Chereads / Laluna / Chapter 74 - Tragedi Jalan Pulang

Chapter 74 - Tragedi Jalan Pulang

"kenapa nona eden tak kunjung kembali, mereka bilang paling lama hanya 5 jam tapi ini sudah lebih dari 7 jam, apakah nona akan baik-baik saja"

keluh cecillia pada chris yang mulai mengkhawatirkan eden

"tenanglah nona akan baik-baik saja, kita tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tak baik seperti itu"

menjawab cecillia dengan tegas agar membuang pikiran buruknya tentang keadaan eden saat ini.

tak berselang lama Lloyd datang mendekat memberikan makanan ringan dan juga minum,

"permisi, aku membawakan makanan dan minuman karena sepertinya kalian cukup lelah menunggu"

mengulurkan pada cecillia dan juga chris yang di terima oleh keduanya sambil mengucapkan terimakasih

"terimakasih pende lloyd"

ucap chris yang begitu sopan terhadap perhatian lloyd pada mereka berdua

"apakah nona eden baik-baik saja?"

gumam cecillia yang masih terpikirkan keadaan eden

"tenanglah, kalian berdua tak perlu mengkhawatirkan nona eden, baru saja ketika aku mengantar makanan pada sri isaac xavier beliau tiba-tiba tersenyum dan memberitahukan pada ku bahwa nona eden sedang menyatu dengan air danau suci dan itu artinya nona eden berhasil"

"benarkah?!"

seru chris dan cecillia yang sedikit merasa lega dengan berita yang disampaikan oleh lloyd

"ya tentu saja, kita hanya perlu bersabar sebentar lagi dan nona eden pasti akan segera kembali"

"syukurlah"

sahut chris dan cecilia yang kini merasa lebih tenang.

"tapi..."

lloyd sedikit ragu ingin mengutarakan sesuatu

"ada apa pendeta lloyd?"

"tadi setelah selesai menghadap sri isaac xavier aku bertemu dengan raja louise, sepertinya beliau memiliki keperluan dengan sri isaac xavier dan wajahnya begitu serius bahkan saat aku menyapa beliau tak menghiraukan.. aku khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk jika keduanya bertemu"

"tenanglah, meskipun kelihatannya mereka berdua ingin saling membunuh tapi itu tak akan terjadi karena kedua orang besar itu sudah sama-sama dewasa dan pasti bisa menyelesaikan masalahnya sendiri"

kini gantian chris yang mencoba menenangkan lloyd

"masalahnya sri isaac xavier sangat membenci raja louise bukan karena masalah nona eden saja melainkan karena raja louise masih memiliki hubungan darah dengan rosemary"

"!!!!!!???"

mendengar penjelasan lloyd sontak membuat chris dan cecillia terkejut hingga membuat bulu kudugnya merinding, hal yang tak pernah mereka sangka selama ini akhirnya malah mereka ketahui melalui mulut seorang pendeta.

"a..apa... tolong jelaskan pada kami"

ucap cecillia mendesak lloyd

"kebenaran yang tak diketahui banyak orang kenapa sri isaac xavier begitu membenci the great aztec adalah karena rosemary merupakan adik dari raja terdahulu/ ayah dari raja louise. ia di kirim ke sini karena telah membelot dan menyalahgunakan sihir untuk melukai saudaranya sendiri. waktu itu ku dengar rosemary masih remaja jadi kesalahan itu dimaklumi sehingga ia di kirim ke kuil suci agar ilmu sihirnya bisa terkendali. namun dugaan mereka salah, dengan mengirim ke sini kekuatan rosemary malah semakin kuat dan terakhir ia menyalahgunakan kekuatan untuk mengendalikan naga api agar bisa menguasai another world demi kepentingan pribadi. tapi kalian tau sendiri usahanya sia-sia dan gagal. itulah kebenaran yang sesungguhnya"

lloyd pun menutup ceritanya, membuat chris dan cecillia yang mendengarkan diam seribu bahasa karena mereka sendiri tak menyangka kebenaran yang sesungguhnya bertolak belakang dari yang diceitakan oleh tuan jose dan juga cerita lloyd sebelumnya.

mematung tak merespon sesaat, hanya perasaan eden yang mereka khawatirkan bila mengetahui kebenaran cerita di balik kematian kedua orang tuanya.

"nona eden.."

gumam cecilia lemas tak berdaya, ia sedih sekaligus tak bisa berbuat apapun terhadap nona eden dan terdiam dalam lamunannya sambil menunggu nona eden kembali.

***

tepat seperti yang diceritakan oleh lloyd sebelumnya bahwa raja louise memang sedang menemui sri isaac xavier, entah sudah berapa lama keduanya diam seribu bahasa tanpa sepatah katapun terucap dari keduanya,

yang ada hanyalah tatapan mata dingin diantara keduanya, tak ada yang mau mengalah melunturkan ego masing-masing, bahkan membuat suasana menjadi tak menyenangkan untuk berlama-lama bersama.

bila diibaratkan sri isaac xavier seperti seekor srigala putih yang siap menerkam dengan aura putih biru yang mengelilingi sedangkan louise bila diibaratkan seperti kerberos yang siam mencabik-cabik mangsa dihadapnnya dengan aura hitam merah yang mengelilinginya.

tak ada habisnya keduanya tahan saling menatap tanpa berbicara, namun kali ini sri isaac xavier mengalah dan mulai berbicara.

"ingatlah dimana kau berada, seorang raja seharusnya tak seangkuh ini"

menyindir ketidaksopanan louise terhadap sri isaac xavier yang jelas-jelas memiliki usia lebih tua darinya.

hal ini ditanggapi dengan senyum simpul dari louise dan malah membahas masalah lain,

"sebenarnya hamba ingin menyampaikan hal penting pada sri isaac xavier mengenai pernikahan hamba dan eden, hamba harap sri dapat hadir dan memberkati pernikahan kami"

ucapan louise menyulut emosi sri isaac xavier dan membuat sri kini menatap sinis ke arah louise, giginya menggerat dan ujung bibirnya seolah ingin mengucapkan bahkan mengutuk louise namun urung ia lakukan karena ia memikirkan perasaan eden.

"kenapa raja louise begitu terburu-buru ingin menikahi seorang anak yatim piatu? emmm coba ku pikirkan kembali, apakah ini karena raja louise takut kebenaran akan terungkap?"

sambil tersenyum simpul mencoba menyerang pertahanan mental louise dan strategi ini berhasil membuat louise naik pitam, ia merasa tersinggung terhadap ucapan sri isaac xavier yang membuatnya terdiam kaku tak berani menjawab.

"lihat, sepertinya aku benar, ada kaitannya dengan rosemary yang memiliki hubungan darah dengan raja terdahulu.. raja louise itu adalah fakta cepat atau lambat eden akan mengetahuinya dan kau sendiri telah membuat kesalahan besar yaitu dengan mengirim eden ke kuil suci dan mandi di danau suci itu artinya kau ingin eden mengetahui benaran karena itulah fungsi dari danau suci, memberitahu kebenaran yang ingin diketahui oleh seseorang.."

mendengar sri isaac xavier membuat louise tiba-tiba menjadi khawatir namun ia berusaha untuk tetap tenang dan kini ia menyanggah ucapan sri isaac xavier,

"tapi.. asalkan ingatannya kembali bukankah eden masih tetap akan berada di pihak ku?"

ucapnya sambil menatap tajam pada sri isaac xavier yang ditanggapi dengan helaan nafas panjang

"haaahhhhh... mari kita buktikan saja keyakinan mu itu raja louise, tapi jika aku berada di posisi eden tentu saja aku lebih memilih mati dari pada harus menikahi saudara pembunuh kedua orang tua ku"

sri isaac xavier memberikan jawaban dingin atas sanggahan louise dan kini keduanya kembali hening tanpa memperpanjang perbincangan kala itu.

***

kini setelah pergi meninggalkan rosemary eden berjalan keluar melalui lorong yang ia lewati ketika masuk sebelumnya.

tubuhnya tiba-tiba lemas, ia sempat menghentikan langkahnya dan sedikit menyandarkan tubuh pada dinding lorong di sebelah kanannya sembari mengatur nafas.

"jantung ku nyaris copot..."

ucapnya seraya terus mengatur nafasnya

"haahhh.... hampir saja aku mati di sana, rosemary itu benar-benar orang yang pandai mempermainkan mental seseorang bahkan bulu kudug ku sempat merinding hanya dengan menatap matanya, "membunuh nya dengan kejam" aku ini bicara apa sih, berani-beraninya aku menantang wanita dengan kekuatan sihir.."

eden bergumam sendiri berusaha menenangkan hati yang kacau karena pertemuan dadakan dirinya dengan rosemary di danau suci, sebuah pertemuan yang sama sekali tak ia duga dan tentunya sangat ia sesalkan karena tak segera menggunakan kesempatan untuk membunuhnya malah membiarkannya hidup hanya dengan sedikit luka gores di lengannya.

"tapi..."

gumamnya teringat akan fakta bahwa louise memiliki hubungan darah dengan rosemary, meskipun kini ingatannya telah kembali seutuhnya namun eden masih bertanya-tanya tentang perasaan dirinya terhadap louise meskipun beberapa kali louise menciumnya ia belum pernah merasakan jantungnya berdegup kencang, ia tak yakin apakah menikah dengan louise adalah hal yang benar namun yang seharusnya ia lakukan adalah menolak bagaimanapun caranya.

setelah dirasa cukup eden berjalan kembali, perlahan menyusuri lorong yang gelap, beruntung hanya satu jalur saja yang ia lewati sehingga ia tak perlu repot mengingat-ingat harus ke arah mana.

di sisi lain rosemary yang terduduk diam membisu tak bisa berucap bahkan mengumpatpun ia sudah tak memiliki tenaga, sejujurnya ia sedikit takut dengan ancaman eden namun disisi lain ia merasa yakin bahwa eden tak sekuat yang ia lihat barusan.

rosemary masih saja bergelut dalam hati dan meyakinkan diri bahwa ia akan berhasil mengalahkan eden lalu menguasai seluruh wilayah another world dengan kemampuannya sendiri.

yang membuat rosemary sempat ragu akan kemampuannya ialah karena eden, ia memiliki aura tak biasa seperti yang ia bayangkan, aura yang lebih kuat dibandingkan anna lewis dan ia yakin siapapun juga akan setuju dengan pendapatnya bila eden telah mengancam walau hanya dengan kata.

tak ingin berlama-lama tenggelam dalam kekhawatiran rosemarypun segera bangkit lalu tersenyum simpul menandakan ia telah menyiapkan sesuatu untuk eden,

"ya baiklah harus ku akui anak itu tumbuh menjadi gadis yang kuat namun hal itu tak akan berlangsung lama karena aku sudah menyiapkan sesuatu untuknya dalam lorong. aku tidak tau dia sebodoh itu membiarkan musuhnya tetap hidup, bila ingin melukai seharusnya pada bagian kepala bukan malah menggores lengan."

ucapnya dengan penuh keangkuhan dan percaya diri akan hal yang sebentar lagi ia lakukan terhadap eden.

"ucapkan selamat tinggal pada dunia, eden yang manis"

sambil tersenyum lalu menjentikkan jarinya dan...

"booooooooooooommmmmmmmmmm"

sebuah ledakan berasal dari dalam lorong, begitu dahsyat membuat eden terpental.

ia bahkan belum menyiapkan diri untuk menerima serangan mendadak itu, ditambah lagi jalan yang ia lalui adalah satu jalur yang artinya tak ada jalan lain untuk menghindar.

suara ledakan memecahkan suasana di kuil suci, semua orang berhamburan karena ketakutan, mereka lari menuju tempat terbuka dan menyangka bahwa suara ledakan berasal dari dalam kuil.

louise dan sri isaac xavier pun sontak terkejut dan bangkit dari tempat duduk lalu keluar mencari dari mana asal suara ledakan, keduanya melihat dan memandangi sekeliling namun tak ada yang aneh karena bangunan masih utuh.

sri isaac xavier teringat akan jalan masuk menuju danau suci, ya dari sanalah suara ledakan berasal, terlihat jelas asap pekat keluar dari dalam dan mengepul keluar membuat semua orang di sekitar semakin terkejut melihat hal yang tak terduga dihadapan mereka.

apalagi eden sedang melaksanakan prosesi puncak dari serangkain ritual membuat hati mereka terpukul meratapi nasib eden yang berada di dalam sana, mereka segera menyatukan tangan bersama-sama berdoa untuk keselamatan eden.

chris yang melihat kepulan asap dari jalan masuk ke danau suci pun segera berjalan mendekat, ia berusaha untuk masuk dan memeriksa namun tak bisa, kepulan asap yang keluar adalah nyata namun jalan masuknya seperti hologram yang tak bisa di sentuh maupun di masuki.

sedikit kesal karena tak dapat memastikan keadaan di dalam membuat chris sempat menggerutu namun lloyd cepat-cepat meraih tangan chris mencegahnya agar tak mengumpat apalagi jalan itu diperuntukan orang-orang terpilih dan tentunya suci bagi siapa saja yang masuk menyusurinya.

"kita harus menunggu sri isaac xavier"

ucap lloyd menahan chris, ia terlihat begitu kacau, raut wajahnya yang kesal bahkan gigi di geratkan kuat karena tak bisa memastikan keadaan eden di dalam sana.

"minyingkirlah"

seru sri isaac xavier mencoba mengurai kerumunan di sekeliling pintu masuk danau suci, dan orang-orang pun melai menyingkir satu persatu memberi jalan pada sri isaac xavier untuk lewat.

lalu sampailah ia disana, di depan pintu mencoba membuka portal agar bisa di masuki, tentunya hal ini harus dengan kehendak dari sang pencipta karena itulah sri isaac xavier sedang berusaha agar bisa segera memastikan keadaan eden.

"tidak bisa"

ucap nya singkat membuat yang lain kebingungan

"apa maksud anda sri?"

seru chris yang ingin memastikan pernyataan sri isaac xavier barusan

"sudah ku katakan tidak bisa"

sekali lagi menegaskan bahwa portal tak bisa ia buka dan ia masuki, mendengar hal tersebut membuat chris tersulut amarahnya ia mencoba memprotes namun sempat di hadang oleh lloyd agar tidak semakin memperburuk keadaan.

louise yang saat itu berada di lokasi kejadian pun mencoba mendekat berharap ada yang bisa ia lakukan.

"biar ku coba"

ucap louise mendekat pada pintu, kali ini ia sendiri mempuktikan bahwa pintu masuk tak dapat di masuki sehingga ia berinisiatif memanggil kerberos.

saat kerberos datang semua orang menyingkir untuk memberi jalan selain itu juga karena kebanyakan orang takut dengan hewan mitologi tersebut.

louise meminta kerberos mengendus bau eden, ia merespon seolah memberi sinyal bahwa eden masih berada di dalam, kerberos pun berusaha masuk namun ia tak dapat menggapai pintunya.

"kita harus menunggu, jika benar eden masih hidup seharusnya ia akan meledakkan bebatuan menggunakan anak panahnya karena itu kita harus sedikit menjauh"

ucap louise yang terlihat tenang memberikan perintah pada yang lain.

"aneh"

gumam sri isaac xavier

"apa maksud anda sri?"

tanya lloyd

"ledakan bukan bagian dari prosesi ritual, apakah ada penyusup?"

gumamnya lagi seolah tak yakin

"bukankah anda yang menyatakan bahwa pintu ini tak bisa dimasuki sembarang orang kecuali mereka yang selesai melaksanakan segala prosesi? jika seperti ini bukankah gelar anda sebagai pendeta agung diragukan ?"

ucap louise menyindir sri isaac xavier yang membuat lloyd tak terima

"tarik ucapan anda, tidak seharusnya seorang raja berkata seperti itu pada sri"

tak ada seorangpun yang berani memprotes maupun melerai kecuali lloyd asisten setia sri isaac xavier, orang-orang disana begitu takut pada louise namun juga begitu menghormati sri isac xavier sehingga mereka memilih untuk diam membisu bahkan menundukkan kepala, nyali mereka begiu ciut jika menghadapi tirani kejam seperti louise dan tak berdaya untuk membela panutan mereka sri isaac xavier.

hari itu mereka memutuskan untuk menunggu, karena mereka percaya eden akan selamat dengan cara apapun.