Feng Bao terlihat khawatir saat melihat Feng Cang dan Ah Shen yang berbalik pergi. Dia menggoyang-goyangkan tangan Lan Mu cemas. "Kakak Lan, apa kamu mau membiarkan kakakku kesulitan begitu saja? Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya? Bagaimanapun, membiarkan kakakku pergi dengan seorang pria yang asing seperti itu... Aku hanya merasa buruk."
Dia menatap Lan Mu dengan matanya yang berair, tampak seperti dia benar-benar mengkhawatirkan Feng Cang.
Tidak akan ada yang tahu bahwa motif sebenarnya dari tindakannya ini adalah untuk tidak membiarkan Feng Cang mendapatkan koneksi dengan Lan Mu yang dikenal kaya dan cerdas. Yah, tidak akan ada yang tahu kecuali Feng Cang.
Sebagai seorang saudari, dia sudah hidup berdampingan dengan Feng Bao selama bertahun-tahun. Tidak sulit baginya untuk melihat motif sebenarnya apabila dia berpikir dengan jernih. Hanya saja, dia dulu terlalu mempercayai gadis itu hingga tidak menyangka bahwa Feng Bao yang dia kenal manis dan selalu berada dibawah perlindungannya ternyata... ah.
Pelayan-pelayan toko yang sejak tadi menonton menatap Feng Bao jijik. Itu akan baik-baik saja seandainya Feng Bao tidak membawa-bawa nama Ah Shen. Semua orang yang bekerja dibawah kepemimpinan Ah Shen menghormati Ah Shen secara membabi-buta seakan mereka menghormati Budha. Jadi, kali ini Feng Bao secara tidak sadar membuat kesalahan.
Bagaimana bisa ada orang yang tak tahu malu seperti itu?! Tidak akan ada yang terjadi dengan gadis itu karena ada Tuan Ah Shen!
Feng Bao menggigit bibirnya kuat-kuat. Bagaimana bisa Feng Cang mengenal orang seperti itu?! Ini tidak bisa dibiarkan! Aku tidak akan membiarkannya hidup dengan mudah!
"Tuan Ah Shen, kemana kalian akan pergi?" tanya Feng Bao yang buru-buru mengejar Feng Cang dan Ah Shen.
"Apa urusanmu?" Ah Shen menatap Feng Bao dingin.
Lan Mu yang melihat itu merasa tidak senang. Dia menghormati Ah Shen karena kekuatannya yang tidak bisa dia lawan tapi dia tidak bisa membiarkan pria itu menggertak kekasihnya seperti itu!
"Tuan Ah, bersikaplah yang sopan terhadap kekasihku. Dan Feng Cang, kembalilah bersama kami, kami akan memperlakukanmu dengan baik!" Lan Mu mengulurkan tangannya seakan-akan kejadian tadi tidak pernah terjadi.
Feng Cang mendengus dingin. "Apa kamu pikir aku bodoh?" Dia sudah berhasil lolos dari kematian dengan susah payah, bagaimana bisa dia begitu bodoh untuk menyerahkan dirinya begitu saja? Huh, jika dia kembali, dia mungkin tidak akan pernah tahu bagaimana dia bisa mati.
"Jadilah baik," ucap Lan Mu dengan nada yang tenggelam.
Sebelum Feng Cang bisa mengatakan sesuatu, pandangannya menggelap.
"Berhenti menatap mereka! Aku tidak mau matamu kotor," ucap Ah Shen dingin sambil menutup mata Feng Cang dengan tangannya.
Wajah Feng Bak dan Lan Mu menghitam saat mendengarnya.
Sebelum mereka berdua bisa membalas, Ah Shen sudah membawa Feng Cang pergi.
***
"Ada apa dengan wajahmu? Apa kamu sakit?" tanya Feng Cang saat melihat wajah Ah Shen yang memburuk saat sampai di dalam mobil.
"Ya, aku sakit karenamu."
Feng Cang tertawa.
"Bagaimana kamu bisa menahan penghinaan seperti itu? Aku ingin menghancurkan mereka setiap kali mengingatnya." Ah Shen berkata tanpa menutupi aura membunuh di sekitarnya.
"Jangan memukul rumput hanya untuk memperingatkan ular," tegur Feng Cang.
Ah Shen mendengus dingin tapi tak membantah. Itu benar. Dia harus menjadi lebih kuat untuk membantu Feng Cang membalas dendam. Bagaimanapun juga, Feng Family memang masih berada di atas mereka.
Ah Shen tersenyum dingin. Tapi dia akan memastikan bahwa hal tersebut tidak akan bertahan lama...
Bajingan-bajingan itu... Dia tidak akan membiarkan mereka menyentuh Feng Cang meskipun hanya sehelai rambutnya!
"Kakak," panggil Feng Cang. "Kamu membuatku takut."
Ah Shen menoleh dan melihat Feng Cang yang menatapnya dengan tatapan waspada. Raut wajahnya melunak dan dia tersenyum. "Maafkan aku."
Feng Cang tersenyum. "Aku hanya bercanda." Bagi dia yang tinggal bersama tiga ratus lebih pembunuh bayaran, menghadapi Ah Shen yang marah sebenarnya hanya terasa seperti sedang menghadapi anak kecil.
"Kemana kamu mau pergi sekarang?" Ah Shen bertanya saat dia mulai menyalakan mesinnya.
Feng Cang mengulum senyum. "Apa ini? Apa kamu ingin menjadi sopirku?" godanya.
Ah Shen mengangguk serius. "Aku akan menjadi apapun untukmu."
Feng Cang tak bisa berkata-kata.
"Kemana?" Ah Shen kembali bertanya saat tak kunjung mendapatkan jawaban dari Feng Cang.
"Um, apa kamu tahu dimana Feng Ci?"
Wajah Ah Shen langsung diselimuti mendung. "Ada apa?"
"..." Reaksinya lebih buruk daripada yang kuduga. "Aku hanya ingin bertemu dengannya. Kamu tahu sendiri kalau aku baru kembali, bukan?"
"Yah, apa itu harus?"
Feng Cang mengangguk. "Begitulah. Apa kamu masih ingin mengantarku?"
"Tentu."
"..." Nak, kamu setuju tapi ekspresi wajahmu benar-benar tidak mendukung.
"Tenang saja. Aku tidak marah." Ah Shen tersenyum saat melihat Feng Cang yang menatapnya ragu.
"..." Kamu tidak marah tapi kenapa senyummu begitu mengerikan?
"Apa kamu tahu keadaan Feng Ci?"
Ah Shen mendengus dingin. "Semakin liar, semakin gila."
"Ini komentar jujur," tambahnya. "Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkannya di depanmu."
"..." Yah, aku percaya padamu.
"Kita sampai," ucap Ah Shen setengah jam kemudian.
"Ini..." Feng Cang menatap bangunan di depannya dengan wajah mengerikan.
"Aku sudah mengatakan bahwa dia gila." Ah Shen seperti mengharapkan reaksinya.
"Apa dia bermain di sini?"
"Dia yang mengelola tempat ini."
"..." Aku bukan orang suci tapi mengelola tempat seperti ini... "Ini rumah bordil."
"Hn, siapa yang mengatakan bahwa ini rumah sakit?"
Feng Cang menatap tulisan 'Zero Bar' yang bersinar di atas bangunan untuk beberapa saat. "Apa kamu bisa menemaniku?" tanyanya kemudian.
"Sayangnya, aku harus mengatakan tidak." Ah Shen berkata dengan nada datar. "Aku masuk ke dalam daftar hitam."
"Bagaimana bisa?" Feng Cang terkejut.
Ah Shen tersenyum dingin. "Sebenarnya, aku sudah masuk daftar hitam sejak hari pertama peresmian tempat ini."
"..." Sepertinya aku bisa mengerti jalan cerita ini... Feng Ci dan Ah Shen yang saling bermusuhan...
"Masuklah. Tidak akan ada yang berani menyentuhmu di sana," ucap Ah Shen menenangkan.
"Bagaimana kamu tahu?" Feng Cang ragu.
Ah Shen tak mengatakan apapun dan hanya menunjuk ke arah atas.
Feng Cang mengikuti arah yang ditunjuk dan dia mengerti.
Di rooftop, seorang pria dengan rambut pirang dan jas hijau mencolok yang menyakiti mata sedang melambai-lambaikan tangannya dengan bersemangat ke arahnya.
Tak lama kemudian sekelompok pria kekar yang terlihat seperti bodyguard datang dengan seorang pria tua yang berusia sekitar tujuh puluh tahunan.
"Nona Feng," sapa pria tua itu hormat. "Tuan Feng sudah menunggumu."
Kekhawatiran Feng Cang sedikit berkurang saat melihat wajah yang tidak asing baginya. "Kakek Wang, tolong tunjukkan arahnya," ucap Feng Cang sopan.
Pria tua yang dipanggil Kakek Wang mengangguk sambil tersenyum samar. "Bagaimana kabar nona di luar negeri?" tanyanya sambil memimpin jalan.
"Aku rasa kamu sudah tahu." Feng Cang balas tersenyum.
"Yah, itu diluar dugaan." Kakek Wang menatap Feng Cang dengan tatapan dalam. "Tuan muda mengkhawatirkanmu setiap saat, takut kamu akan terbunuh tanpa tahu bagaimana caranya dan menjadi arwah penasaran."
"Aku tahu apa yang aku lakukan." Feng Cang meyakinkan.
"Hm, aku harap begitu. Bagaimanapun juga itu bukan tempat yang aman." Kakek Wang mendesah pasrah.
Feng Cang hanya tersenyum. Dia tahu pria tua ini mengatakan itu karena khawatir melihat Feng Ci.
"Tuan muda ada di dalam," ucap Kakek Wang sambil membukakan pintu. "Silahkan."