Malam yang indah di penuhi dengan bintang-bintang gemerlap dilangit.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.30. Yang Long pun sudah mengantarkan WeiWei di depan pintu masuk Universitas Keuangan.
Yang Long pun membuka pintu mobil sambil berkata "Tolong tunggu sebentar, aku mau mengambil sesuatu sebelum kamu turun."
"Hmm... baik." jawab Wei Wei singkat.
Yang Long pun membuka bagasi belakang mobil dan mengeluarkan kursi roda yang sudah dilipatnya tadi. Lalu ia pun membuka pintu mobil dan berkata "Sekarang kamu bisa turun."
"Ini terlalu berlebihan." ucap Wei Wei yang memandangi kursi roda yang di bawa Yang Long itu.
"Aku hanya mengikuti perintah." jawab Yang Long datar saja.
"Aku mengerti." ucap Wei Wei yang tahu bahwa jawaban Yang Long pasti akan begitu.
Yang Long pun membukakan sabuk pengaman Wei Wei dan membopongnya ke kursi roda. Ia pun mendorong kursi roda itu sampai ke depan pintu masuk.
"Terima kasih. Temanku akan menjemputku nanti." ucap Wei Wei.
"Kalau begitu, aku akan kembali bekerja." ucap Yang Long sambil melangkah ke arah mobilnya.
"Bos akan menjemputmu setelah kamu selesai kuliah." lanjut Yang Long sambil membuka pintu mobilnya.
"Oke. Bye." ucap Wei Wei sambil melambaikan tangannya.
Yang Long pun mengemudikan mobilnya dan balik ke perusahaan untuk bekerja.
Di balik jendela itu, kedua teman kuliahnya sedang memperhatikan Wei Wei.
"Lihat itu! WeiWei kembali. Tapi, kenapa dia memakai kursi roda?" ucap gadis berkepang
"Urusi saja urusanmu." ucap gadis berambut pendek itu.
"Ayo beritahu Profesor." ucap gadis berkepang sambil mengambil handphonenya dan menelepon Mu Si Han.
"Benar." jawab gadis berambut pendek itu singkat.
Di dalam kantor dosen itu, Si Han sedang membaca buku. Tiba-tiba saja handphonenya berdering.
Ia melihat ada panggilan masuk dan ternyata panggilan itu dari Linze, muridnya.
Ia pun bergumam dalam hati sambil menatap panggilan itu sejenak "Saat ini anak-anak sulit diatur, mereka bahkan tidak mengikuti aturan."
Mau tidak mau Si Han pun mengangkat panggilan dari muridnya itu, "Halo, Linze. Ada apa?"
"Profesor Mu, saya melihat Wei Wei di depan pintu masuk." ucap gadis berkepang itu di telepon.
Tiba-tiba saja Si Han terdiam setelah mendengar nama Wei Wei.
"Halo, Profesor Mu. Anda masih disana?" tanya gadis berkepang itu di telepon.
Mu Si Han langsung mematikan panggilan itu dan bergegas mengambil jaketnya. Ia pun pergi ke arah pintu masuk sambil mengenakan jaketnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi kali ini, Wei Wei." gumam Si Han dalam hati.
Disisi lain, Wei Wei sudah mengirim pesan kepada temannya untuk menjemputnya di depan pintu masuk.
"Aneh kenapa mereka belum datang? Mereka tidak lupa kan?" gumam Wei Wei sambil melihat ke arah handphonenya.
"Wei Wei! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." sapa Si Han.
"...!" WeiWei tersentak kaget.
Melihat kaki Wei Wei yang bengkak itu, Si Han pun bertanya "Apa yang terjadi dengan kakimu?"
"Ceritanya panjang... " jawab Wei Wei terbatah-batah.
"Ayo kita pergi ke tempat biasa kita hang out, sehingga kita bisa meluangkan waktu untuk bicara. " ucap Si Han sambil mendorong kursi roda Wei Wei.
"Err.. Kenapa Si Han bisa ke sini?" gumam WeiWei heran dalam hati.
***
Di Kafe Coast...
Si Han pun membawa Wei Wei ke Kafe Coast. Dimana tempat itu adalah tempat biasa mereka hang out bersama.
"Apa yang harus kulakukan untuk membuat Zhi Yang.... "
Belum sempat Li Zhi Yi menyelesaikan gumamanya tiba-tiba saja ia mendengar suara yang tidak asing baginya.
"Wei Wei, silakan duduk disini." ucap Si Han sambil mempersilahkan WeiWei untuk duduk.
"Baik." jawab Wei Wei singkat.
Mereka duduk tepat di belakang Li Zhi Yi, sehingga pada saat itu pemuda berambut pirang itu mengintip ke belakangnya serta menguping pembicaraan mereka.
"Suara itu, bukankah dia Mu Si Han. Istri Zhi Yang ada disini juga? Kenapa mereka bisa datang bersama?" gumam pemuda berambut pirang itu heran melihat Wei Wei datang bersama dengan Si Han.
"Kamu ingin minum apa?" tanya Si Han.
"Tidak perlu. Terima kasih. Lanjutkan apa yang ingin anda katakan, Profesor." jawab Wei Wei.
Pemud berambut biru itu menatap Wei Wei dengan tatapan sayu sambil menyondorkan secarik kertas yang berisikan perjanjian cerai.
"...., Wei Wei, pernikahanku hanyalah bagian dari negosiasi. Kami tidak saling mencintai. Kami juga tidak pernah tidur bersama. Anak itu bukan anakku. Ini perjanjian cerai kami."
"Aku berencana memberitahukanmu setelah selesai aku menyelesaikan semuanya. Tapi beberapa hari yang lalu... "
"Wei Wei, kamu selalu menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai. Ayo kita mulai lagi. Untuk bersama seperti yang kita rencanakan sebelumnya. Aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik. Aku akan bersamamu sampai akhir hidupku." lanjut Si Han.
"Si Han, jika kamu memilih untuk jujur dan menjelaskan padaku bahwa kamu sudah menikah, maka... aku... aku tidak mau terlibat sana sekali. Tidak ada jalan kembali ke kehidupan yang kita miliki. Ucap Wei Wei yang menahan isak tangisnya karena terharu mendengar kata-kata mantannya.
"Wanita ini cukup menarik." gumam Pemuda berambut pirang itu sambil tersenyum melihat pembicaraan Si Han dengan Istri adiknya.
Handphone pemuda berambut pirang itu bergetar. Ia melihat kearah handphonenya, rupanya ada pesan masuk. Lalu ia pun membacanya.
Isi pesan: "Boss, Aku telah selidiki. Yang ku tahu bahwa Nona pertama Keluarga Lu membius Istri Zhi Yang dan membuatnya tidur dengan pria lain."
"Jika ayah tidak memaksaku minta maaf, aku tidak akan punya petunjuk untuk drama ini." gumam pemuda berambut pirang itu sambil tersenyum licik.
Disisi lain pembicaraan mereka pun masih berlanjut.
"Jadi tidak ada masa depan untuk kita?" tanya pemuda berambut biru itu.
"Si Han, aku minta maaf. Tapi kita harus mengakhiri ini. Aku sudah menikah dengan Zhi Yang." jawab Wei Wei sedikit menundukkan kepalanya.
"Apa!? Zhi Yang!? Maksudmu Li Zhi Yang!?" ucap pemuda berambut biru itu tersentak kaget.
"Si Han!?" gumam Wei Wei yang ikut kaget melihat Si Han tiba-tiba beranjak dari kursinya.
"Zhi Yang bilang dia sudah menikah dan apakah dia menikahimu!?" tanya pemuda berambut biru itu.
"Err...!?" gumam Wei Wei heran.
"Zhi Yang, aku akan menyiapkan hadiah spesial untukmu." gumam pemuda berambut pirang itu sambil mengarahkan handphone ke arah mereka dan memfotonya. Lalu ia pun mengirimkan foto tersebut kepada Zhi Yang.
"Zhi Yang dan aku berteman. Apa kamu tahu itu?" tanya Si Han.
"Aku....." Wei Wei tidak tahu mau menjawab apa sehingga ia mencari jawaban lain "Maaf, Si Han. Aku harus kembali."
"Wei Wei! Tunggu! Tunggu dulu! Kamu belum menjawab pertanyaanku! Masih banyak yang ingin kutanyakan kepadamu!" ucap Si Han yang menahan WeiWei untuk pergi.
"Sudahlah. Kita sudah berakhir." ucap Wei Wei pelan.
Wei Wei pun kembali ke Universitas Keuangan.
Setengah jam kemudian di depan gerbang Universitas Keuangan.
Li Zhi Yang sudah menunggu istrinya di dalam mobil.
"Apakah Wei Wei belajar dengan baik di sana?" gumam pemuda berambut kuning itu heran.
Kring.. Kring.. Suara handphone pemuda itu.
"Ehh? Ada pesan masuk? Dari siapa?" gumam pemuda berambut kuning itu heran sambil melihat isi pesan itu.
Ia tersentak kaget ketika melihat pesan itu berisikan sebuah foto dimana di situ terdapat temannya, SiHan dan juga istri tercintanya Weiwei.
"Si Han dan Wei Wei saling mengenal!? Si Han adalah 'pria itu'... " gumam pemuda berambut kuning itu.
Disisi lain Wei Wei datang menghampirinya dengan menggiring kursi roda yang ia duduki.
Pemuda itu pun membuka pintu mobilnya.
"Zhi Yang, kakiku baik-baik saja sekarang. Aku bisa masuk kerja besok." ucap Wei Wei.
"Tidak sakit lagi...?" tanya pemuda itu pelan sambil melangkah ke arah istrinya.
"Iya, tidak sakit lagi." jawab Wei Wei.
"Wei Wei, ada sesuatu yang terjadi di kampus hari ini?" tanya pemuda itu lagi.
"Tidak ada.... " jawab WeiWei berbohong.
Pemuda itu agak kecewa mendengar jawaban istrinya. Di dalam hatinya, ia bergumam "Kamu tidak mau menceritakan 'hal' itu kepadaku?"
"Kalau begitu biarkan aku mengantarkanmu pulang dulu." ucap pemuda itu sambil membopong istrinya ke dalam mobil.
"Baik." jawab Wei Wei singkat.
"Apa yang ingin kamu makan malam ini?" tanya pemuda itu sambil memasangkan sabuk pengaman.
"Apapun yang kamu masak." jawab Wei Wei tersenyum.
Di dalam mobil itu WeiWei bergumam dengan rasa bersalah, "Bagaimana aku bisa memberitahu Zhi Yang bahwa mantan kekasihku adalah salah satu temannya? Lebih baik tetap menyembunyikan ini darinya."
Tanpa basa-basi lagi, pemuda itu langsung menunjukkan foto yang ada di handphonenya itu kepada istrinya sambil berkata, "Seseorang baru saja mengirimkanku foto ini."
Wei Wei tersentak kaget melihat fotonya dengan Si Han di Kafe Coast ada di handphone suaminya. Segeralah Wei Wei berkata dengan paniknya "Biar ku jelaskan!"
"Aku mendengarkan. Lanjutkan." ucap pemuda itu.
"Si Han adalah profesorku di kampus. Kami sudah lama putus, dan kami baru saja bertemu di sekolah hari ini."
"Kenapa kamu masih memanggilnya Si Han? Kamu kan sudah putus dengannya!" ucap pemuda itu kesal.
"Maaf itu tidak sengaja."
Kring.. Kring... tiba-tiba saja handphone pemuda itu pun berdering.
"Siapa lagi yang meneleponku sekarang." ucap pemuda itu sambil melihat handphonenya.
Pemuda itu kesal melihat panggilan itu dari Ou Qiao, ia pun bergumam dengan kesalnya "Apa yang ada di pikirannya!? Kenapa dia meneleponku sih! Cih, ya sudah kuangkat saja."
"Halo." sapa pemuda itu di telepon.
"Hai Li, TianXing kembali. Kami menunggumu di Hotel Bintang Lima." ucap Ou Qiao di telepon.
"Sekarang? Tapi aku..... " belum sempat Zhi Yang menyelesaikan perkataannya, Ou Qiao sudah memotong. "Jangan lupa ajak istrimu."
"Hei, tunggu!" ucap pemuda itu segera.
Tapi Ou Qiao sudah lebih dulu mematikan panggilan itu.
"Njirr, dimatikan. Berani-beraninya dia mematikannya duluan sebelum aku!" geram pemuda itu.
"Ayo bertemu dengan salah satu temanku dulu. Kita lanjutkan pembicaraan ini lain waktu." ucap pemuda itu sambil mengemudikan mobilnya ke Hotel Bintang Lima.
"... Baik.. " jawab Wei Wei terbatah-batah.
***
Sesampainya di Hotel Bintang Lima
Pemuda itu pun membukakan pintu mobil dan membopong istrinya masuk ke dalam hotel.
"Zhi Yang, aku bisa jalan sendiri. Kamu tidak perlu membopongku." ucap WeiWei.
"Diamlah." ucap pemuda itu dingin.
Pemuda itu pun melangkah masuk dan bertanya kepada resepsionist yang ada di sebelahnya.
"Aku teman Ou Qiao." ucap pemuda itu kepada seorang resepsionist.
"Mari, saya tunjukkan tempatnya." ucap resepsionist itu sambil menunjukkan arahnya.
Mereka pun mengikuti resepsionit itu sampai ke kamar VVIP.
"Silakan masuk." ucap resepsionist itu sambil membukakan pintu kamar dan mempersilahkan mereka untuk masuk.
"Terima kasih." ucap pemuda itu sambil melangkah masul ke dalam kamar.
"Selamat bersenang-senang." ucap resepsionist itu sambil menutup pintu dan melangkah meninggalkan kamar VVIP itu.
Kamar itu gelap karena belum dihidupkan lampu. Tapi tiba-tiba saja lampu menyala sendiri dan ada suara letusan balon "Duaarr!"
"Zhi Yang selamat!" ucap gadis berkucir satu.
Pemuda itu dan Wei Wei menatap ke arah gadis berkucir itu dengan heran dan tertegun beberapa saat.
"Apa? Pasti ada yang salah. Kenapa mereka menatapku seperti itu?" gumam gadis berkucir itu.
***
Bersambung...