Eva menghempaskan napas lagi. Ia memandangi cermin hitam, dan ternyata memang benar, cermin itu menjadi jernih kembali. Eva sedikit heran melihat wajahnya yang belum berubah. Hidungnya masih pesek, matanya belok, bibirnya tebal, tulang-tulang pipinya tampak menonjol keras. Wajah lelakinya masih kelihatan. Jauh sekali di banding kecantikan Mirah.
Pada waktu itu, terdengar klakson mobiil yang berhenti di depan rumah. Eva menggeragap kebingungan. Sedikit panik. Ia pun mematikan api dari keempat lilin itu, kemudian menyimpannya di dalam kamar. Sementara buku catatan itu di kembalikannya di kamar Mirah, di tempat semula.
Eva menyangka Mirah yang datang pada saat itu, ternyata bukan. Lala dengan seorang temannya berlari-lari turun dari mobil setelah Eva membukakan pintu. Mereka menyerbu Eva yang membawa paying, dan bertiga mereka berpayungan menuju ke arah salon
"Sejak kapan Mirah pergi?" tanya Lala.