Patrick semakin tidak bisa menerima kata-kata lembut itu. Hati kecilnya merasa heran terhadap sikapnya yang tiba-tiba menjadi seperti bocah ingusan. Patrick mulai mengerahkan konsentrasi untuk memulihkan kondisi mentalnya yang tidak biasanya lemah di depan wanita. Ia harus menanggapi dengan tegas, cuek, tapi tetap kalem. Penuh keromantisan yang sering di kagumi teman kecan yang sudah-sudah. Ia harus mampu menjadi dirinya sendiri.
"Angin malam makin lama makin dingin, ya? Bagaimana kalau kita pindah ke dalam saja?" usul Patrick. "Di lantai atas kita bisa menikmati pemandangan terang bulan tanpa harus kedinginan."
"Okey aja." jawab Desiana ringan sekali, lalu Patrick pun membawanya pergi ke lantai atas.
Di sana selain terdapat ruang santai yang berdinding kaca tembus pandang, juga terdapat kamar tidur yang tembus ke baklon menghadap kea rah taman. Karena ingin menikmati indahnya panorama terang bukan, maka Patrick membawa Desiana duduk di baklon kamarnya.