Langkah kaki itu menggema di labirin cermin membuat Ratih, Damar dan Nayla waspada. Kinan sudah kelelahan dan berusaha cukup keras hanya untuk sekedar mempertahankan kesadarannya dan ia sudah banyak membantu mereka. Sekarang giliran mereka yang melindungi Kinan.
Ratih sesekali memeriksa ke belakang untuk memeriksa jika mereka diikuti atau tidak sementara Damar tampak memegang lengan kiri Kinan agar ia tidak tertinggal meski tubuhnya terlalu lemah untuk mengikuti mereka sambil memegang pistol berisi cairan asamnya. Sementara Nayla berjalan di samping kanan Kinan untuk memperhatikan lukanya. Meski sudah di jahit dan darah yang keluar hanya sedikit Nayla dan Ratih tahu kalau pakaian Kinan kotor. Kalau tidak segera di ganti dengan perban yang bersih lukanya mungkin akan terkena infeksi.
"Kak Kinan gak apa-apa?"
Tanya Nayla yang berjalan di sampingnya sambil memperhatikan lukanya.
"Kepalaku makin pusing..."