"nona kita sudah sampai"
ucap kusir pada Liliana menandakan mereka telah sampai di kuil suci.
"iya aku tau, lanjutkan saja perjalanan ini sampai ke halaman utama"
jawab Liliana yang bersikap acuh pada laporan kusir
"tapi nona, ini merupakan batas suci bagi para pendatang, kuda beserta keretanya tidak boleh masuk ke dalam, kita harus berjalan kesana sendiri"
imbuh si kusir mencoba menjelaskan aturan yang berlaku di kuil suci bagi para pendatang.
Liliana kemudian membuka tirai kereta miliknya lalu melemparkan benda pada si kusir sembari berkata,
"lancang sekali! beraninya manusia rendahan seperti mu melarang ku! cepat jalankan keretanya"
seru Liliana dengan segala keangkuhan nya tak mau mendengarkan nasihat dari si kusir.
mendengar hal tersebut membuat semua pelayan dan juga prajurit yang mengikuti Liliana terdiam, mereka saling melirik satu sama lain.
di satu sisi mereka tak ingin melanggar aturan yang berlaku di kuil suci namun di sisi lain mereka tak dapat melawan karena tidak memiliki kuasa apapun apalagi Liliana merupakan majikan mereka.
dengan berat hati para pelayan, prajurit dan juga kusir terus berjalan dengan harapan bahwa pendeta agung tak akan menghukum ketidakberdayaan mereka.
selama perjalanan melewati batas suci mereka menunduk seraya berdoa, benar saja belum lama berjalan angin sudah berhembus begitu kencangnya hingga memporak-porandakan barisan yang semula rapih kini menjadi berantakan, membuat beberapa orang melayang kembali di depan gate suci.
saking kencangkan bahkan kereta yang di tumpangi Liliana bergerak mundur hingga terjatuh dan membuatnya sedikit terluka.
ia pun keluar dari kereta dan berusaha memarahi para pelayannya karena tak dapat menjaga keseimbangan hingga membuat dirinya terluka.
tak sempat berteriak, tubuhnya berhenti, pandangannya teralihkan pada sesosok perempuan yang berdiri sekitar 15 meter sedang menatap ke arahnya.
dia adalah Eden, menatap Liliana seperti sedang melihat seekor binatang yang menjijikkan.
ia tau betul bahwa tak pernah ada orang yang menatap seperti itu padanya kecuali raja Louise dan Eden sendiri yang membuatnya sedikit tersulut amarahnya.
ia melangkah maju berusaha menghampiri Eden dan ingin sedikit menegur atau mungkin menghinanya.
belum sampai langkahnya terhenti, tiba-tiba tubuhnya kaku tak bisa bergerak, Liliana merasakan seolah ada sesuatu yang menahannya, sebuah energi tak kasat mata yang begitu kuat.
ia berusaha mencari sumber energi itu, ia merasakan nya, bahwa energi yang menahannya bukanlah dari seseorang di sekitarnya melainkan dari batas suci.
setelah di pahami kini Liliana berdiri tepat di depan batas suci, semua orang yang melihat keanehan Liliana pun merasa heran.
mereka kemudian beramai-ramai berlutut seolah berdoa, mereka sadar bahwa batas suci menahan penyakit hati yang berupa keinginan jahat, dan mereka tahu benar bahwa Liliana begitu membenci Eden.
tak ada seorangpun yang berani mendekati Liliana, di tambah lagi mereka dapat mengenali bahwa pendeta agung Isaac Xavier ada di hadapan mereka meskipun sang pendeta tak pernah sekalipun menginjakkan kaki untuk berceramah di negeri mereka.
"kau wanita jahat"
ucap pendeta Isaac Xavier dengan santai yang membuat Liliana merasa di remehkan.
ia berusaha tenang dan menjawab pertanyaan tersebut dengan lah lembut,
"apa maksud anda tuan, hamba hanya ingin mengabdikan diri di kuil suci untuk menebus dosa yang pernah hamba lakukan"
ucapnya yang kemudian di tutup dengan senyuman.
"kuil suci menolak mu, tak perlu ku jelaskan lagi pasti kau mengerti"
imbuh pendeta Isaac Xavier
Liliana mulai tersulut emosinya, salah seorang pelayan yang merasakan hal tersebut kemudian mendekati Liliana untuk menenangkannya dengan memegang tangan Liliana namun ia menangkisnya yang membuat pendeta agung mengerutkan dahinya.
"hamba datang dengan niat baik, hamba yakin di mata Tuhan kita semua sama"
ucap Liliana seolah membuat dirinya terlihat suci.
ucapan tersebut di sambut senyum sinis oleh Isaac Xavier,
"baiklah kalau begitu sudah seharusnya kami membuka lebar pintu masuk untuk pendosa yang ingin bertaubat, karena itu silahkan masuk"
ucap pendeta Isaac Xavier yang kemudian menletakkan tangan ke arah depan dan menggesernya ke kanan seolah sedang membuka sesuatu.
tubuh Liliana yang tadinya mematung kini bisa bergerak melewati batas suci.
"benarkan Tuhan pasti menerima hamba"
ucap Liliana dengan penuh percaya diri kemudian menoleh ke belakang sambil membinta pelayan membawakan barang pribadinya, melihat tingkah liliana kembali di sambut oleh senyuman sinis pendeta Isaac Xavier.
"tapi.."
ucap pendeta Isaac Xavier yang membuat langkah Liliana terhenti dan menoleh ke arahnya.
"tapi hanya kau sendiri di sini mereka tak bisa masuk"
imbuhnya yang membuat Liliana sepontan menoleh kebelakang melihat para pelayannya yang tak bisa melewati batas suci seolah terhalang sesuatu.
salah seorang pelayan menggelengkan kepalanya seolah menandakan bahwa dirinya tak bisa masuk, Liliana kemudian mendekat mencoba memeriksa dan ia pun tak dapat keluar karena terhalang sesuatu.
"kembalilah"
perintah pendeta Isaac Xavier pada para pelayan, prajurit dan kusir kuda Liliana yang tentu saja membuat Liliana langsung menoleh kembali ke arah si pendeta.
"lihat saja, anda pasti akan menyesal karena telah memperlakukan ku seperti ini, pendeta Carlos pasti akan menghukum Anda"
celetuk Liliana yang tiba-tiba berbicara tak formal, ia tak tahu siapa yang sedang ia hadapi dengan angkuhnya merendahkan tanpa mempertimbangkan nasibnya kedepan.
"Carlos, jadi si tua itu yang memasukkan mu"
ucap pendeta Isaac Xavier sinis.
Liliana masih saja menatap pendeta Isaac Xavier penuh kebencian, tak berselang lama Lloyd pun datang dan menghela nafas.
ia tahu benar bahwa dirinya telah terlambat dan ia pun faham bahwa Liliana akan merasakan neraka selama berada di kuil suci karena tak memiliki izin masuk sebelumnya.
hal itu dapat Lloyd lihat dari situasi dihadapannya, di mana Liliana hanya bisa masuk seorang diri tanpa pendamping nya yang kini berada di belakang garis suci.
"Lloyd antarkan nona bangsawan ini ke kamarnya"
perinta pendeta Isaac Xavier, tanpa bertele-tele ia pun mendekati Liliana dan berbisik padanya lalu mengajaknya pergi.
saat berjalan melewati pendeta Isaac Xavier dan Eden langkahnya tiba-tiba terhenti seolah berbisik,
"senang bertemu dengan mu kembali calon ratu"
lalu meneruskan langkahnya, ucapan yang tentu saja membuat Eden diam tak menanggapi.
Eden seolah sudah lelah dengan sikap Liliana terhadap dirinya dan tak mau ambil pusing dengan hal kecil semacam itu.
setelah pergi Eden pun mendekati para pelayan juga prajurit Liliana, ia menolong mereka meskipun ada satu pelayan yang menolak untuk di tolong.
Eden mengobati luka mereka satu persatu, luka goresan akibat terbawa angin, ia menyembuhkannya dengan middlemist Camelia yang selalu ia simpan pada kantong tersembunyi dalam bajunya.
melihat hal tersebut membuat pendeta Isaac Xavier terkagum akan kepedulian Eden terhadap siapapun, ia memilih menunggu Eden hingga selesai mengobati.
setelah selesai Eden meminta para pelayan Liliana dan prajuritnya untuk kembali sebelum terjadi hal yang tidak baik, bahkan Eden berjanji akan menjaga dan mengawasi Liliana.
semuanya tak langsung setuju karena mereka tahu betul kebencian Liliana terhadap Eden yang membuat mereka khawatir bahwa Eden akan membalas dendam atau menyiksa Liliana selama di dalam kuil.
pendeta Isaac Xavier kemudian berkata,
"perilaku buruk Liliana di luar akan mendapat balasan selama berada di kuil suci, tak ada yang bisa melangkahi kuasa Tuhan termasuk diriku"
ucapan teduh dari pendeta Isaac Xavier seolah menenangkan hati para pelayan dan prajurit, mereka kini tak ragu lalu berpamitan dan langsung kembali berjalan menuju gate untuk kembali ke The Great Aztec.
"kini aku tahu kenapa kau memiliki takdir naga yang menuntun mu ke kursi penguasa"
ucap Isaac Xavier pada Eden lalu berjalan pergi.
Eden yang meskipun tak mengerti dengan makna ucapan tersebut memilih untuk menunggu di gate sampai semua pengikut Liliana masuk, ia ingin memastikan bahwa mereka semua pergi dengan selamat.
* * *
(di kerajaan Aztec)
senyum sinis terpancar dari bibir seorang raja Louise setelah mendengar laporan bahwa Liliana mangkir untuk pemeriksaan dengan alasan sedang melakukan perjalanan ke kuil suci untuk mengikuti kegiatan keagamaan.
"jadi cara ini yang dia gunakan untuk menghindar dari ku, baiklah kalau begitu perintahkan untuk melakukan penggeledahan di kediaman keluarga Thompson!"
ucap Louise memberi perintah, ia tak kehabisan akal dan meyakini bahwa ada sebuah petunjuk yang disembunyikan atau mungkin sengaja di tinggalkan oleh tersangka utama di rumah Liliana.
Louise yakin bahwa pelaku utama berusaha menjadikan Liliana sebagai satu-satunya pelaku utama, padahal Louise tahu benar bahwa untuk menjebak Eden apalagi sampai melukainya harus membutuhkan strategi dan persiapan yang matang ditambah lagi Eden merupakan serang kesatria Terpilih yang tidak bisa sembarangan di lukai oleh orang biasa.