tubuhku," ucap pria itu masih dengan tatapan serius.

Langkah Feng Cang terhenti. Dahinya berkerut saat mendengar ucapan pria itu. Mengapa... dia merasa bahwa garis ini terasa tidak asing? Sepertinya dia pernah mendengarnya di suatu tempat.

***

"Achoo!!"

"Setan, apa kamu terkena flu?" tanya Feng Xiu ragu. Ini memang musim dingin tapi seingatnya Setan tidak pernah terkena penyakit sepele seperti ini.

"Sepertinya Sayangku sedang memikirkanku," gumam Setan sambil menggosok hidungnya puas. "Bagaimana dengan persiapan kita?"

"Ada kendala di bagian pengiriman senjata tapi itu bukan masalah serius. Kita bisa pergi tiga bulan lagi." Feng Jun menjawab.

"Bagus. Majukan jadwal keberangkatan! Aku ingin pergi bulan depan," ucap Setan dengan riang.

Wajah orang-orang di dalam ruangan jatuh saat mendengar ucapan Setan. Hanya Feng Jun yang setia dengan poker face-nya.

Feng Xiu hampir ingin melemparkan berkas-berkas di tangannya. Apa kau gila?! Keberangkatan tiga bulan itu dapat terlaksana kalau kita bekerja siang malam. Bagaimana dengan satu bulan? Apa kau ingin kami mati kelelahan?!

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Setan sambil melirik Feng Xiu dingin.

Feng Xiu menggeleng kaku. "Tidak. Tidak ada." Ya, ya, kau bosnya. Lakukan apapun yang kau mau!

***

Feng Cang menatap pria asing itu hati-hati. Dia merasa bahwa dia sedang berhadapan dengan Setan. Mereka begitu mirip... Apakah mereka berdua suami istri?

Kalau kedua pria itu mengetahui apa yang Feng Cang pikirkan, mereka mungkin akan mati karena marah.

Ah Shen menatap pria itu dengan mata menyipit. Pria ini tidak sederhana... "Feng Cang?" panggilnya saat melihat gadis itu hilang dalam pikirannya.

Feng Cang terbangun dari imajinasi liarnya karena panggilan Ah Shen. Dia menatap pria yang baru saja tenggelam dengan mata jijik.

"Pria jaman sekarang benar-benar mengecewakan," gumamnya lalu pergi begitu saja.

"Ap... Apa?" Pria itu terlihat kebingungan dengan ucapan Feng Cang. Dia menoleh ke arah Ah Shen. "Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

Ah Shen memberi pria itu tatapan aneh. Dia ingin mengajak pria ini duduk dan berbicara tentang kehidupan. Dengan EQ-mu itu, bagaimana kamu bisa bertahan hidup sampai hari ini?

"Apa kamu ingin aku mengantarmu?" tanya Ah Shen mencoba mengusir pria itu dengan halus.

Ah Shen memperhatikan pakaiannya yang masih basah. "Kamu akan sakit kalau terus seperti itu," tambahnya.

"Tidak, terima kasih." Pria itu tersenyum. "Lebih baik kamu mengantarkan gadis itu pulang."

Ah Shen ragu-ragu sebelum mengangguk setuju. Itu benar, Feng Cang lebih penting daripada siapapun.

Saat bayangan Ah Shen sudah tidak terlihat lagi, wajah ramah pria asing itu mendingin dan tatapannya menggelap. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya yang untung saja masih bisa berfungsi dengan baik.

"Asisten Wu, tolong jemput aku," ucapnya setelah memanggil nomor bawahannya. "Aku akan segera mengirim lokasinya. Terima kasih."

Tidak sampai sepuluh menit, beberapa pria dengan jas hitam datang menghampirinya.

"Tuan pertama, apa yang terjadi padamu?!" tanya seorang pria paruh baya dengan cemas. "Ya Tuhan, cepat ambil handuk di mobil!" perintahnya pada beberapa orang yang mengikutinya.

"Aku baik-baik saja," ucap pria yang tadi diselamatkan Feng Cang. "Aku hanya... tidak sengaja tergelincir."

"..." Tuan pertama, apa kamu sengaja menghancurkan citra dirimu sendiri di hadapanku?!

"Tuan..."

"Ayo, kembali," ajak pria itu. "Aku kedinginan."

"Oh, ya, baik!"