Di dalam ruangan kantor Li Zhi Yang.....
"Wei Wei adalah perempuan yang baik, tetapi dia belum mencintaimu. Kamu harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan cintanya, tapi jangan terlalu berlebihan. Kamu bisa membawa seekor kuda ke tepian sungai tapi kamu tidak bisa membuatnya minum." (Read Chapter 11)
"Tskk... Kenapa ucapan ibu selalu terlintas di benakku!" ucap Pemuda itu kesal sambil memukul mejanya.
Seketika itu, pemuda itu pun tersentak kaget. Di sampingnya ada selembar kertas berisikan Profil milik Wei Wei yang sudah di letakkan Yang Long di mejanya.
"Ini.. Ini Profil Wei Wei!" gumam Pemuda itu sambil mengambil selembar kertas itu dan mengamatinya.
Status
Nama : Lu WeiWei
Merupakan anak kedua dari Keluarga Lu.
Seorang Mahasiswa semester 7 di Universitas Keuangan (Jurusan Ekonomi)
Tinggi : 168 cm
Umur : 22 tahun
Makanan Favorite : Bibimbap dan daging baberkyu
Minumam Favorite : Teh Melati
Pacaran selama dua tahun, putus satu bulan yang lalu tanpa alasan yang diketahui.
Melihat bagian terakhir dari profil Wei Wei, pemuda itu langsung beranjak dari kursinya dan membanting kertas itu ke meja dengan tangannya.
Tatapan pemuda itu sunguh tajam dan serius. Ia pun berkata "Kudaku harus minum, jika aku menginginkannya minum!"
***
Di sisi lain, Di saat Wei Wei sedang menuliskan sebuah laporan. Tiba-tiba saja handphone bergetar.
Ia pun melirik ke handphone. Rupanya ada sebuah pesan yang masuk. Lalu ia pun membuka dan membaca pesan itu. Pesan itu dari mantannya, Mu Si Han.
Isi Pesan : "Wei Wei, aku sudah bercerai."
Ia terdiam sesaat dan sedih mengingat masa lalunya dengan Si Han. "Bukankah kamu bilang akan memberiku pernikahan yang paling romantis dan hidup yang penuh cinta? Kenapa kamu melakukannya dibelakangku? Serta menjadi suami dan ayah orang lain?"
Tut.. Tut.. (Ada pesan masuk)
Isi Pesan : "Wei Wei, aku benar-benar mencintaimu. Berikan aku kesempatan. Mari kita memulainya kembali."
Wei Wei seperti tenggelam dalam lautan yang amat dalam. Dalam pikirannya ia hanya bergumam "Si Han kita tidak bisa memulainya lagi. Kita... kita sudah berakhir."
"Aku.. aku tidak ingin menghancurkan kebahagiannya sekarang. Aku.. aku tidak mau dia terluka karena orang sepertiku. Maafkan aku Si Han. Aku sudah menemukan kebahagianku." ucap Wei Wei sambil menahan isak tangisnya seorang diri.
(Ket: 'Dia' yang dimaksud adalah Li Zhi Yang)
***
Setelah selesai bekerja...
Wei Wei pun melangkah menuju pintu keluar. Di lihat nya Zhi Yang yang sudah menunggunya keluar sambil bersandar di tembok itu.
"Kenapa kamu disini?" tanya Wei Wei.
"Untuk menjemputmu." jawab Pemuda itu.
Rubah licik itu tersentak kaget melihat mata Wei Wei bengkak dan merah seperti habis menangis. Ia pun mendekat ke Wei Wei dan berkata "Kenapa matamu bengkak dan merah?"
Wei Wei pun segera mencari jawaban lain yang tidak membuat pemuda itu curiga bahwa saja ia habis menangis. Lalu ia pun menjawab "Aku tidak sengaja menguceknya."
Pemuda itu pun mendekatkan wajahnya. Perlahan ia meniup mata istrinya agar tidak bengkak lagi. Kemudian pemuda itu pun berkata "Jangan mengucek matamu seperti ini lagi ya."
Mendengar perkataan lembut dari pemuda itu, seketika Wei Wei pun menjadi terharu. Ia segera memeluk tubuh pemuda itu dengan erat dan berkata "Li Zhi Yang! Kamu harus memperhatikanku dengan saksama."
"Hah? Kenapa?" tanya Pemuda itu heran.
"Kalau tidak aku takut aku tidak dapat menahan godaan." gumam Wei Wei dalam hati.
"Aku.. Aku mau mengganti nomor teleponku!" teriak Wei Wei dengan nada yang tinggi.
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Pemuda itu lagi.
"Sudah menurut saja!" ucap Wei Wei tegas.
"Huh, baiklah. Yuk ke toko ponsel." ucap pemuda itu.
"Oke... " jawab Wei Wei singkat.
Sesampainya di Toko Ponsel...
Mereka pun bergandengan tangan seperti sedang pacaran saja. Bersama melangkah memasuki toko ponsel itu.
Penjaga toko pun menyambut mereka dengan ramah. "Tuan, Nyonya, apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Aku ingin mendapatkan sebuah nomor telepon yang baru." ucap Wei Wei.
"Ok, lewat sini." ucap penjaga toko sambil menunjukkan arah.
Penjaga toko pun mengambil dan memajangkan nomor telepon itu di meja agar pelangannya dapat memilih nomor yang mereka sukai.
"Anda bisa memilih dari ini semua." ucap penjaga toko yang menyuruh Wei Wei untuk memilih nomor telepon yang sudah di pajangkan di meja.
"Ok, aku akan memilih yang ini saja." ucap Wei Wei sambil mengambil nomor telepon itu.
"Tidak! Kami ingin sebuah nomor pasangan!" ucap pemuda itu.
"Tidak! Tidak perlu!" ucap Wei Wei.
Penjaga toko hanya tersenyum melihat pasangan muda ini. Ia pun berkata "Tolong berikan nomor telepon yang anda pilih dan ponsel anda kepada saya, Nyonya. Saya akan memasangkannya untuk anda."
"Oke, terima kasih." ucap Wei Wei sambil memberikan nomor ponsel yang di pilihnya tadi bersamaan dengan handphonenya.
Sewaktu ia memberikan handphone kepada penjaga toko, tiba-tiba saja ada pesan masuk.
Buzz.. Buzzz.. (Anda memiliki pesan baru)
"Nyonya, anda memiliki sebuah pesan." ucap penjaga toko itu.
"Errr... Itu pasti spam. Cukup bantu saya untuk mengganti nomor, tidak usah pedulikan hal itu." ucap Wei Wei panik sambil mengandeng lengan pemuda itu.
Melihat ekspresi Wei Wei yang sedang panik itu, pemuda itu sudah tahu alasannya hanya saja ia menunggu istrinya sendiri untuk mengatakannya kepadanya. Pemuda itu pun berpura-pura tidak tahu dan berkata "Karena itu adalah pesan spam, kamu harus menghapusnya."
"Err... Kamu benar." jawab Wei Wei gugup.
"Apakah Zhi Yang sudah merasakan sesuatu dan mengetahuinya?" gumam Wei Wei dalam hati.
"Saya akan menganti kartu untuk anda sekarang." ucap penjaga toko itu dengan sopan.
"Ini ponsel anda dan kartunya juga sudah diganti." ucap penjaga toko sambil memberikan handphone itu ke Wei Wei
"Terima kasih." jawab Wei Wei.
Mereka pun melangkah keluar dan menuju ke mobil. Pemuda itu membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Wei Wei untuk masuk. Wei Wei menolak dengan halus dan berkata " Zhi Yang, aku akan naik bis untuk pulang ke asrama. Kamu pulanglah sekarang. Ini sudah malam."
Melihat ucapan istrinya yang tidak mau pulang ke rumah bersamanya. Pemuda itu sedikit kesal dan berkata "Wei Wei aku sudah memiliki cukup kesabaran untuk menunggumu. Tapi kamu harus ingat, pernikahan kita bukanlah lelucon."
"Zhi Yang, beri aku lebih banyak waktu... " ucap Wei Wei.
"Bukankah kamu memintaku untuk memperhatikanmu dengan saksama beberapa jam yang lalu?" tanya pemuda itu.
"..... " Wei Wei tertegun dan tidak menjawab sama sekali.
Melihat Wei Wei yang tidak merespon, pemuda itu memegang tangannya sehingga membuat Wei Wei kaget seketika.
"Wei Wei, kamu mungkin tidak percaya cinta pada pandangan pertama, tapi aku serius mengejarmu di bawah janji pernikahan. Aku tidak mau hanya menjadi orang baik untukmu, mengerti?" ucap pemuda itu serius.
"Tapi.. Tapi aku belum siap... " jawab Wei Wei sambil memalingkan wajahnya. Ia tidak berani menatap wajah pemuda itu.
"Aku janji, aku tidak akan memaksamu untuk melakukan apapun, dan menghargaimu setiap saat. Apakah kamu bersedia untuk pulang denganku?" ucap pemuda itu penuh dengan harapan ingin istrinya pulang dengannya.
Mendengar ucapan pemuda itu, Wei Wei sangat terharu. Ucapannya seperti sedang melamar saja. Ia pun menjawab "Hmmm.. Iya."
Sangking senangnya pemuda itu, diangkatnya tubuh Wei Wei ke atas seperti seorang ayah yang mengangkat tubuh anaknya.
"Eh?" gumam Wei Wei kaget.
"Lu WeiWei, ini adalah pilihan terbaik yang pernah kamu buat dalam hidupmu!! Ayo pulang ke rumah!" ucap pemuda itu tertawa karena bahagia.
"Baiklah! Turunkan aku dulu!" teriak Wei Wei.
Pemuda itu pun menurunkan Wei Wei. Wei Wei pun masuk ke mobil dan duduk dengan manis. Di pasangkannya sabuk pengaman itu ke Wei Wei. Lalu pemuda itu pun mengemudikan mobilnya dan pulang ke rumah.
Disisi lain....
Mu Si Han sedang menunggu di asrama depan Wei Wei sambil membawa bucket bunga mawar.
"Wei Wei, aku akan menunggu sampai kamu kembali. Untuk memuli lagi denganmu." gumam Si Han dalam hati.
Sesampainya di Apartemen Zhi Yang...
Pemuda itu pun membukakan pontu mobil untuk istrinya kemudian mereka melangkah masuk bersama.
"Aku akan mandi dulu, kamu istirahatlah." ucap pemuda itu sambil mengambil sehelai handuk yang di gantung di kursi.
Wei Wei secepatnya berlari ke kamar karena malu. Ia pun menyelimuti sekujur tubuhnya untuk berjaga-jaga.
Pemuda itu hanya tersenyum melihat istrinya kabur seperti itu. Ia pun melangkah menuju kamar mandi.
Di bukalah kancing bajunya dengan perlahan, kemudian diputarlah shower itu sehingga air pun membasahi sekujur tubuh pemuda itu mulai dari rambut menuju ke bidangnya yang tegap dan kekar sampai ke bawah.
Ia pun melumasi tubuhnya dengan sabun bararoma lemon yang biasa ia gunakan.
Karena Wei Wei masih belum siap untuk melakukan 'itu' dengannya. Ia pun tidak memaksa istrinya. Ia hanya bersabar menunggu istrinya untuk lebih terbuka kepadanya.
Akhirnya ia pun melakukannya sendiri di kamar mandi itu. Ia melumasi bar raja monyetnya dengan sabun beraroma lemon itu dengan tangannya.
Awalnya dilakukannya dengan perlahan naik turun seperti biasa yang dilakukan oleh semua pria di kamar mandi seorang diri. Tak lama kemudian gosokan naik turun itu semakin cepat sehingga ia pun mengigit bibirnya untuk menahan desahannya itu agar tidak terdengar oleh istrinya. Ketika ia sudah mencapai puncaknya barulah ia menyudahinya dan membersihkan lantai kamar mandi yang terciprat air susu kentalnya berwarna putih itu.
Pemuda itu pun melangkah menuju kamarnya. Ia hanya mengenakan celana pendek seperti biasanya ketika ia sudah selesai mandi. Dilihatnya Wei Wei yang ada di atas ranjangnya dengan menyelimuti sekujur tubuhnya dari kepala hingga ke kaki. Ia pun bergumam dalam hati sambil tersenyum "Pff... sudah kutahu dia akan seperti ini."
"Aku masih harus melakukan pekerjaan, kamu tidurlah duluan." ucap pemuda itu lembut sambil melangkah menuju ruang kerjanya.
"Apakah dia marah?" gumam Wei Wei dalam hati dibalik selimut itu.
Di ruang kerja Zhi Yang...
Pemuda itu pun membuka laptopnya dan memeriksa email yang masuk.
Ia melihat email dari YangLong. Di bukanya email tersebut dan dibacanya.
Isi Email : Lelaki ini sudah menunggu istrimu di depan asrama dengan sebuah bucket bunga. Apakah kamu mau aku membungkusnya dengan karung dan memukulnya?
Pemuda itu pun membalas : "Ikuti dia!"
Email dari Yang Long : "Baiklah!"
Karena sangking penasarannya dengan lelaki itu, maka dia pun menanyakannya ke Yang Long. "Apakah dia tinggi?"
Email Yang Long : "Tingginya sekitar tinggimu."
"Apakah dia tampan?"
Email Yang Long : "Ku rasa.... "
"Apakah dia menarik?"
Email Yang Long : (Stiker bersujud)
Yang Long sudah kehabisan kata-kata, ia hanya mengeluarkan stiker bersujud yang berarti dia ampun dengan pertanyaan manjikannya.
Tiba-tiba Wei Wei pun datang dengan membawa secangkir susu hangat.
"Aku membuat susu hangat, kamu mau?" tanya Wei Wei.
Secepatnya pemuda itu menutup laptopnya dan berkata "Aku memang sedang haus. Terima kasih."
"Maaf, maukah kamu memberikanku waktu untuk beradaptasi?" tanya Wei Wei malu.
"Tidak apa-apa, aku bisa menunggu." ucap pemuda itu sambil tersenyum.
Tapi di balikan senyumannya itu ada hawa pembunuh yang sangat besar. Pemuda itu bergumam dalam hati sambil tersenyum " Siapapun yang mencoba untuk mencuri perempuanku, Aku akan membunuhnya!"
***
Bersambung...